22. Horror

48 4 0
                                    

Menerima hati yang sebenarnya sama sekali tak ingin kulabuhi itu sungguh bukanlah keinginanku. Itu hanya caraku untuk membius masa lalu. Aku tahu itu kesalahan, namun sekarang tak ada yang bisa kulakukan. Semesta, mengapa kau membuat semua menjadi rumit?

* * *

Aku terus saja merutuki kebodohanku sendiri. Mungkin memang saat ini orang mengetahui jika aku pacarnya Roy, maka sudah pasti aku mempunyai perasaan lebih kepadanya. Namun tidak pada faktanya. Mengapa perasaanku justru sangat menyesal saat aku tahu Ardi masih mencintaiku? Kenapa semesta selalu membuat cerita yang seharusnya mudah malah menjadi rumit seperti ini? Ini sebenarnya kebodohan siapa?

"Jadi ternyata Ardi masih suka sama lo?" Ucap Risa terkejut.

Aku menghela napas panjang. "Sumpah nggak tau kenapa gue nyesel banget nerima Roy kalo tau begini."

"Berarti ... lo juga masih suka sama Ardi?"

"Kalo perasaan gue nyesel begini berarti iya, 'kan?"

"Iya, sih. Terus gimana? Mau lo putusin si Roy? Baru sehari, lho?"

"Gue juga bingung. Gimana, ya?"

"Terserah lo, sih. Tapi.. aduh gimana, ya? Lo kasih waktu dulu lah minimal satu bulan abis itu baru putusin. Gak masuk akal kalo kalian jadian baru kemarin terus hari ini tiba-tiba putus. Lagian lo mau alesan apa ke dia?"

What? Satu bulan bersama dengan orang yang tidak kucintai? Rasanya dunia berputar lamban bak adegan slow motion. Lagi-lagi ini memang disebabkan oleh kebodohanku sendiri, lantas mau menyalahkan siapa kalau bukan menyalahkan diriku sendiri?

Aku bergumam panjang. "Sebulan?" Aku menerawang jauh, berpikir apa yang akan terjadi jika memang aku harus menunggu waktu satu bulan. Kalau saja aku tidak bertindak bodoh menerima orang yang tidak kucintai, ini semua tidak akan terjadi. Oh Tuhan, rasanya aku ingin menghilang saja.

*  *  *

"Ra, ada Roy tuh." Dila mengarahkan dagu kearah Roy yang sepertinya hendak menuju ke tempat aku dan Dila duduk sekarang. Sungguh aku tak tahu harus bagaimana.

"Hei, belum pulang?" Ujarnya setelah tepat berada di depanku.

"Ya belumlah, 'kan masih ada di sini," balasku datar sembari memaksakan mengulas senyum tipis. Dia pun tiba-tiba duduk di sampingku.

"Yaelah, gue jadi nyamuk aja di sini. Gue kayaknya pindah tempat aja deh, takut ganggu. Ngenes banget rasanya gue liat orang pacaran," ujar Dila dengan wajah yang dibuat melas.

Dasar! Bukannya selametin gue dari Roy malah mau kabur.

"Eh, eeh! Mau kemana lo?! Di sini aja!" Aku menarik tangan Dila yang hendak beranjak pergi.

"Lah, lo kenapa, sih? Udah ada pacarnya juga."

Aku melotot ke arah Dila supaya dia duduk lagi di dekatku. Dia pun kembali duduk di sebelah kananku dengan sedikit tertawa. Aku tak mau jika harus berdua saja dengan Roy. Aneh, semakin ke sini aku semakin risi melihatnya. Padahal sebelum Nafya memberi tahu soal Ardi, aku tidak seperti ini.

"Roy, lo kalo mau balik ya balik aja. Kenapa jadi duduk di sini?" Itu usiran halus sebenarnya. Tapi sepertinya dia tidak paham yang namanya kode.

Platonic Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang