Chapter 4

1.4K 183 24
                                    

-You, Me and Him-

Dahyun berjalan ke arah perpustakaan, dua jam lagi dia harus kembali lagi ke tempat ia menggapai ilmu dan meraih cita-citanya. Lebih naik dia menghabiskan waktu di tempat yang dekat dari pada harus terburu-buru. Disana, sebenarnya jika Minho masih ada dia ingin bercerita. Namun sepertinya anak itu sudah pergi.

Dahyun duduk dipojok perpustakaan melihat bunga yang ia dapatkan tersebut. "Mawar, bukan hanya warnanya yang merah membuatnya terlihat berani. Tapi durinya yang ada ditubuhnya, membuatnya terasa terlindungi." Dahyun mengingat kalimat Charlotte yang menjelaskan tentang bunga itu tadi.

Tapi adakah sesuatu yang bisa melundungi Dahyun layaknya duri itu? Adakah?

"Nona Kim. Kata Alice kau akan ada jam sore." Kata seseorang membuat Dahyun langsung bergerak spontan. Apalagi dia mendengar suara itu terlalu dekat. Jisung, sialnya dia tidak membawa barang yang di berikan oleh Minho. Tapi-

Dahyun berdiri, melihat ke arah Jisung yang tengah membaca sebuah buku di sampingnya, Jisung tersenyum dan menutup buku tersebut. "Urusi saja urusanmu." Kata Dahyun mencoba sedingin mungkin.

Ketika Dahyun ingin pergi, Jisung menarik perempuan itu dan mengurungnya di dalam kedua tangannya. Jika dilihat, Dahyun memang tidak memakai make up sebanyak Alice. Dan pakaiannya pun lebih tertutup dari pada Alice sendiri. Entah kenapa Jisung mulai membandingkan Dahyun dengan pacarnya tersebut.

"Katakan apa yang ingin kau katakan." Kata Dahyun menatap Jisung dingin, namun tidak berarti Jisung tidak membalasnya juga. Tatapan Jisung memang dingin. Lebih dingin dari pada balok es. Hanya saja Dahyun mencoba melindungi dirinya, seperti duri pada mawar.

Setelah bertatapan cukup lama, Jisung tersenyum dia tertawa kecil. Membuka kuruangan tangan itu dari Dahyun, "Melihatmu berusaha keras seperti ini membuatku kasihan." Kata Jisung sembari tersenyum.

Namun Dahyun tidak menemukan bagian yang lucu tersebut.

Dahyun merasakan kakinya mulai bergetar. Mawarnya ia pegang erat-erat. Dan sialnya Jisung memperhatikannya, lidahnya menyapu bibirnya yang kering, dia melihat mawar tersebut. Dan kemudian dia mengerti, "Kau tau. Jika kau terpaku atau kepada suatu benda, itu berarti kau takut..." Kata Jisung mendekatkan wajahnya kepada Dahyun. Dahyun tidak bergerak.

"...merasa terancam..." Kaki Jisung melangkah ke depan, membuat Dahyun harus merapat ke arah buku dibelakangnya.

"..dan juga..mencari jalan keluar." Kata Jisung membuat Dahyun harus mendorongnya. Ketika Jisung terdorong, Dahyun mengambil nafas dan berkata, "Tidak, aku tidak takut, merasa terancam atau pun mencari jalan keluar karena adanya kau. Aku bukan pelayan, dan pelacurmu lagi." Setelah mengatakan itu, Dahyun pergi dari ruangan itu.

Sementara Jisung yang kembali ditinggalkan untuk yang ke dua kalinya hari ini, hanya tersenyum dan berkata, "Oh, Kim Dahyun apa yang menjadi milikku akan menjadi milikku. Dan dengan sikapmu yang seperti ini... Aku semakin menyukainya." Seketika seringainya terlihat.

***

Dahyun menggambar sebuah gaun merah dengan beberapa hiasan disana. Tiba-tiba seseorang menyentuh bahu Dahyun dari belakang, membuat Dahyun langsung terdiam seperti patung. Dia melihat ke arah belakang dan ternyata itu adalah Minho, "Ah! Maafkan aku! Aku tidak sengaja!" Kata Minho melepaskan tangannya dari bahu Dahyun.

Dahyun menghela nafas, dia mencoba menenangkan dirinya, entah kenapa ketika seseorang menyentuh bahunya, rasanya Jisung akan mencekiknya. "Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Minho menanyakan keadaan Dahyun yang sempat mematung tadi.

"Hm, ya aku tidak apa-apa. Aku ingin makan, apa kau mau memasak sesuatu?" Tanya Dahyun yang membuat Minho sedikit cemberut, "Kau pikir aku kokimu? Ayo makan diluar." Kata Minho.

"Makanan diluar tidak sehat, lagi pula aku malas." Kata Dahyun yang tidak mau saat ditarik tangannya pelan oleh Minho, tapi Minho memaksa Dahyun. Rasanya Minho ingin pergi keluar dengan Dahyun, karena sepertinya Dahyun tengah merasa sedikit tertekan dengan kehadiran Jisung yang tiba-tiba.

"Ganti bajumu, kau terlihat seperti tidak mandi selama lima hari!" Kata Minho yang mendorong Dahyun ke depan lemari, sementara dia pergi keluar kamar Dahyun. "Cih, aku tidak seburuk itu." Kata Dahyun sedikit tersenyum, yah, terimakasih pada lawakan kecil Minho.

Keluarnya mereka dari gedung apartemen, Dahyun bertanya kemanakah mereka akan pergi, karena setahu Dahyun laki-laki di sampingnya itu sangat tidak terduga. Mungkin karena dia sudah terhasut oleh budaya setempat yang memang tidak terduga. "Hmm, tidak tau. Yang paling penting adalah aku mau bersenang-senang." Kata Minho yang kemudian membuat Dahyun menatapnya tidak suka.

Mereka pun berjalan-jalan di sekitar alun-alun kota,  Minho mempunyai kebiasaan untuk menggandeng tangan Dahyun ketika mereka berjalan bersama.

Mungkin dikarenakan sikap waspadanya atau memang dia seperti itu, Dahyun tidak tau.

Sementara dia sudah terbiasa dengan kelakuan Minho juga.
"Tunggu, aku mau makan itu." Kata Dahyun yang menunjuk ke gambar makanan di foodtruck yang membuat Minho melihatnya dan mrnyuruh Dahyun untuk menunggu dibangku yang ada disana sebentar. "Tunggu disini." Kata Minho.

Setelah Minho kembali setelah membeli makanan itu, mereka duduk dan makan makanan itu bersama. "Apa yang kau pikirkan?" Tanya Minho yang membuat Dahyun menghela nafasnya.

"Alice."

"Ada apa dengan Alice?" Tanya Minho yang ingin mendengar penjelasan Dahyun lebih panjang lagi. "Bagaimanakah perasaan Alice nanti? Apakah dia akan baik-baik saja saat melihat Jisung yang sebenarnya?" Tanya Dahyun yang sebenarnya memang sudah mrmikirkan hal itu sejak adanya Jisung dihadapannya. Dia takut jika persahabatannya dengan Alice akan pudar.

"Jisung tidak akan memikirkan orang lain. Dia hanya akan memikirkan dirinya. Aku hanya bisa membantumu sedikit." Kata Minho menatap ke arah Dahyun yang menatap langit seperti mencari sesuatu di dalamnya.
"Entah kenapa... Aku sangat takut." Kata Dahyun yang merasa detajan jantungnya saat memikirkan Jisung seperti ketika ia pertama kali melakukan terjun payung. "Tapi apapun yang terjadi terjadi, Jisung akan tetap mendapatkanku." Kata Dahyun kembali menunduk. Dia benci untuk kembalu, namun dia juga benci untuk tetap dan menyakiti.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku mengajakmu kemari untuk bersenang-senang." Kata Minho menepuk kepala Dahyun pelan dan hal itu membuat Dahyun merasa terjaga.

Ketika makanan habis, Dahyun dan Minho beranjak untuk pulang, namun.. "Akh!" Kaki Dahyun terkilir karena trotoar yang tidak rata dan berlubang. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Minho memegangi tangan Dahyun.

"Hm, tapi kakiku.." kata Dahyun yang merasakan jika kakinya terlalu sakit saat digerakkan.

Tidak ada pilihan lain, Minho berjongkok untuk memberikan Dahyun tumpangan. "Naiklah." Kata Minho yang membuat Dahyun naik ke punggungnya. Dahyun tidak merasa sungkan karena sudah terbiasa dengan Minho.

"Dahyun? Minho?!" Teriak seseorang membuat Dahyun dan Minho menengok. Dan benar saja jika itu adalah Alice, dan juga Jisung yang mengikutinya dari belakang. "Ada apa?" Tanya Alice yang melihat Dahyun yang digendong oleh Minho.

Minho melihat ke arah Jisung sebentar yang menatap mereka dengan tatapan tajam, dia cemburu. "Dahyun terkilir, karena itu aku harus menggendongnya." Kata Minho yang membuat Alice tersenyum.
"Oh, jadi kalian benar-benar berkencan?" Tanya Alice yang kemudian diangguki oleh Minho dia harus menyelamatkan Dahyun dari kedua orang itu.

"Benar, permisi. Pacarku harus ku obati sekarang juga." Kata Minho menatap Jisung yang tidak mengatakan apapun dari tadi.

"Baiklah, sampai nanti." Kata Alice yang melihat Minho kembali berjalan mendahului mereka. "Jadi, itu Minho?" Tanya Jisung berpura-pura tidak tau terhadap orang yang seharusnya sudah ia niati untuk dipukuli dulu.

"Iya, mereka terlihat manisa saat bersama." Kaya Alice yang membuat Jisung mengepalkan tangannya. "Benar, sangat manis. Sudah malam, aku akan mengantarkanmu pulang." Kata Jisung menggandeng Alice ke mobilnya, saat menutup pintu mobil untuk Alice, Jisung menaikkan alisnya saat meluaht ke arah Minho dan Dahyun yang masih terlihat.

"Manis ya?"

"Tapi... Manis itu tidak menyenangkan... Bukan?”

TBC

Thanks for all or your support! Love ya!

I wanna make TXT and ITZY fanfic, will you gimme your permission?

Lo(st)verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang