Chap 9

953 167 16
                                    

-Protect-

"Tidak perlu masuk untuk seharian ini. Aku akan menandatangani absenmu " kata Dahyun yang berencana akan masuk keluar kelas untuk menandatangani absen Jisung. Kemudian pergi untuk menunggu jam dimana kelasnya sendiri akan dimulai.

Meskipun jarak antar fakultas satu dan yang lain cukup jauh. Terebih lagi kelas Jisung ke kelas Dahyun yang membutuhkan waktu 15 menit lebih untuk berjalan saja. "Aku akan menjemputmu setelah itu " kata Jisung menahan perih pipinya saat memakan bubur instan yang dibuatkan oleh Dahyun.

"Aku akan pulang dengan Minho." Kata Dahyun memakai tasnya dibahu. Jisung menatap Dahyun tajam, dia tidak suka nama itu. "Pulang kemana?" Tanya Jisung yang was-was Dahyun akan pergi lagi.

"Ke apartemenku...." Dahyun menyadari adanya tatapan tajam tersebut. "Untuk membawa bajuku dan kemari." Kata Dahyun yang kemudian mengingat Alice. Bagaimana dia bisa melupakan apa yang telah diperbuatnya?

***

"Dimana Alice?'" tanya Dahyun tidak melihat keberadaan Alice di kelasnya selama dua jam tadi. Dia menelepon tidak diangkat, sementara saat dikirimi pesn singkat sama sekali tidak membalas. Kemana dia?

"Hei, apa kau tau dimana Alice?" Tanya Dahyun kepada salah seorang perempuan yang dia ketahui namanya saja. "Oh, dia tidak masuk hari ini. Mungkin karena mabuk berat setelah pesta semalam." Kata perempuan itu, membuat Dahyun teringat pesta yang seharusnya ia datangi juga.

"Oh, baiklah. Terimakasih. Aku pergi dulu." Kata Dahyun yang keluar dari kelas dan dihadiahi oleh kehadiran Minho yang melewatkan banyak hal.  "Haa.... Entah kenapa aku sangat merindukanmu." Kata Dahyun menepuk pundak Minho.

Mereka pun berjalan ke apartemen Dahyun sembari Dahyun menceritakan beberapa hal kepada Minho. Beberapa kali Minho terkejut dan berfikir, dia tidak mengerti. Bagaikan beras yang dia tinggal beberapa saat tiba-tiba menjadi bubur. "Jadi, kau tinggal dengan Jisung sekarang?"
"Hm, seperti itu.". "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Minho memastikan, Dahyun berhenti sebentar san berkata, "Tidak ada gunanya meskipun aku pergi. Dia akan tetap ada untuk melihatku. Aku akan mencoba untuk... Mencintainya..... Meskipun aku tidak bisa dan harus gila."  Kata Dahyun.

"Aku paham."

"Tapi jika kau disakiti lagi... Biarkan aku membawamu pergi." Kata Minho menatap Dahyun, angin menggerakkan anak rambut Dahyun yang berwarna hitam kecoklatan.

"Dahyun?" Tanya seseorang dengan aksen Amerika nya yang membuatnya dan Minho menatap perempuan cantik itu. "Charlotte!" Kata Dahyun memanggil balik Charlotte.

"Ini!" Kata Charlotte memberikan setangkai  bunga yang sangat cantik. "Dan untuk teman Dahyun." Katanya lagi memberikan bunga yang berbeda jenis. "Tapi kenapa?"

"Oh, hari ini ayahku ulang tahun. Kami akan membagikan setangkai bunga untuk orang yang kami kenal dan orang yang datang ke toko kami." Kata Charlotte dengan senyumnya yang mengembang. Membuat Minho tertegun sebentar.

"Kau pergilah.... Aku akan disini." Kata Minho menggunakan bahasa Korea dan mendorong Dahyun pelan. "Tapi... Kau..." Dahyun kebingungan dengan watak Minho yang kembali berubah karena Charlotte tersebut.

"Bukankah kau akan ke apartemen Jisung? Pergilah!" Kata Minho membuat Dahyun sedikit kesal dan pamit pergi meninggalkan Minho sendiri bersama Charlotte. Benar-benar laki-laki itu, matanya tidak bisa dijaga.

Dahyun kembali berjalan sendiri, dia melihat ke arah bunganya, sangat senang mendapatkan bunga seindah itu. Hingga lupa melihat jalan dan hampir saja membuatnya tertabrak mobil apa bila dia tidak ditarik oleh seorang laki-laki dan memeluknya.

Tarikan yang kuat dan menegangkan itu membuat kelupak bunga tersebut banyak yang terlepas. "Jangan lupa menatap jalan." Kata laki-laki itu, mata Dahyun terbuka. Dia tau suara itu, dia adalah Jisung. "Ah, sedang apa kau disini? Apa kakimu-"

"Ayo ambil bajumu. Aku tidak tahan melihatmu dengan Minho." Kata Jisung membuat Dahyun melepaskan pelukannya. "Tidak tahan apa?" Dia merapihkan pakaiannya.

"Meremukkan tulangnya." Kata Jisung yang kemudian menarik tangan Dahyun dan melewati jalan raya disana saat lampu sudah menjadi merah. "Pelan saja, kakimu sakit." Jisung masih terus berjalan. Tapi, bibirnya tersungging menahan senyumnya.

***

Malamnya, Dahyun kembali memperbarui beberapa perban dan menggobati Jisung yang meletakkan kepalanya di paha Dahyun sembari menonton tv. Tak berapa lama kemudian, seseorang menekan bel pintu apartemen Jisung. "Aku akan membukanya." kata Jisung yang kemudian berdiri.

Saat membuka pintu, Jisung melihat seorang perempuan dengan make upnya yang berantakan dan eyeliner yang meleleh di pipi. Dan ia adalah Alice, dia menatap Jisung dengan penuh kesedihan. "Alex, aku mohon kembalilah kepadaku.. aku mencintaimu. Kau boleh melakukan apapun padaku. Tapi jangan meninggalkanku." kata Alice membuat Jisung menyilangkan tangannya dan melihat kearahnya dengan tatapan yang errr

"Aku tidak mau." kata Jisung dingin.

"A-alex... ada apa? Apa kau benar memiliki perempuan lain?" tanya Alice yang tidak dijawab oleh Jisung dengan sungguh-sungguh, sementara Jisung hanya menatapnya datar.

"Minggir ! Dia pasti ada disini!" kata Alice yang kemudian masuk menerobos pintu, dan melihat Dahyun berada di ruang tv sembari menata obat luka yang ada di meja. Air mata Alice kembali turun, Dahyun terkejut dengan adanya Alice disana. Tanpa babibu, Alice langsung berjalan dan menampar pipi Dahyun.

"Pelacur!"

"HEI!" tegas Jisung membuat kedua perempuan itu sedikit terkejut, dengan cekatan Jisung mendorong Alice hingga tersungkur kebelakang dan memeluk Dahyun yang ikut menangis karena sakit, merasa bersalah dan sedih. "Keluar!" teriak Jisung membuat Alice tidak percaya dan pergi dari sana dengan berlari.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Jisung menghawatirkan Dahyun yang masih terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Alice. Dia tahu dia salah, dan dia tahu dia pantas mendapatkan lebih dari sebuah tamparan dari Alice. Tapi ada perasaan yang salah ketika Jisung memeluknya, JIsung hampir tidak pernah khawatir dengan cara yang seperti itu.

Keesokkan harinya, kelas pun selesai, Dahyun tidak sebangku lagi dengan Alice. Selain karena dia mersa bersalah, Alice juga menghindarinya. Sementara itu, Jisung tengah menunggu Dahyun di depan kelas Dahyun. Tangannya melipat di depan dada, tapi, orang yang keluar pertama kali bukanlah Dahyun. Melainkan Alice.

Alice mengira Jisung ingin mengatakan sesuatu kepadanya, namun dia salah ketika Jisung tersenyum karena keberadaan Dahyun yang berada di belakangnya. Dia pun melihat kedua orang itu pergi dengan punggung mereka yang masih terlihat. "Dahyun kim, saya akan ajarkan kepadamu arti karma."

***

Dahyun tengah duduk menunggu Jisung yang memesan dua minuman untuknya. Namun suatu pesan membuat handphonenya menyala lampunya. 'Besok kalian akan pulangkan? ibu punya hadiah untukmu Dahyun.'

'Benarkah? Terimakasih nyonya Han. Memangnya apa yang menjadi hadiahnya?'

'Bukan apa, tapi siapa.'

TBC


Lo(st)verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang