Plak!
Tamparan ku melayang lepas begitu saja tanpa aba-aba. Rengkulan pun ku lepas paksa dengan kerah tenaga. Menatap sengit presensi Jungkook dengan nafas memburu pertanda emosi. Emosi? Ya, tentu saja.
Barangkali pria di depan ku ini benar-benar tidak memiliki perasaan sama sekali. Sinting. Aku tidak butuh sebuah perasaan hanya untuk bersikap sopan santun padanya.
Bermain-main, katanya?
Lucu sekali. Aku ingin tergelak lepas, kendati akan terdengar hambar sebab mengandung luka. Bagaimana bisa Jungkook mempermainkan perasaan ibuku semena-menanya?
"Bermain-main katamu?" Aku terkekeh lirih tanpa melepas pandang. "Aku jadi bertanya-tanya, dimana perasaan mu? Apa kau sama sekali tidak menghargai perasan ibuku untukmu?!" Tersulut emosi, aku menaikkan tone bicara sembari menunjuk wajahnya yang berpaling. Tak membalas tatapan mata.
"Baiklah, aku mengubah pertanyaanku," menjilat bibir bawahku yang kering sambil berkacak pinggang. Lantas aku melanjutkan lagi, "Bagaimana jika Ibu mu yang dipermainkan? Seorang lelaki menikahinya dan mempermainkan perasaannya ... seperti yang kau lakukan. Lantas, kau akan bersikap seperti apa?"
Masih hening, aku belum melihat bahwa Jungkook menunjukkan tanda-tanda untuk membalas kalimatku. Kesenyapan benar-benar mendukung atmosfir diantara kami kian memanas.
"Kau tahu? Pernikahan itu bukanlah sebuah permainan." Aku menggeleng-gelengkan kepala, tetap dengan lanjutan kata-kata ku tanpa memedulikan bahwa ia menyimak atau tidak. Yang jelas, luapan emosiku harus dituntaskan untuk membuat Jungkook mengerti. "Pernikahan merupakan sebuah ikatan resmi yang mana kalian mengikat janji di depan Tuhan, kalian sudah bersumpah untuk menjaga perasaan satu sama lain. Membangun sebuah rumah tangga dengan cinta—"
"Aku sama sekali tidak mencintai ibumu, kau dengar?"
Jungkook menyela cepat, tepat menatap kedua manik ku tiada gentar dengan frasanya barusan. Aku melihat sebuah kesungguhan di dalam sana. Kesungguhan dan kepastian dalam tutur katanya.
Sepersekon kemudian tawaku menggelegar terdengar. Menyiratkan bahwa Jungkook baru saja membuat lelucon yang lebih asik dari pada ahli komedian.
"Tidak mencintai ibuku?" Sebelah alisku naik menuding tidak percaya. Lantas mendengus, "Kalian tidak akan bisa menikah jika bukan karena cinta sedari awal. Karena cintalah yang menyatukan kau dan ibuku," aku berbisik, tepat di depan wajahnya yang berjarak tidak beberapa senti. Saling menatap sengit tanpa takut satu sama lain.
Jungkook menyeringai tipis, lantas membalas, "Oh, ya? Bagaimana bisa kau membuktikan kalimat mu itu?"
Aku mengerjap-ngerjap, terdiam selang beberapa saat sembari meresapi pertanyaan Jungkook barusan. Berpikir dalam diam, mencoba merangkai kata-kata untuk membalas konversasi panas yang tengah berlangsung.
Kendati aku tengah berpikir, tanpa menunggu Jungkook membalas lagi, "Tidak semua orang yang menikah dengan cinta, Park Jiyeon," bisikannya tepat di depan wajahku. Hembusan nafas panasnya menerpa lepas.
Sejemang aku terbelalak sebelum mengubah ekspresi dengan cepat—kembali santai. Aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya. Apa Jungkook dan ibu menikah karena suatu hal? Bukan karena cinta yang selama ini aku pikirkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy ✓
FanfictionKetika kehidupan damai Park Jiyeon mulai terusik dengan kedatangan ayah barunya. Memporak-porandakan hatinya. © 2019 proudofjjkabs