2. Punished

752 22 4
                                    

Pagi ini aku bangun kesiangan. Inilah yang menyebabkan aku terlambat datang ke sekolah. Dengan langkah secepat mungkin aku berderap, gerbang sebentar lagi akan ditutup!

"Aduh, Neng, cepetan dong!" Ujar pak satpam yang berjaga di gerbang sekolahku.

"Iya, Pak, makasih!" Ucapku seraya berlari menuju kelas.

Beruntung, satpam itu masih berbaik hati untuk tidak menutup gerbang sebelum aku masuk.

Aku masih berlari menuju kelasku. Guru pasti sudah masuk ke kelas. Aku bisa dihukum berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran selesai. Ah, semoga saja Bu Hani tidak masuk hari ini!

Tepat di depan kelas X IPS 3, seseorang berlari lebih kencang sehingga dia menyenggol bahuku kuat. Aku pun terjatuh di lantai dengan kedua lutut yang membentur lantai lebih dulu.

"Heh! Kampret lo, ya!" Seruku geram.

Ternyata orang yang menabrakku tadi itu seorang cowok. Setelah mendengar teriakanku, cowok itu berbalik lantas menghampiriku yang masih terduduk di lantai.

"Ardi?! Ih, lo tuh bener-bener, ya! Gak punya mata sampe nabrak-nabrak?"

Yah, ternyata dia Ardi. Teman sekelasku sekaligus ketua kelas di kelasku.

"Ssst, ngomelnya nanti aja, kita udah telat!" Ucapnya lantas membantuku berdiri.

"Kaki gue sakit, tau!"

"Ya udah nanti gue obatin di UKS pas istirahat. Sekarang kita ke kelas dulu." Ardi menarik lenganku seenaknya.

"Gak usah tarik-tarik juga kali! Emangnya gue anak kambing apa?! Inikan kaki gue sakit, gak bisa lari-larian."

"Jadi gimana? Mau digendong?"

"Ish, amit-amit deh. Udah, gue jalan sendiri aja. Tapi lo gak boleh tinggalin gue, ya! Ini udah telat gara-gara lo malah jadi tambah telat, mana kaki gue sakit banget lagi."

"Ya udah iya, ayo." Dia terlihat pasrah.

Aku dan Ardi berjalan menuju kelas. Sesampainya di depan pintu kelas, kami berdua langsung mendapat tatapan tajam dari Bu Hani. Ah, berarti doaku yang tadi tidak dikabulkan.

"Habis dari mana kalian? Pacaran dulu? Pake gandeng-gandengan segala, udah kayak truk aja," ujar Bu Hani sinis.

Astaga, aku baru sadar! Ternyata selama di jalan tadi Ardi menggandeng tanganku. Oh Tuhan, apa yang terjadi? Kenapa aku seperti dihipnotis sampai-sampai tidak sadar begini?

Sontak aku menarik tanganku yang digenggam oleh Ardi.

"Ciieeeee.." Ujar teman sekelasku kompak.

"Sini!" Bu Hani nampak murka. Ini semua gara-gara Ardi!

Aku dan Ardi pun memasuki kelas, lantas berdiri di depan meja guru yang diduduki oleh Bu Hani sekarang.

"Alvira, kenapa bisa telat?" Tanyanya menginterogasi.

"Eee, anu, Bu, tadi saya kesiangan. Terus pas udah sampe di sekolah, di depan kelas IPS 3 tadi Ardi nabrak saya, terus saya jatuh," jawabku jujur.

"Lalu kamu kenapa Ardi?"

"Saya kesiangan juga, Bu, sama kayak Vira. Mungkin jodoh ya, Bu?" Jawab Ardi cengengesan.

Astaga, dia sadar atau tidak dengan yang dikatakannya tadi?

"Terus kenapa nabrak Alvira?"

"Ya nggak sengaja, Bu. Kan saya telat, jadi lari-lari, eh gak sengaja nabrak Vira tadi. Kasian, Bu, kakinya sakit. Boleh nggak saya obatin Vira dulu?"

Platonic Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang