Selepas dari hari ini yang begitu melelahkan, ditambah kedatangan dia lagi yang diungkit Jieun membuat kepalaku berdenyut nyeri. Rebahan yang kulakukan setelah sepulang sekolah hingga senja menginjak tidak mengenyahkan rasa nyeri itu kendati aku sudah mencoba tidur siang. Yaa, dan itu artinya aku akan kesulitan untuk tidur malam ini.
Beruntung saja Jungkook belum pulang. Kudengar ia lembur di kantor karena berkas kerjanya menumpuk atau terserah. Jungkook yang memegang kendali perusahaan awalnya kupikir dapat berbuat sekenanya saja, ternyata dugaan ku salah.
Tatapanku terpaku pada langit-langit kamar. Tanpa mengganti seragam sekolah yang kukenakan sedari pagi hingga sekarang rasa gerah menyerang sekujur tubuhku. Lantas aku menghela nafas sejenak sebelum memutuskan untuk beranjak. Membersihkan tubuh dan pergi mengisi perut adalah ide yang bagus untuk dilakukan selanjutnya.
Dengan santai jemariku bergerak membuka beberapa kancing seragamku hingga semuanya terlepas. Berdiri di depan cermin sembari mematut tubuhku yang bergerak melepaskan seluruh pakaian lengket karena keringat yang ku produksi hari ini.
Aku begitu santai dengan tubuhku yang tanpa mengenakan apapun untuk bertahan di hadapan cermin. Gelap mengitari sekitar sebab cahaya temaram dari lampu tidurku yang dihidupkan. Terlalu terlena aku berdiri di sana dengan betahnya tanpa ada niatan beranjak ke dalam kamar mandi segera.
Cekrek!
"Jeon Jiyeon, kau—"
Bunyi handle pintu yang terbuka mengejutkanku seketika. Pun presensi yang menyembulkan kepala dengan mata membola dibalik daun pintu itu setelahnya lekas menyadarkan ku dari kebodohan yang selama ini aku pertahankan.
Adalah lupa mengunci pintu.
"Aaarrghhhhhhhh!" Aku menekuk tubuhku sembari bersedekap guna menutupi bagian dadaku. Ini memalukan. Sungguh.
Merasa Jungkook tak bergeming dari pijakannya, aku berteriak lantang lagi dengan rona kemerahan yang menjalari kedua belah pipiku.
"Keluar, Brengsek! Arghhh—kau ..." Aku meliriknya dari sudut mata. "Sialan! Keluar!"
Brakkk!
Teriakan ku yang menggema bersatu dengan suara pintu yang ditutup begitu keras menghempas. Aku masih bertahan di posisiku sampai-sampai sepasang rungu ku dengan samar mendengar kalimat Jungkook. Dan rona merah itu datang lagi.
"Tubuh yang bagus! Aku menyukainya."
Bajingan kau!
...
Aku mengutuk kebiasaan bodohku yang kerapkali ceroboh, lupa dengan satu hal kecil yang teramat penting. Aku benci itu.
Seringkali aku mengabaikan hal sekecil apapun itu walau sebenarnya sangat penting dan beresiko tinggi. Dan sekarang aku benar-benar menyesalinya, aku akan merubah sikapku mulai dari saat ini. Kendati terlambat, namun aku tetap harus merubahnya.
Berakhir dengan diriku yang berendam dalam bathtub aroma mawar. Menenggelamkan hampir seluruh badanku ke dalam cairan dingin itu yang menyegarkan hingga sebatas bibir. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Aku menyesali diriku sebelumnya lantaran membuang-buang waktu dengan mematut diri di depan cermin. Pun poin pentingnya tanpa mengenakan apapun.
Ah, sial sekali.
Mengingat kejadian sebelumnya aku ingin menangis. Menangisi kejadian yang sudah terjadi percuma, lantas aku hanya menghabiskan satu jam lebih dengan berendam sebagai hukuman untuk diriku sendiri agar aku jera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy ✓
FanficKetika kehidupan damai Park Jiyeon mulai terusik dengan kedatangan ayah barunya. Memporak-porandakan hatinya. © 2019 proudofjjkabs