Hari ini pengambilan nilai berenang untuk kelasku. Pengambilan nilai berenang diadakan di kolam renang yang ada di sekolah. Sebelum pengambilan nilai, para siswa biasanya diperbolehkan untuk bersiap-siap. Pada waktu persiapan itu, tak seluruhnya benar-benar bersiap dan berlatih. Ada yang bermain-main air, ada yang makan dipinggir kolam, dan sebagainya. Ditambah lagi sekarang Pak Indra—guru olahraga killer itu belum datang. Bisa menjadi kesempatan untuk bermain-main terlebih dahulu bagi teman-teman sekelasku itu. Namun alih-alih bergabung dengan mereka, aku hanya duduk di pinggir kolam ditemani sebotol minuman teh melati.
Roy dan Ardi menghampiri lantas duduk di samping kananku.
"Sendirian aja nih, jomblo ya?" Ujar Ardi sarkas seraya cengengesan."Gak usah ngehina, deh. Iya tau gue jomblo."
"Lah, kemaren ditembak Aji malah ditolak. Salah sendiri, jadi jomblo, kan?"
Aduh, telingaku tiba-tiba saja minta ditutup mendengar nama itu disebut.
"Gak usah sebut-sebut dia," ucapku dingin.
"Wah, jangan galak-galak gitu. Nanti gak ada yang mau, jadi jomblo terus, lho."
"Lo tuh bacot banget, deh. Bisa gak sehariii aja lo gak buat gue kesel?"
"Hahaha. Udah tenang, gue jamin, bentar lagi lo akan melepas status jomblo. Jadi jangan galak-galak."
"Mau ngapain lagi lo? Mau jodoh-jodohin gue lagi? Kali ini sama siapa? Yang lebih parah daripada kemarin?"
"Ckckck, lo tuh sensian banget sih, Ra. Gue gak mau jodoh-jodohin lo lagi kok, tapi ini tuh emang itu cowok yang suka sama lo."
"Siapa?"
Baru saja melontarkan pertanyaan, Ardi langsung menceburkan diri ke kolam tanpa menjawab pertanyaanku tadi terlebih dahulu.
Ah, biarkan sajalah. Aku tidak perlu terlalu memedulikan ucapannya tadi. Paling dia sedang mengerjaiku. Dia kan memang hobi seperti itu.
Kini di sebelahku hanya tersisa Roy yang dari tadi diam saja. Aku baru sadar kalau selain ada Ardi, Roy juga sedari tadi duduk di dekatku.
Berada dalam situasi krik krik seperti ini tentu saja tidak enak. Aku memilih untuk terlebih dahulu mengeluarkan suara.
"Heran gue, kenapa kita mau temenan sama orang yang modelannya kayak Ardi, ya?"Cowok di sampingku itu tertawa renyah. "Udah takdir dapet temen yang kayak gitu."
"Eh, ngomong-ngomong pacar lo itu gimana?" Menanyakan si Putri, pacar Roy yang playgirl itu, sebenarnya hanya supaya ada bahan obrolan. Karena aku yakin kalau Roy sebenarnya sudah memutuskan pacarnya itu.
"Bukan pacar lagi, udah jadi mantan," jawabnya.
Aku membulatkan mulut seraya mengangguk-angguk. Benar 'kan, Roy sudah putus. "Ya bagus, deh. Greget juga gue sama tuh cewek. Lo yang putusin?"
"Iya."
"Oh iya! Lo kan belum kasih tau gue siapa gebetan baru lo. Ardi sama Nafya udah tau, masa gue sendiri yang nggak. Eh, tapi ngomong-ngomong Nafya mana, ya? Lo liat nggak?"
"Nafya tadi lagi ganti baju katanya."
"Oh, ganti baju. Jadi siapa?"
Roy terdiam sejenak. Aku menaikkan alis, menunggu jawabannya. "Ya pokoknya orang, deh. Lo kan bentar lagi juga mau ditembak."
"Ya nenek gue juga tau kali kalo lo sukanya sama orang dan yang pasti cewek, nggak mungkin kucing. Yang ditanya itu orangnya siapa? Lagian siapa juga yang mau nembak gue? Awas aja kalo Ardi jodoh-jodohin gue lagi, gue sleding tuh orang!" Ocehku panjang lebar
KAMU SEDANG MEMBACA
Platonic Love [Completed]
Roman pour AdolescentsJika kamu berpikir bahwa setiap dua insan yang saling mencintai pasti akan bersama dengan cerita yang indah, maka kamu salah. Jika kamu berpikir bahwa setiap cerita cinta kebanyakan hanya manis di awal dan pahit di akhir, mungkin itu benar. Tapi bag...