Chapter 3

1.2K 165 24
                                    

-Strong Character?-

"Kau tau drama yang menceritakan tentang seseorang yang sama namun, setelah disakiti hatinya oleh mantan suaminya yang berselingkuh, dia kembali dengan karakter yang lebih kuat?" Tanya Minho yang kemudian digelengi oleh Dahyun, Dahyun tidak begitu suka dengan drama percintaan yang terlalui memusingkan.

"Intinya saja." Kata Dahyun kepada Minho.

"Kau ubah dirimu menjadi lebih berani, kau bisa membayangkannya kan? Maksudku, memang sifatmu sudah lebih terlihat ceria disini. Tapi untuk menghadapi Jisung-". "Oke-oke, aku mengerti." Kata Dahyun menutup bibir Minho karena penjelasan Minho tersebut lebih membingungkan dari pada maksudnya sendiri.

"Tapi, jika tadi saja aku hampir pingsan..." Kata Dahyun ragu, dia ingat betul bagaimana Jisung menatapnya. Menakutkan sekali, lebih menakutkan dari di kejar hantu. "Hei, aku ada disini." Kata Minho yang mengelus rambut Dahyun sayang, dia sudah menagnggap Dahyun sebagai adik sendiri.

Apalagi ketika Mina mengatakan untuk menjaga Dahyun di negri orang tersebut. "Baiklah, sekarang tidurlah, sudah lumayan larut. Aku besok masuk siang, kau?" Tanya Minho.
"Jam 11 mungkin. Atau mungkin lebih." Kata Dahyun mulai mengantuk. Minho tersenyum dan keluar dari kamar Dahyun, mematikan lampu dan menutup pintu. Sementara ia akan tidur di sofa ruang tamu Dahyun yang cukup empuk, dia juga mengambil selimut tambahan dari lemari yang ada di sana.

Dia tidak bisa tidur, mengingat kejadian hari ini.

Dia tengah berjalan menuju ke arah kampusnya dengan taxi, namun entah kenapa seseorang seperti melihatnya entah dari mana. Dia terus berjalan hingga seseorang berbisik kepadanya saat dia berada di kerumuanan.

"Berikan dia."

Haha, dia pikir itu hanya pikirannya. Namun ketika mendengar penjelasan Dahyun tadi, dia harus melaksanakan amanat dari Mina.

"Jaga Dahyun disana, Jisung bisa melakukan hal yang tak terduga. Entah menggunakan tangannya sendiri atau tangan orang lain. Areaku sudah dibatasi oleh Jisung. Dan juga, hati-hati terhadap Felix. Kita tidak tau dia musuh atau teman." Kata Mina yang terngiang di kepala Minho.

Felix? Dia yakin, anak itu tidak ada kaitannya dengan Jisung dan Dahyun selama ini. Apa yang akan anak itu lakukan? Jisung memanfaatkannya atau yang lain? Atau mungkin.. Minho tidak dapat berfikir, bukankah rencananya Dahyun keluar dari Korea dan aman?
Tidak bisakah Jisung melihat Dahyun sedikit tanang? Pikir Minho. Tidak ingin menghabiskan waktu tidurnya dia pun tidur. Namun matanya kembali terbuka, pintu balkon Dahyun lupa ia tutup.

Dia membuka kamar Dahyun dan menutup pintu balkon itu lalu menguncinya. Dia melihat Dahyun telah tertidur. Semua sudah aman, dia bisa tidur.

Namun!

"Minho, tenanglah. Psikopat tidak pernah gegabah, mereka berfikir panjang jika harus membunuh seseorang, dengan mengelabuhi seseorang terlebih dahulu, membuatnya bingung, membuatnya menyerah, lalu membunuhnya." Kata Minho menenangkan dirinya yang sebenarnya malah tidak tenang.

"Tidur! Tidur!" Kata Minho menyerahkan dirinya dan Dahyun pada tuhan jika terjadu sesuatu diantara mereka malam itu.

Paginya, Dahyun terbangun dari tidur, sudah terdapat bau sedap dari dapur. Dia berjalan ke arah dapur, namun tak menemukan siapapun. Dia meneriakkan nama Minho dan dia melihat ke arah meja makan dimana ada note disana.

'Aku pulang karena ganti baju, makanlah. Dan berlatihlah terlihat acuh dan dingin!' tulis Minho membuat Dahyun langsung membuang kertas tersebut dia pun memakan nasi goreng buatan Minho yang selalu sedap. Minho adalah ahlinya memasak.

Tak lama kemudian, pintu rumah Dahyun terbuka. Dahyun yang tau bahwa itu adalah Minho hanya santai dan bersandar di sofa depan tv. Namun, seketika Minho melemparkan beberapa barang kepada Dahyun, membuat Dahyun terkejut apalagi barang terakhirnya dilempar tepat pada kepala Dahyun.

"Ahk!"

"Maaf, yang itu tadi sengaja." Kata Minho mengatakannya dengan tenang, membuat Dahyun sedikit kesal. Bagaimana orang ini bisa lemparkan benda berbentuk botol penyemprot itu padanya?

"Apa ini?" Tanya Dahyun yang kemudian langsung menbuat Minho menjelaskannya, "Alat perlindungan untukmu. Jika orang jahat termasuk Jisung mendekatimu dan kau merasa bahaya. Gunakan salah satunya." Kata Minho yang diangguki oleh Dahyun.

"Tapi, kau tau... Jisung adalah seorang petarung level tinggi. Aku tidak yakin jika tanganku tidak patah saat berniat melakukan ini." Kata Dahyun yang digelengi oleh Minho yang sebenarnya juga tidak yakin, dia hanya bisa berdoa saja Dahyun tidak apa-apa.

***

"Dahyun! Ayo makan!" Kata Alice yang merangkul Dahyun, setelah kelas mereka selesai. Dahyun pun ikut saja karena sudah di gandeng oleh Alice. "Oh iya, apa kau sudah tau jika nanti sore akan ada kelas lagi?" Tanya Dahyun membuat Alice terkejut.

"Apa? Bukankah katanya setan itu akan ada kencan?" Tanya Alice kepada Dahyun yang hanya diseberikan senyuman oleh Dahyun. Alice belum tau seperti apakah setan yang sebenarnya.

Dan, berbicara tentang setan. Setan itu sepertinya sudah menunggu di sebuah meja. "Alex!" Teriak Alice membuat Jisung atau Alex tersebut tersenyum dengan senyuman yang manis. Dahyun hanya ikut duduk di depan Jisung sementara Alice berada di samping Jisung.

Dahyun bersikap seperti apa yang dikatakan oleh Minho, namun tentu saja tidak membuat Alice merasa aneh karena Dahyun termasuk orang yang tertutup jika didepan orang lain. Itu yang Alice ketahui.

"Selamat siang Dahyun." Kata Jisung tersenyum pada Dahyun hanya saja Dahyun hanya menjawabnya dengan senyuman. Dahyun makan dengan Handphone yang ada ditangannya membiarkan kedua orang itu bermesraan di depannya. Dia tidak peduli, asalkan Jisung tidak melakukan apapun padanya.

Saat itu juga, dia mendapati kakinya terasa digesek oleh  kaki seseorang. Dan ketika ia melihat ke bawah meja, dia melihat kaki Jisung. Dia menghela nafas, dan berkata, "Alex." Kata Dahyun membuat Jisung menaikkan alisnya dan membuat kedua orang itu melihat ke arahnya.

"Dan Alice, maaf aku harus pergi. Seseorang mencariku." Kata Dahyun membuat Jisung sedikit tersenyum sementara Alice berkata, "Seseorang? Siapa? Jangan bilang kalau kau mau berkencan dengan Minho." Kalimat tersebut  hanya dijawab dengan senyuman oleh Dahyun. Sementara senyuman Jisung luntur, ketika Dahyun pergi Jisung bertanya kepada Alice.

"Minho? Apa dia orang korea juga?" Tanya Jisung pura-pura tidak tau terhadap laki-laki yang sebenarnya hampir ia pukul tersebut. "Iya, aku sudah bilangkan Dahyun kemari dengan teman beasiswanya yang lain?"

"Apa mereka berpacaran?" Tanya Jisung yang kemudian diangguki oleh Alice. Jisung pun mengangguk mengerti dan kembali bermain-main dengan Alice yang sudah dia rencanakan untuk ditinggalkan setelah dia melakukan sesuatu yang menyenangkan dengan perempuan itu.

Tidak, Dahyun tidak menemui laki-laki kutu buku itu di perpustakaan sekolah. Melainkan dia akan pergi ke toko bunga, entah karena apa dia menginginkan sebuah bunga disana.

"Permisi, Charlotte? Apa kau bisa memberikan aku bunga yang berarti keberanian?" Tanya Dahyun yang membuat Charlotte yang sedang menyemprotkan beberapa tanaman terkejut karena Dahyun yang datang tiba-tiba.

"Kenapa tiba-tiba sekali? Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Charlotte bingung karena Dahyun yang masih mencoba mengambil nafas. Dahyun menggeleng jika dia tidak apa-apa kemudian, Charlotte mengambilkan mawar merah yang terlihat sangat segar. "Mawar merah?"

"Benar, kepada siapa kau akan memberikannya?" Tanya Charlotte yang masih ingin tau. "Kepadaku." Kata Dahyun menghela nafas. Membuat Charlotte menunggu jawaban lainnya.

TBC

Don't walk alone, you need Friends.

Lo(st)verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang