-I'm Back. princess.-
"Akh...sttt, pelan-pelan. Sakit." Kata Dahyun yang melihat kakinya yang memang membiru tengah diberikan es oleh Minho. Minho sendiri lebih menatap serius ke arah kaki Dahyun yang sedang ia obati. "Terimakasih." Kata Dahyun kepada Minho.
Minho menatap Dahyun dan bertanya, "Atas apa?" Tanya Minho. "Tentang menyelamatkanku tadi dan mengobatiku sekarang." Kata Dahyun yang dianguki oleh Minho sudah yang sudah terbiasa dimintai bantuan oleh Dahyun.
"Jangan mengatakan hal-hal seperti itu, aku sudah terbiasa membantumu. Tapi, malam ini aku tidak bisa tinggal, terlalu banyak tugas. Aku mungkin akan sulit ditemui sampai tiga hari didepan." Kata Minho menjelaskan, Dahyun hanya mengangguk mengerti. Minho memang selalu rajin dan tetap mempertahankan nilainya.
"Baiklah, tidurlah. Aku akan pulang." Kata Minho yang ditolak oleh Dahyun, dia memilih untuk mengantarkan Minho kedepan pintu. Meskipun Minho sudah menolak, Dahyun tetap keras kepala dan membuat Minho menghela nafas saja.
"Hati-hati!" Kata Dahyun yang diangguki oleh Dahyun.
"Cepatlah tidur." Kata Minho yang juga diangguki Dahyun yang kemudian menutup pintu. Dahyun duduk melihat kakinya yang sepertinya tidak bisa diajak untuk ke kampus besok. "Hmm, liburan minggu depan kemana ya?" Tanya Dahyun yang sudah menunggu saat itu.
Dia hanya terpikir bagaimana cara pergi tanpa berfikir bagaimana menyelesaikan. Karena memang tidak bisa selesai. "Tapi Minho..." Benar juga, Minho akan ada libur lima hari setelah liburnya dimulai.
Pip pip pip!
Suara pintu dibuka membuat Dahyun berfikir jika itu Minho, "Apa ada yang tertinggal?" Tanya Dahyun yang tidak dapat melihat siapa yang akan masuk karena di halangi oleh sebuah tembok yang memisah ruang tamu dan pintu.
Tiba-tiba dia melihat seorang laki-laki dengan pakaian full hitam. Dan terlihatlah wajah Jisung yang menatapnya dengan senyumannya, "Aku kembali." Kata Jisung membuat Dahyun terpaku.
"Tidak ada sambutan?" Tanya Jisung yang membuat Dahyun menghel nafas dan membuat wajah yang membuatnya terlihat tidak takut meskipun jantungnya berdegup cepat. "Pergilah Han Jisung, ini areaku."
"Areamu? Dengar, ayahku yang membelikannya untukmu. Itu berarti ini adalah milik keluarga Han, dimana apa yang ada di dalamnya juga punya keluarga Han." Kata Jisung berdiri di depan Dahyun yang ingin pergi dari sana. Namun, kakinya...
"Mengerti?" Tanya Jisung mendekatkan wajahnya pada Dahyun, namun Dahyun menampar Jisung. Yang pada dasarnya hanya membuat Jisung semakin marah, tapi tentu saja Jisung masih memiliki rasa belas kasihan dan kesabaran sebanyak 2% namun beralih 1% setelah dia tertampar oleh tangan Dahyun.
Dahyun merasakan ada botol kecil di belakang punggungnya, dia ingat itu adalah salah satu botol penyemprot yang diberikan oleh Minho sebagai perlindungannya. Tangannya merogoh ke belakang punggungnya, dan menemukannya, Jisung melihat gerak gerik itu diam. Dia ingin tau apa yang disembunyikan perempuan itu.
Tak butuh waktu lama, ketika Dahyun ingin mengemprotkan semprotan cabai tersebut ke Jisung, Jisung sudah menyingkirkan botol alumunium tersebut dari tangan Dahyun. Misi gagal.
"Ah, kau mulai membuatku marah. Apa kau mencoba membuatku buta?" Tanya Jisung yang membuat Dahyun memundurkan kepalanya, karena sekarang kedua tangannya dicengkram oleh Jisung dan kepala Jisung maju untuk menakuti Dahyun.
"Sebenarnya kenapa kau pergi hingga kemari?" Tanya Jisung berbisik kepada Dahyun. Dahyun terdiam, memikirkan cara agar Jisung cepat pergi darinya, "Karena.. aku tidak ingin bersamamu."
Jisung tersenyum kecut dan kemudian mencium pipi Dahyun. "Tapi... Aku ingin bersamamu. Dan, mengurungmu... Seolah kau adalah milikku." Kata Jisung membuat Dahyun ketakutan hingga bergetar hebat. Namun Jisung tidak perduli.
"Pulanglah denganku Dahyun, ayo menikah." Kata Jisung berbisik kepada Dahyun, sementara Dahyun hanya diam. Jisung mengangkatnya ke dalam kamar Dahyun, "Jisung aku mohon... " Kata Dahyun memohon kepada Dahyun.
"Jika kau takut Minho sakit hati... Bukanlah kau seharusnya takut Minho mengalami patah tulang?" Tanya Jisung yang membuat Dahyun diam. Jisung masih melangkah dengan pelan, sementara Dahyun sudah tidak dapat melakukan apapun selain diam.
"Atau... Alice yang akan kuhancurkan impiannya?" Tanya Jisung ketika ingin meletakkan Dahyun kasurnya. "Jangan!" Kata Dahyun memikirkan Alice yang telah menjadi sahabatnya. Dia tidak mau kedua orang itu terkena masalah hanya karenanya.
"Kalau begitu... Jadilah punyaku.. lagi." Kata Jisung meletakkan Dahyun dan menindih Dahyun dengan kedua tangan yang menyangga dan kedua lututnya yang menyangga. "Aku merindukanmu Dahyun." Kata Jisung mencium Dahyun tepat pada bibir.
"Lepaskan aku." Kata Dahyun tidak menyukai hal-hal yang seperti ini.
"Aku tidak akan menyakitimu." Yah, kecuali jika Dahyun melakukan hal yang tidak diinginkan oleh Jisung.
"Jangan menyakiti mereka." Kata Dahyun menghentikan Jisung yang ingin menciumnya lagi. "Jika kau terus bersamaku, dan menikah denganku." Kata Jisung membuat Dahyun kebingungan atas apa yang dikatakan oleh Jisung. Pernyataan itu hanya membutuhkan kata iya.
Namun sulit.
"Apa yang membuatmu ragu?" Tanya Jisung. Dahyun menutup matanya, dan berkata, "Baiklah." Dan dengan kata itu, dia mungkin menyelamatkan kedua orang yang menjadi taruhan, namun juga menghianati satu orang dan merasa tidak enak pada satu orang lainnya.
"Yang kau tanggung bukan hanya kedua orang itu, Mina dan Hyunjin, sekarang berada ditanganku." Kata Jisung yang seolah-olah dia memiliki apapun yang dimiliki Dahyun. Meskipun itu benar, "Aku tau." Kata Dahyun yang membuat Jisung tersenyum puas.
Jisung kemudian menarik sesuatu dari saku celananya. Dia memperlihatkan sebuah kain hitam dan mengikatkannya ke mata Dahyun. "Aku tau kau takut." Dahyun hanya terdiam.
Jisung mencium punggung tangan Dahyun, kemudian lengannya, sikunya, bahunya, lehernya, pipinya, dan.. bibirnya. Jisung tau, jadi ini yang membuatnya tidak bisa jauh dari Dahyun. Aroma dan rasa ketika bersentuhan dengan perempuan itu bagaikan magnet yang membuatnya tidak mau pergi.
Drrrrt! Drrt!
Handphone Jisung berbunyi, Jisung melihat siapa yang menelponnya disaat-saat itu. 'Alice' Jisung menormalkan nafasnya, Dahyun sudah tidak berdaya lagi. Dia mengantuk, kakinya yang telah di obati Minho tadi juga masih sakit. "Apa?" Tanya Jisung sinis.
"Ada apa dengan nada bicaramu? Apa aku membuatmu marah?" Tanya Alice dari dalam panggilan itu. "Tidak, aku hanya bosan denganmu. Kita putus. Jangan hubungi aku lagi."
"Jisung, ini tidak lucu. Kenapa-". "Aku sedang tidak bercanda. Aku menemukan orang yang lebih dari pada kau. Jalang." Kata Jisung yang membuat Dahyun sedikit terkejut. Bagaimana seorang laki-laki mengatakan itu kepada perempuan?
Jisung mematikan panggilan tersebut dan melempar handphonenya ke arah lain. "Kau tidak seharusnya-". "Aku tidak menyukai sesuatu yang rumit." Kata Jisung yang sebenarnya selalu membuat hal-hal rumit. Tidakkah dia melihat kebingungan Dahyun sampai sekarang ini?
"Tidurlah." Kata Jisung berguling ke arah samping kiri Dahyun. Dan memeluk Dahyun. "Jangan membuat orang tau hubungan kita." Kata Dahyun yang diangguki oleh Jisung. "Orang akan tau, tanpa memberitahu." Kata Jisung.
TBC
I'll be very busy. And i'm sorry for that. But, thanks for reading my book. Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo(st)ver
FanfictionSekuel : sick of you Dahyun mencoba pergi dari Jisung dengan melarikan diri ke Amerika dengan beasiswanya, uang yang disimpan oleh ayah ibunya di berikan kepadanya. Yah, seharusnya itu menjadi hidup baru dimulainya Kum Dahyun yang baru. Namun, Jisun...