Hari hari terus berlalu, seperti biasa tidak ada yang spesial. Semua sudah seperti list yang tidak boleh dirubah.
Sekolah, yap. Ini adalah rutinitas hampir seluruh anak yang dilakukan sejak berumur 6 tahun.Untuk pelajar yang sekolah hampir 10 tahun lebih lamanya, memang sangat melelahkan. Tidak semua anak benar-benar menginginkan berada di sekolah. Banyak siswa dan siswi yang pergi ke sekolah hanya untuk menuruti kemauan orang tuanya dan tidak sedikit dari mereka yang berontak akibat lelah dengan padatnya aktivitas.
Kesya melangkahkan kakinya di koridor kelas. Sama seperti hari- hari sebelumnya, ia akan berjalan ke kelasnya yang berada dilantai dua.
Kehidupan Kesya setiap hari hanya berada di dalam kelas, sambil membaca buku ditemani dengan earphone yang selalu terpasang ditelinga dan hanya akan dilepaskan ketika pelajaran dimulai.
Setiap istirahat pun kesya hanya memakan bekal yang dibawanya dari rumah dan selesai itu, ia langsung pergi ke perpustakaan.
Kehidupan yang monoton ini sudah dijalaninya hampir 4 tahun lamanya. Sejak SMP Kesya sudah menjalani hidup tenangnya yang kemungkinan besar orang akan mengatakan hidup yang membosankan.
Setiap hari begitu, tidak ada yang berubah. Hidup Kesya tidak pernah jauh dari namanya buku dan belajar.
Tapi jangan sepelekan Kesya walaupun ia sangat tertutup dengan publik, terkesan polos dan tak tahu apa-apa, ia selau mengetahui berita- berita yang bertebaran diluar sana.Gosip dan rumor apapun yang beredar disekolah, ia selalu mengetahuinya. Semua tingkah berlebihan yang menjadi pusat perhatian Kesya selalu mengetahuinya. Hanya sekedar tahu. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Begitu seterusnya.
Kesya memiliki sifat tertutup dan menarik diri. Ia jarang sekali bicara didepan umum dan sulit mendekatkan diri dengan teman-teman. Namun ia memiliki kepintaran dan daya ingat yang patut diacungi jempol.
Jika kalian berpikir Kesya adalah anak yang tidak memiliki materi dan mengejar semuanya demi bertahan hidup. It's big no.
Kesya adalah anak dari salah satu konglomerat di negaranya, hidupnya sedari kecil dilapisi dengan segala kemewahan dan kekayaan yang tak ada habisnya. Hanya saja Kesya tidak mengumbar segala miliknya, karena baginya itu adalah milik orang tuanya yang dipinjamkan kepadanya.
Bunyi bel masuk berbunyi, tanda dari jam pelajaran akan segera dimulai. Kesya selalu menyukai pelajaran ini. Pelajaran jurusan. Bukan karena Kesya tidak bisa pelajaran lainnya, ia mampu menguasai hampir semua pelajaran di sekolah.
Masalahnya Kesya hanya bisa melihat orang yang yang telah mencuri hatinya itu saat pelajaran jurusan.
William Reza Pratama, salah satu siswa famous disekolahnya. Ia juga terkenal badboy sering sekali ia mendapatkan hukuman akibat masalah yang dibuatnya.
Walaupun ia sangat sering membuat onar dan malas belajar -penyakit yang sering dimiliki laki laki yang memiliki gelar most wanted- , ia tidak pernah takut akan ancaman D.O dari sekolahnya.
Tentu karena ayahnya adalah donatur terbesar di sekolah bertaraf internasional yang disekolahinya. Tidak ada seorang pun yang berani melebihi hukuman poin dan membersihkan sekolah.
William memang nakal, pemberontak dan malas belajar tapi segala keburukan itu tertutupi dengan pesona ketampanannya yang luar biasa.
Banyak siswi di sekolahnya yang memuja dan ingin mendapatkan hati William. Tapi pria itu bukan tipikal orang yang menganggap wanita serius. Ia sudah memiliki kenangan buruk tentang hal itu.
William mendengar bunyi bel masuk kelas. Ia berdecak malas saat mengingat mata pelajaran selanjutnya.
Ada dua hal yang tidak bisa ia lawan dikehidupannya salah satunya belajar. Bukan karena William pintar atau menyukai belajar, tidak sama sekali. Tetapi mata pelajaran yang ini tidak akan pernah diizinkan orang tuanya untuk dilewatkan.
Mata pelajaran jurusan. William benci ini, karena guru tersebut sudah bekerja sama dengan orang tuanya.
William sejujurnya tak mengerti apa kerja sama yang direncanakan orang tua dan gurunya, tapi ia juga tidak mau dirugikan oleh ancaman dari sekutu tersebut. Jadi dengan langkah malas ia berjalan menuju kelasnya.
***
Kesya menoleh ke arah pintu saat William dan temannya masuk ke kelas. Ia melepaskan earphone dan menyimpannya di dalam tas. Matanya terus mengikuti William yang berjalan menuju kursinya, jauh dibelakang. Sedangkan Kesya sangat depan.
Jika sudah seperti ini akan sangat terlihat mana murid baik dan pintar dan mana murid nakal dan pembuat masalah.
Biasanya siswa yang ingin belajar akan berada dibarisan yang terdepan. Siswa siswi bagian ini akan takut kehilangan pelajaran ataupun kehilangan fokus dari penjelasan guru. Ambisius yang mengerikan. Tak jarang pula siswa dan siswi yang berada dibarisan depan akan melakukan apapun untuk mendapatkan nilai terbaik mereka.
William dan teman seperjuangannya Daniel tidak memperdulikan hal tersebut. Baginya tidak ada sama sekali hal yang harus dikejar. Ia sudah memiliki segalanya, bahkan harta warisan dari orang tuanya sudah lebih dari cukup sampai ia tua nanti walaupun tidak bekerja.
Sekolah adalah kegiatan yang ia lakukan untuk mengikuti menuruti kemauan orang tuanya. Tak lebih dari itu.
Guru menjelaskan pelajaran didepan kelas, terlihat jelas jika William tidak ingin berada di kelas. Pria itu gelisah, buku dan penanya sedari tadi menjadi alasan keributan di kelas.
William tetaplah dirinya walaupun segala macam ancaman yang diberikan orang tuanya. Ia juga tidak bisa mengendalikan hal ini. Kenakalan dan kejailannya.
"William, cukup!!" teriak guru Biologi yang sedang berbadan dua tersebut. William diam, ia cukup terkejut dengan teriakan menggelegar dari depan kelas.
Seluruh murid menatap kursi william yang berada dibelakang. Kesya pun sama pelan- pelan ia memutarkan badannya untuk melihat William.
"Kamu itu ya, dari tadi ada aja yang kamu ributkan dibelakang" omel bu Dini sambil menghampiri kursi William..
"Saya nggak ngapa- ngapain bu" elak William dengan polosnya.
"Dari tadi ibu melihat kamu Wili, ngapain kamu melempar buku sampai ke depan. Trus itu, pena kamu bisa bisanya sampai di tempat Daniel" ujar bu Dini sambil melihat Daniel yang jauh diujung sana.
"Ibu Dini, itu nggak sengaja bu, kan kesenggol tangan" bela William yang tak mau disalahkan.
"Mana ada William yang kesenggol sampai jauh ke depan"
"Haah, sudah sekarang semuanya kerjakan halaman 123 dibuku latihan" suruh bu Dini kepada semua muridnya.
"Bu, ini dikerjakan kelompok" ucap salah satu murid.
"Baiklah, ibu akan pilihkan kelompok untuk kalian" ucap bu Dini sambil kembali ke tempat duduknya.
Semua siswa menatap bu Dini takut dan gelisah. Untuk kaum yang menatap bu Dini takut adalah kaum yang tidak ingin disatukan dengan kaum yang hanya akan menumpang nama tanpa mau bekerja. Dan untuk kamu yang menatap bu Dini dengan gelisah adalah kaum yang takut disatukan dengan kelompok yang hancur.
*malas belajar
Hampir semua nama sudah disebut namun nama Kesya tak kunjung disebut. Walaupun ia tidak masalah melakukan sendirian tapi ia takut jika semua ini dilakukan karena diskriminasi pada dirinya yang tertutup.
Akhirnya namanya disebut. Namun penyebutan nama Kesya bersama teman lainnya hampir membuat jantungnya nyaris terlepas dari tempatnya.
"Kelompok terakhir adalah Kesya, William dan Daniel"
TBC
back again nih
new story
read and vote ye
sorry for the typo
thank you man teman
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mommy [Tersedia Ebook]
Teen Fictionaku mencintai dia dengan sederhana, apa adanya. aku tak merubah apapun yang ada didalam diriku. aku menjadi aku apa adanya. aku tau resiko dari mencintainya. terluka. aku sangat mengerti tentang itu. aku sadar, bahwa aku mencintai orang yang salah...