30.

10.7K 478 14
                                    

Kesya mengangkat kepalanya, matanya melihat ada Revan yang memunculkan kepalanya saja dari pintu.

"Apaan sih, masuk aja kali" Kesya geleng- geleng melihat kelakuan Revan.

Revan ini kan pimpinan tertinggi dari perusahaan, dan Kesya cuma bawahannya. Tapi  kelakuan Revan sangat tidak sesuai dengan jabatannya.  Sedikit -banyak- kekanak- kanakan.

Revan masuk sambil menutup pintu, satu tangannya ia letakkan diatas belakang badannya. Kesya mengernyit, aneh melihat sahabatnya yang berjalan mendekatinya dengan senyum yang merekah.

Kesya yang memang sudah memiliki perasaan dengan Revan, tersenyum juga. Lucu melihat Revan seperti itu. Saat Revan sudah ada didepan meja Kesya, ia menyuruh Kesya untuk tutup mata.

"Buat apa?"

"Ck, nurut aja kenapa sih?!"

Kesya pun hanya berdehem dan menutup mata. Jantungnya merasa dua kali lebih cepat berdetak. Apa yang akan diberikan Revan kepadanya?

"Buka sekarang!"

Kesya pelan- pelan membuka matanya, ia melihat ditangan Revan sebuah bucket yang berisi berbagai macam merek cokelat.

Kesya tersenyum, dan menerima bucket yang diberikan Revan padanya. Entah mengapa ia merasakan senang dan terharu. Belum pernah seoranh pria datang kepadanya memberikan hadiah seperti Revan. Ia merasa diperhatikan dan diinginkan. Kesya sangat bahagia sampai ia mengeluarkan setetes air matanya

"Kok lo nangis?" Revan panik sendiri. Ia sibik mengambil tisu yang ada di meja dekat sofa tamu dan memberikannya pada Kesya.

"Kok lo tumben romantis gini, geli tau nggak?"

Revan terkekeh saja menanggapinya. "Sekali- kali, gapapa kali"

Kesya tersenyum membalas ucapan Revan. Dan tentu saja ia langsung lupa dengan kejadian di ruang meeting.

...

Kesya selesai dengan pekerjaannya. Sekarang sudah pukul setengah sembilan malam, jam pulang kantor sebenarnya sudah berakhir sejak pukul lima sore.

Hanya saja hari ini mood Kesya sangat baik, makanya ia menyelesaikan semua tugas dan laporan yang seharusnya dikerjakan untuk besok.

Senyum dari bibir Kesya pun tidak pernah luntur, ia sesekali terkekeh, ketika membayangkan kejadiaan dimana Revan memberikan bucket cokelat untuknya.

Sedari tadi Kesya terus saja melihat itu dengan senyum malu- malunya. Ia bahkan sudah bersumpah tidak akan memakan dan mengizinkan siapapun menyentuh bucket spesial miliknya itu.

Kesya menyusuri basement dengan langkah riang, sesekali ia bersenandung menyanyikan lagu barat kesukaannya. Saat ia tiba di mobilnya, ia melihat Allina berjalan menuju mobil miliknya.

"ALLINA" teriak Kesya kencang membuat yang dipanggil menoleh. Ia tentu saja terkejut melihat Kesya masih di kantor.

"Lo bohong sama gue, ada apa sih Lin?"

Allina diam menatap Kesya datar, namun kepalanya berpikir cepat untuk mencari jawaban yang pas.

"Lo bilang pergi ke luar negeri, tapi lo disini. Sebenarnya dari tadi lo dimana? Apa yang lo tahu?"

Allina tidak menjawab pertanyaan Kesya. Matanya tertuju pada bucket yang berisi cokelat yang berada dipelukan Kesya.

"Dari Revan, kan?"

Kesya ikut melihat arah pandang Alinna. Ia menautkan alisnya, bingung. Mengapa Allina bisa tahu bucket cokelatnya?

Kesya mengangguk "Nggak usah ngalihin pembicaraan, jawab pertanyaan gue?!" desak Kesya.

Young Mommy [Tersedia Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang