12. We Are Friends

51 5 0
                                    

"Benci gimana maksudnya?" Tanyaku meminta penjelasan apa alasan Puput membenci aku.

"Benci... gara-gara Ardi."

"Ardi?"

"Iya, waktu itu lo bilang mau bantuin Puput biar bisa jadian sama Ardi. Tapi di mata Puput, kayaknya lo nggak bantuin dia, malah lo yang deket-deket sama Ardi. Dia sampe bilang kalo.. lo itu munafik. Ya, gitulah pokoknya."

Dahiku berkerut dan dengan mata yang mulai menatap tajam.

"Apa? Munafik? Munafik gimana maksudnya?"

"Munafik karena.. kata Puput lo itu harusnya bantuin dia, bukannya nikung."

Wah, benar-benar parah itu anak. Hanya karena Ardi, otaknya sudah tidak bisa lagi berpikir secara benar.

Ardi pakai pelet apa ya sampai bisa buat orang jadi seperti ini? Memang benar kata orang kalau cinta itu buta. Ini mah namanya buta sebuta-butanya.

"Ya ampun Dilaa, gue kan udah bantu. Kalo Ardi-nya sendiri yang gak mau terus gue harus gimana lagi? Harus pelet Ardi supaya suka sama Puput?"

Aku tak sadar kalau sudah bicara dengan volume yang cukup besar barusan. Alhasil, banyak pasang mata yang tiba-tiba menoleh ke arahku.

"Iya, iya gue paham. Suara lo kecilin dikit, kenapa? Ini kan jadi diliatin orang," kata Dila sedikit berbisik.

"Abisnya gue emosi. Dia jahat banget  sampe ngomong begitu. Gue kan udah bantuin dia walaupun gak berhasil. Mungkin cara gue salah, tapi gue memang bukan mak comblang yang ahli. Gue nggak tau gimana caranya ngedeketin orang dengan benar. Sebelumnya juga gue udah bilang kalo gue gak janji bisa buat dia beneran jadian sama Ardi, karena keputusannya ada di tangan Ardi. Dia aja yang terlalu berharap!" Cerocosku emosi. Dia itu temanku, hanya karena cinta yang tidak berbalas membuat dia jadi begini kepadaku.

"Iya, gue ngerti. Tapi Puput mikirnya nggak gitu, Ra. Ini gue gak ada maksud buat ngadu domba kalian, ya! Gue cuma pengin kasih tau lo, biar lo bisa jelasin ke Puput. Jelasin kalo sebenernya lo gak punya niatan kayak yang dia pikirin. Supaya diantara kalian juga gak ada yang saling benci membenci," jelas Dila.

"Ya ampun Dila, sumpah gue gak pernah mau nikung dia."

"Iya, gue tau. Tapi Puput belum bisa ngerti itu. Makanya gue mau lo omongin sama dia empat mata dan jelasin apa yang lo omongin tadi biar dia gak salah paham. Ngomongnya pelan-pelan aja, jangan emosi. Terus lo juga jangan bilang kalo gue yang ngasih tau."

* * *

Apakah salah jika diantara sahabat itu melakukan hal-hal bersama? Apakah salah jika aku dekat dengan sahabatku sendiri? Toh, orang dekat kan bukan berarti pacaran.

Semua orang bisa punya perasaan lebih terhadap siapa saja, tak terkecuali Ardi. Itu haknya mau suka atau cinta dengan siapapun selagi tak berlebihan.

Kalau Puput cemburu hanya karena bangku kami yang berdekatan dan sering bercanda seperti yang diceritakan Dila tadi, itu adalah pikiran yang kekanak-kanakan. Apa mungkin aku dan Ardi harus berhenti berkomunikasi atau kalau perlu kita putar balik waktu dan merubah keadaannya agar aku tidak usah kenal dengan Ardi sekalian?

Oke, cemburu itu wajar untuk orang yang memang begitu mencintai. Tapi cinta tidak bisa dipaksa dan aku yakin dia juga tahu itu. Coba kalau dia yang dipaksa untuk mencintai seseorang yang tidak dia cintai, pasti dia tidak mau. Begitu pula dengan Ardi.

Platonic Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang