Aku kira aku telah menang atas perasaanmu, namun ternyata aku salah. Aku bukan menang, melainkan menanggung perih.
* * *
Entah apa yang terjadi dengan diriku kemarin sampai-sampai aku mau jalan dengan Ardi. Rasanya aneh, tapi aku senang juga.
"Wah, Ra, lo beneran jalan sama Ardi?" tanya Risa histeris yang hanya kubalas dengan anggukan kecil.
"Ya baguslah, berarti udah tanda-tanda, tuh."
"Tanda-tanda apa?" tanyaku bingung.
"Tanda-tanda dia nggak akan gantung lo lagi."
Aku hanya tersenyum miring. Apa benar begitu? Ah, sudahlah. Tidak perlu mengharapkan hal yang tidak pernah pasti.
"Raaa.. gue mau curhat, nih." Risa merengek seperti anak kecil sembari menggoyang-goyangkan tanganku. Ini pasti tidak jauh-jauh dari masalah Rendra. Apalagi kalau bukan itu?
"Duh, nanti aja kenapa sih, Ris? Ini masih pagi, udah galau aja." Entah kenapa pagi ini moodku tidak bagus.
"Hai, gais. Apa kabar? Kangen nggak sama gue?" ucap Nafya yang baru saja hadir.
"Eh, Nafya! Kemana aja, sih?"
"Gak kemana-mana kok. Apa kabar kalian berdua? Apa kabar nih orang-orang kelas? Udah seminggu lebih gue nggak masuk, kangen tahu nggak sama kalian semua."
"Kita semua baik kok, cuma si Vira aja, tuh. Dia mengalami banyak tragedi menyedihkan," ujar Risa terlalu dramatis.
"Lebay banget dah lo." Aku menoyor kepala Risa. "
"Tragedi apa, Ra?" tanya Nafya.
"Nanti aja gue ceritanya, nggak penting juga. Jadi nyokap lo kenapa, Naf? Terus kenapa chat gue nggak dibales, telpon nggak diangkat?"
"Duh, itu kuota gue abis. Terus kalo lo nelpon tuh gue nggak tahu soalnya handphone nggak pernah gue bawa waktu ke rumah sakit. Nyokap gue nggak apa-apa kok. Kemarin kena demam berdarah, lumayan parah. Jadi gue mau nemenin dia aja, nggak mau sekolah dulu. Yah, soalnya siapa lagi yang mau nemenin kalo bukan gue. Bokap kan kerja, pulangnya malem. Yah, jadi gitu, baru semalem dibolehin pulang sama dokter."
"Ya ampun, kenapa lo nggak ngabar-ngabarin kita, sih? Jadi sekarang gimana keadaannya?" tanya Risa.
"Udah nggak kenapa-napa kok, kan udah dibolehin pulang. Ya cuma masih disuruh banyak istirahat aja di rumah."
"Syukurlah kalo gitu," ucapku lega.
"Oh iya, Ardi sama Dita putus, ya?" tanya Nafya yang tiba-tiba berpindah topik bahasan.
"Hah, putus?! Yang bener? Lo tau dari mana?" Risa histeris.
"Tadi denger anak-anak cowok di depan lagi pada ngobrol sama Ardi, katanya sih dia putus. Tapi gue nggak tahu juga sih, cuma nggak sengaja denger aja," balas Nafya.
"Tuh, Ra! Udah putus dia, Ra!" ucap Risa masih histeris.
"Emangnya kenapa kalo mereka putus? Kok, lo kayaknya seneng banget?" tanya Nafya yang tampak bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platonic Love [Completed]
Teen FictionJika kamu berpikir bahwa setiap dua insan yang saling mencintai pasti akan bersama dengan cerita yang indah, maka kamu salah. Jika kamu berpikir bahwa setiap cerita cinta kebanyakan hanya manis di awal dan pahit di akhir, mungkin itu benar. Tapi bag...