Kesya duduk tenang di kursinya, sekarang ia berada dipesawat yang sudah terbang sejak 1 jam yang lalu dan ucapan William masih terus terngiang dikepalanya.
Otaknya berpikir keras, menimbang apakah ia harus kembali pada William atau memperjuangkan perasaan barunya, kepada Revan.
Sejujurnya Kesya juga tidak mengerti dengan hatinya. Ia tidak bisa memungkiri jika ia masih mencintai William. Sangat. Ia tidak akan pernah bisa lupa dengan pria itu, karena William adalah ayah dari anak kembarnya.
Tapi Kesya juga mulai menyukai Revan. Sekarang, segala yang ada pada Revan mulai berarti untuknya. Ia juga mulai merespon dengan baik pendekatan- pendekatan yang dilakukan Revan. Meski terbalut rasa bersalah pada Elsha dan sedikit lowkey.
Kesya menutup matanya posisinya dekat jendela membuatnya merasa nyaman dan aman untuk tidur.
Namun ia tidak bisa tidur. Kepalanya mulai berimajinasi dan membayangkan Revan. Wajah tampan sahabatnya itu mulai memengaruhi seluruh pikirannya. Senyumnya, suaranya bahkan tawanya terus berputar.
Kesya membuka matanya dengan cepat. Melihat kursi sebelahnya yang diduduki Revan. Dan pria itu sedang tidur.
Kesya menghela nafas gusar, kembali menutup matanya dan ia bisa melihat William tengah bersama dengan anaknya.
"Anak ku" Kesya bangun dan bergumam pelan.
Revan yang terusik dengan suara Kesya bertanya "Kenapa Sya?"
Kesya tersenyum lalu menggeleng pelan.
Revan ikut tersenyum, tangannya terangkat mengelus rambut Kesya pelan dan kembali tertidur.
Meninggalkan Kesya yang membeku dengan wajah yang terkejut. Ia senang, senyum yang ada dibibirnya makin mengembang.
Namun Kesya merasa ada yang mengganjal. Ia merasa aneh karena jantungnya tidak berdetak cepat. Hatinya tidak berbunga seperti seharusnya. Tidak ada perasaan yang mampu membuat perutnya geli, atau panas yang membuat wajahnya memerah.
Kesya teringat ketika saat bersama William dulu.
Wah...
Dahulu jangankan skinship dengan William, disenyumin pria itu saja ia sudah seneng sekali. Dirumah ia akan berteriak gak jelas, dan Kesya akan memegang dadanya yang berdetak seperti ingin terlepas dari tulang rusuknya.
"Aduh, kok hati gue nggak meronta- ronta ya saat sama Revan. Gue seneng sih, tapi kok perasaan gue biasa aja. Perasaan dulu sama William bakal kurang ajar banget nih jantung berdetaknya. Aneh dah"
...
Daniel kembali ke rumah, ia menemukan William yang tertidur di ruang tengah.
Daniel berhenti melangkah lalu menatap sekeliling. Ia menghela nafas sabar. Benar-benar deh sih William, ditolak aja separah ini.
"Ini gue salah apart gak sih?" gumam Daniel pelan.
"Perasaan kagak dah, WOY WILLIAM!"
Daniel melemparkan bantal yang berserak pada wajah William.William berdecak pelan dan melihat Daniel samar- samar.
"Eh, udah balik lo?" Setelahnya pria itu kembali tidur.
"Lo ditolak aja bisa semenyedihkan ini dah. Lo tidur tapi tv hidup, udah gede banget lagi suaranya. Sampah cemilan lo dimana-mana. Bantal sofa berserakan semuanya. Will, wahh lo... bangun nggak lo? Gue lempar dari jendela apart ya?!"
William mendudukkan dirinya, mengucek matanya pelan "Apaan sih lo, berisik banget kek mak gue"
Daniel duduk disebelah William "Lo nggak pengen dengar jawaban Kesya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mommy [Tersedia Ebook]
Teen Fictionaku mencintai dia dengan sederhana, apa adanya. aku tak merubah apapun yang ada didalam diriku. aku menjadi aku apa adanya. aku tau resiko dari mencintainya. terluka. aku sangat mengerti tentang itu. aku sadar, bahwa aku mencintai orang yang salah...