Chap 11

877 166 17
                                    

-Treat you better-

Dahyun dan Seungmin memasuki kawasan rumah Jisung pada pukul sebelas malam. Saat sampai, Seungmin berlari menuju pintu mobil dimana Dahyun akan turun. Setelah itu dia membantu Dahyun turun dengan sopan dan bertanya terlebih dahulu. "Maaf membuatmu pulang terlambat. Haruskah aku mengantarkanmu ke depan?"

"Terimakasih, tapi tidak perlu. Kalau begitu... " Kata Dahyun melangkah pergi dari sana dan memasuki rumahnya, namun sebelum itu dia mengucapkan salam ke arah Seungmin dengan anggukan kepala ringan.

"Malam yang menyenangkan. Bukankah begitu?" Tanya Jisung yang membawa secangkir kopi di tangan kanannya. Yang sepertinya baru dia buat karena asap masih mengepul di atas cangkir tersebut. Dahyun menghela nafas, dia tidak tau harus mengatakan apa. Jisung pun setelah mengatakan itu langsung oergi ke kamarnya, meninggalkan dia sendiri.

Tak mau berlama-lama, Dahyun mengganti bajunya dengan baju biasa. Kemudian membuka kamar Jisung yang tidak terkunci. Dia melihat Jisung yang tengah sendirian dibalkon kamarnya. Sepertinya dia sadar akan ke hadiran Dahyun disana.

Dahyun mendekat ke arah Jisung dan memeluknya dari belakang. Sementara Jisung tidak melakukan apapun. "Jangan seperti ini... "

"Seperti apa maksudmu?" Tanya Jisung memejamkan matanya, nafasnya ia atur agar tidak melampiaskan marahnya kepada Dahyun. Dahyun memang tidak salah pada saat itu, tapi rasanya tetap saja dia merasa marah dan tersaingi..

"Maafkan aku, tapi... sebelumnya aku tidak pernah menolak ajakan ibumu. Dan jika menolak aku merasa sudah sangat membebaninya dan-". "Meskipun ibuku memintamu mati sekalipun?" tanya Jisung mulai tersulut amarah, entah kenapa penjelasan-penjelasan yang diberikan Dahyun hanya terdengar alasan saja.

"Dahyun." kata Jisung melepaskan tangan Dahyun dan menyilangkan tangannya di depan Dahyun. Tatapannya yang lama tidak terlihat kembali menujuk hati Dahyun, "Aku ingin menanyakan satu hal kepadamu."

"Seperti yang kau tau, aku seorang monster yang seperti bom yang entah meledak kapan, dan tentu saja tidak dapat di hentikan kecuali reaksinya sudah berhenti. Apa kau masih ingin tinggal?" tanya Jisung membuat Dahyun teringat perkataan Seungmin dan seluruh perjalanannya yang mengerikan bersama Jisung.

Dahyun tidak dapat mengatakan apapun, jujur dia takut, tapi entah kenaa dia tidak mau meninggalkan Jisung. Apa itu yang di rasakan Belle saat bersama beast? Jisung yang tidak mendapatkan jawaban semakin sakit hatinya, dia mulai kesulitan bernafas, dia mencengkram tangan Dahyun dan mengusir Dahyun dari kamarnya.

"Ji-" Dar! Pintu Jisung tertutup dan dikunci.

Air mata Dahyun mengalir, mengapa ia tidak dapat mengatakan apapun saat itu? Hanya perlu mengatakan iya.

Apa susahnya?

***

Dahyun turun ke bawah dengan wajah yang murung, sementara Jisung sedang asik membaca buku di meja makan sembari menunggu ibunya memasakkan sesuatu. "Selamat pagi! Bagaimana kemarin malam?" tanya ibu Jisung yang hanya diangguki oleh Dahyun, Jisung masih dingin.

"Seungmin adalah pria yang baik." kata Dahyun membuat Jisung menghela nafas, dan bangkit dari tempat duduknya. "Mau kemana Jisung? Makanannya sudah jadi."

"Nafsuku hilang!" kata Jisung yang kemudian pergi ke kamarnya untuk melakukan sesuatu yang entahlah tiada yang tau kecuali Jisung dan Tuhan. "Ada apa dengannya?" tanya ibu Jisung terheran-heran. Sementara Dahyun hanya tersenyum kikuk, dia tidak mungkin menjelaskannya begitu saja.

"Oh iya, jam berapa Seungmin menjemputmu?" tanya ibu Jisung yang membuat Dahyun menggerakkan alisnya, bagaimana perempuan paruh baya itu tau dia dan Jisung akan pergi hari ini?

"Eh? Bagaimana-". "Bukankah biasanya seperti itu?" tanya ibu Jisung membuat Dahyun mengangguk mengerti, jadi itu hanya perkiraan semata yang tepat pada sasarannya. "Ah.... begitu.. aku akan pergi sekitar jam sebelas nanti."

"Benarkah? Ini sudah jam sembilan. Sebaiknya cepat selesaikan makanmu, dan mandilah, lalu berdandanlah yang cantik." kata Ibu Jisung yang sepertinya sudah lebih bersemangat dari pada Dahyun sendiri.

Dua jam kemudian Seungmin datang dengan mobilnya yang kemarin. Dia disambut baik oleh Nyonya Han dan Dahyun, namun tidak Jisung yang menatapnya tegas. Dia tidak menyukai keberadaannya yang bernafas di depannya. "Kau terlambat. Seperti yang ku harapkan." kata Jisung melihat ke arah jam tangannya.

"Ah, maafkan aku. berjalan ke sini memerlukan waktu 1 menit." kata Seungmin yang memang terlambat satu menit dari jam sebelas. Jisung kemudian menghela nafas dan meninggalkan ketiga orang itu di ruang tamu, sementara ia meninggalkan rumah dengan mobilnya. "Maafkan Jisung, mungkin dia hanya tidak suka karena akan kehilangan Dahyun. Kau taukan, mereka seperti anak kembar yang kemanapun mereka pergi selalu bersama. Dan ibu rasa Jisung sudah terlalu menumpukan masalahnya kepada Dahyun."

"Ah, orang tuanya tidak tau.." batin Seungmin.

"Tentu saja aku mengerti, kalau begitu. Saya pinjam Dahyun untuk sementara." kata Seungmin yang kemudian meminta tangan Dahyun untuk digandeng. Meskipun Dahyun ragu, dia harus mencoba berakting yang terbaik di depan nyonya Han.

Meninggalkan rumah besar tersebut, Seungmin melihat ke arah Dahyun yang murung melihat ke arah kaca dengan tatapan yang nanar. "Dahyun? Apa kau tidak apa-apa?"

"Ah? Iya aku baik-baik saja. Maaf Seungmin, seharusnya aku-". "Tidak-tidak. Bukan seperti itu, aku hanya khawatir denganmu. Apa kau sakit?" Dahyun merasakan sedikit perbedaan dengan cara berbicara Seungmin yang tidak seperti apa yang selalu dia dapatkan dari Jisung.

Jisung mungkin akan marah dan mengatakan jika dia sedang marah kepadanya, dan akan memukulnya jika dia salah memilih kata. "Ti-tidak. Terimakasih telah menghawatirkan ku."

"Apa maksudmu?  Yang penting, kau tidak apa-apa." Kata Seungmin yang entah kenapa membuat Dahyun sedikit tersenyum dan merasa sedikit aman.

"Nah, kita sudah sampai. Sebentar, biar ku bukakan pintunya." Kata Seungmin tersenyum.

Sementara itu, Jisung tengah berada di rumah Felix. Kebiasaan Felix selalu sama meskipun dia telah menjadi CEO muda pada perusahaan ayahnya. Yaitu, terdapat game arkade yang berada di ruangan arkade sendiri.

"Kim Seungmin? Dimana ya aku pernah mengetahui nama itu? Apakah aku salah dengar?" Tanya Felix yang memilih untuk menyeruput kopinya. Karena dia harus lembur malam itu.

Dak! Jisung menyatakan kekesalan kepada permainan mobil tersebut. "Aih, aku tau kau kesal tapi jangan pertaruhkan game ku." Kata Felix sedikit terkejut.

"Tapi, jujur saja. Kau memang berbeda Jisung. Kau terlihat sedikit lembek, dengan Dahyun sekarang. Karena itu-". "Dia sekarang berani untuk tidak menjawab pertanyaan mu dan selalu ragu?" Tanya Mina yang datang entah dari mana.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Felix dengan wajah yang dapat dibilang angkuh. "Jisung, lama tidak bertemu. Aku hanya mengantar dokumen." Kata Mina memberikan dokumen Hyunjin kepada Felix.

"Apa? Undangan pernikahanmu?" Tanya Felix yang sedikit tertawa karena pernikahan tersebut dibatalkan karena adanya kesalahan, yah... Dari Felix. "Ya, jika saja kau tidak membatalkannya. Akting yang bagus." Mina menekankan kata kau dengan tatapan ketidaksukaannya pada Felix.

"Aku pergi. Ah, Jisung... Tadinya, aku dan Hyunjin akan membawa Dahyun pergi bersama kami. Ke luar negeri. Tapi, melihat ini bukan urusan kami lagi, aku membatalkannya. Dan... Kim Seungmin... Dia mencurigakan." Kata Mina yang kemudian pergi tanpa menjelaskan mengapa dia mencurigakan.

Jisung yang masih belum beranjak dari tempat tersebut mengeraskan rahangnya. Entah dia akan percaya atau tidak dengan Mina-Hyunjin.

Tapi yang pasti.... Dia tidak akan membuat apa yang akan dan telah ia miliki menjadi milik orang lain.

TBC

Terimakasih sudah membaca. Semangat!

Lo(st)verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang