-He is Back-
Kepala Dahyun bagaikan tertembak peluru dari arah matanya. Dia tidak bisa menutupi ekpresi wajahnya yang terkejut dan itu membuat Alice kebingungan. "Dahyun? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Alice.
"Hah? Oh, ya. Aku baik-baik saja, uh... Aku rasa, aku kurang enak badan." Kata Dahyun yang tidak lagi berani menatap laki-laki yang tersenyum kearahnya. Meskipun itu bukan lagi senyumnya yang seperti serigala, tapi tetap saja. Serigala tetaplah serigala meskipun dia mendapatkan bulu ayam sekalipun.
"Apa kau tidak apa-apa? Bagaimana kalau kita istirahat bersama di cafe dekat sini." Kata Jisung dengan bahasa Inggris-Amerika nya. Dahyun bagaikan tertodong panah dari segala penjuru arah dimana tanah pun tidak bisa dia percayai. "Benar Dahyun, ayo! Lagi pula sore nanti kau tidak bisa kemana-mana." Kata Alice yang semakin memojokkan Dahyun.
Dahyun menghela nafas, apa yang harus dia lakukan. Dan kemudian dia tersadar oleh sesuatu. "Baiklah, ayo. Aku juga ingin sesuatu yang manis." Kata Dahyun tersenyum mengembang melihat Jisung yang malah menaikkan alisnya sekejap.
Mereka pun pergi dari mall tersebut dan memilih untuk menikmati secangkir kopi panas dengan kue manis di cafe dekat sana. "Aku akan mengambil pesanannya, kalian saling berkenalanlah." Kata Alice yang bersemangat karena di sepanjang perjalanan dia menjelaskan Dahyun kepada Jisung dan sebaliknya alias memperkenalkan kedua orang itu.
"Senang melihat wajahmu terkejut seperti itu." Kata Jisung mengganti bahasanya dengan bahasa Korea. "Aku rasa kau cukup sehat untuk melihat psycopath sepertiku." Kata Jisung tersenyum seperti biasa. Sementara Dahyun hanya menatapnya dengan tatapan mencoba untuk bersabar.
"Hai, ini dia. Apa kalian sedang berbicara?" Tanya Alice yang tidak mengerti satupun bahasa Korea, Dahyun tersenyum. "Dia hanya mengatakan jika kau adalah perempuan yang baik." Kata Dahyun berbohong.
"Kau tidak akan bisa menyentuhku lagi." Kata Dahyun membuat Alice bertanya, "Oke, apa artinya itu tadi?" Tanya Alice terlihat senang.
"Aku mengatakan kepadanya jika dia beruntung mendapatkanmu." Kata Dahyun berbohong lagi membuat Jisung mengelus kepala Alice. "Tentu saja, aku beruntung mendapatkanmu." Kata Jisung yang membuat Alice tersenyum senang.
Mereka pun berbincang, meskipun kebanyakan yang berkomunikasi adalah mata Jisung ketika melihat ke arah Dahyun. Sementara Dahyun hanya memilih untuk tidak takut, lagi pula dia bukanlah Dahyun yang penakut.
"Terimakasih atas makanannya, aku harus pergi dan membiarkan kalian berdua disini kan?" Kata Dahyun tertawa kecil membuat Alice menyukainya, Dahyun tau kapan dia harus ada dan pergi. "Hati-hati dijalan!"
***
"Dahyun, bagaimana menurutmu Alex tadi?" Tanya Alice yang membuat Dahyun kebingungan. Alex? Siapa Alex? Dia tidak bertemu orang yang bernama Alex, pikir Dahyun.
"Alex?" Tanya Dahyun tidak mengerti. "Ah, Maksudku Jisung." Kata Alice yang membuat Dahyun langsung terdiam sejenak, dia berfikir kalimat apa yang harus dia katakan kepada Alice? Dia tidak mungkin mengatakan jika Jisung adalah seseorang yang terobsesi terhadap sesuatu, posesif, psycopath, dan yang lainnya. Mengingat apa yang pernah dilakukan Jisung kepadanya.
"Uh, dia baik. Yah, dia mempunyai manner yang bagus, dan sepertinya dia juga mencintaimu." Kata Dahyun membuat senyum Alice semakin tidak bisa tertahankan. Sepertinya Alice berharap terlalu banyak pada Jisung. Semoga saja Jisung tidak membunuhnya.
"Tapi, dimana kau bertemu dengannya. Maksudku, kau baru saja putus dengan-". Kaliamat Dahyun terpotong saat ingin menyebutkan nama mantan dari Alice yang sempat dibanggakan oleh Alice sebelumnya, "Stop! Jangan kau menyebut nama bajingan itu lagi." Kata Alice menutup bibir Dahyun.
"Sebenarnya aku juga masih merasa semua ini mimpi." Kata Alice ketika mereka mulai pergi dari ruangan kelas tersebut, membawa beberapa peralatan mereka.
"Aku bertemu dengannya saat pulang dari kampus, beberapa hari ini hujan bukan? Nah saat itu, Alex datang dan memberikan tumpangan padaku. Awalnya aku tidak mempercayainya." Jelas Alice.
"Seharusnya." Batin Dahyun.
"Namun kemudian aku berfikir jika dia adalah orang yang baik, saat dia memberikanku payung untuk menuju mobilnya." Kata Alice meneruskan.
"Kau salah." Batin Dahyun lagi.
"Saat perjalanan menuju rumahku, dia memperkenalkan dirinya. Dan ternyata dia sudah mengetahuiku sejak masuk bulan pertama. Dan katanya dia jatuh cinta." Kata Alice yang terbang ke arah kejadian itu yang Dahyun tau itu hanyalah jebakan.
"Kemudian ketika sampai, aku kira dia akan pergi begitu saja. Tapi dia mengantarkanku sampai di depan pintu kemudian menyapa ayahku. Setelah itu dia pulang dan hubungan kami berlanjut." Kata Alice memamerkan tindakan romantis Jisung yang sebenarnya sangat asing untuk didengarkan oleh Dahyun.
Jika saja Dahyun yang bercerita mungkin lebih seperti, 'Orangtuaku meninggal karena kecelakaan pesawat dan aku dibawa ke rumah keluarga Jisung. Di sana aku diperlakukan seperti pembantu dan pelacur Jisung yang terkekang seperti dikandang anjing.'
"Oh bukankah itu Minho?" Tanya Alice membuat Dahyun melihat ke arah laki-laki yang tengah memakan roti isinya teesebut sembari meminum air putih. Benar-benar tidak sehat karena dia melakukannya berselang seling. "Kalau begitu aku pergi dulu."
"Hati-hati!" Teriak Alice
"Seharusnya kau yang hati-hati." Batin Dahyun.
"Kenapa kau kemari?" Tanya Dahyun membuat Minho terkejut dan berkata, "Sudah selesai? Aku kesini karena barangku tertinggal di apartemenmu, tapi pintumu tidak bisa dibuka." Kata Minho memberikan roti kepada Dahyun dan Dahyun memakannya.
"Ah, itu, baguslah kau disini. Bisa kau tidur di apartemenku?" Tanya Dahyun membuat Minho yang meminum air putihnya tersedak dan menyemburkan minumannya dari mulut. "Apa? Kau gila?!"
Dahyun menghela nafas, mau tidak mau dia harus menceritakannya kepada Minho.
***
"Jadi, Alice... Pacar barunya adalah Jisung." Kata Minho yang kemudian menghela nafas, dia menuju ke arah balkon apartemen Dahyun. Dia mengambil nafas dan berteriak. "AAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Dahyun yang mendengarnya terkejut.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Dahyun menutup telinganya dengan kedua tangannya, bisa-bisa seseorang melaporkan ke polisi karena mengganggu lingkungan sekitar. "Aku melepaskan stressku."
"Yah, itu tidak membuat Jisung pergi." Kata Dahyun menghela nafas, melirik ke arah Minho yang tengah duduk di pembatas balkon Dahyun. "Karena itu, hari ini. Tidurlah di sofa." Kata Dahyun memohon kepada Minho.
"Untuk itu aku masih bisa mengiyakan, namun jika aku tidak ada. Menurutmu kau akan baik-baik saja?" Tanya Minho membuat Dahyun langsung membanting punggung nya di kasurnya yang di pakaikan seprai berwarna putih dan pink.
Melihat Dahyun yang tidak tau harus bagaimana lagi, Minho berjalan ke arahnya dan berkata, "Bagaimana kau mengubah kepribadianmu?" Tanya Minho membuat Dahyun menaikkan alisnya. Dia tidak mengerti apa maksud Minho dengan mengganti kepribadiannya, dia bukan seseorang yang mengidap penyakit D.I.D dan bisa mengubah kepribadiannya.
"Maksudmu?" Kemudian Minho tersenyum kepada Dahyun dengan senyuman aneh.
TBC
I'm O.K
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo(st)ver
FanfictionSekuel : sick of you Dahyun mencoba pergi dari Jisung dengan melarikan diri ke Amerika dengan beasiswanya, uang yang disimpan oleh ayah ibunya di berikan kepadanya. Yah, seharusnya itu menjadi hidup baru dimulainya Kum Dahyun yang baru. Namun, Jisun...