Part 2
*Istri yang Menyebalkan*Arsya memelankan derap langkahnya ketika menapaki pekarangan rumah yang mewah. Benar-benar jauh dari perkiraan. Matanya mengedar ke seluruh arah. Halaman luas, rumah besar, taman indah dan masih banyak tempat yang membuat hatinya terpana.
"Arsya, cepat masuk!"
Arsya segera menoleh ketika mendengar suara bariton yang baru saja berseru padanya. Seorang lelaki tampan yang baru saja menjadi suaminya itu menyuruh agar segera masuk. Ia pun mengangguk, lalu mengekor di belakangnya.
Senyum mengembang terus menghiasi wajah cantik Arsya. Matanya menatap takjub pada seluruh isi ruangan yang tertata sedemikian rapi.
"Kamarmu di sana," kata Dirga sambil menunjuk salah satu ruangan di dekat ruang televisi.
Arsya mengernyit. Kepalanya mendongak demi menatap wajah Dirga.
Kamarmu? Kenapa harus kamarmu? Bukan kamar kita? Arsya bertanya pada dirinya sendiri. Ingin mengabaikan, tapi rasa penasarannya ternyata lebih besar.
"Lho, bukannya ... bukannya ... kalo udah nikah—"
"Harus tidur satu kamar?" potong Dirga cepat. Ia membalas tatapan polos Arsya dengan sorot dinginnya.
Arsya mengangguk dengan rona merah di wajahnya yang sudah tak bisa lagi disembunyikan. Dirga sudah melihatnya. Akan tetapi ....
Dirga memutar bola matanya. Sepertinya menikahi anak dari rekan bisnisnya akan jauh lebih baik dari pada menikahi gadis menyebalkan seperti Arsya.
"Jangan banyak berharap!" serunya mengingatkan. Ia akan menaiki anak tangga, tapi Arsya malah menarik ujung kemejanya.
"Eh ...." Arsya segera melepas kemejanya. Seketika, hatinya diliputi rasa takut ketika mendapat tatapan tajam untuk yang kedua kalinya dari Dirga. Seolah mengatakan jangan sentuh aku!
Dirga membuang napasnya kasar. "Apa lagi?"
"Aku, aku, a-aku ... eh, gak jadi." Arsya malah memasang senyuman manisnya. Bagi Dirga, senyuman yang ditunjukan istrinya barusan adalah senyuman paling menyebalkan yang pernah ia temukan dalam seumur hidupnya.
Arsya langsung berlalu menuju kamar barunya. Tak memedulikan perasaan suaminya yang tengah jengkel setengah mati.
Arsya menatap takjub pada isi kamar yang akan dia tempati. Kasur queen size dan interior yang berada di dalam kamar membuatnya sampai lupa bagaimana caranya bernapas.
Arsya melangkah tak sabar dan langsung membuka lemari besar dengan ukiran bunga di sekitarnya. Kedua bibirnya terbuka. Netra indahnya menatap tak percaya pada isi yang ada di dalamnya. Mulai dari gamis, hijab, piama, pakaian dalam, celana, sampai baju tipis yang kekurangan bahan pun ada.
Arsya memilih setelan piama karakter, lalu menyimpannya di atas kasur. Ia sendiri langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Teringat belum menunaikan kewajiban.
Sementara di ruangan lain, Dirga baru saja akan memejamkan kedua matanya yang terasa sangat berat dan perih. Namun, ketukan pintu dari luar membuatnya gemas dengan takdir.
"Apa?" tanya Dirga setelah membukakan pintu.
Gadis ber-pasmina hijau tosca dengan balutan piama bermotif animasi itu menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Membentuk sebuah senyuman.
Arsya menyodorkan tangan kanannya ke depan, lalu mengedipkan sebelah matanya. Genit.
Dirga mengernyit. Ia kembali masuk ke kamar, mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya, lalu memberikannya kepada Arsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Contract Marriage
Romansa"Sya, ada satu pertanyaan yang harus kamu jawab sebelum pergi." Dirga berkata sambil mengambil ponselnya. "Harus?" "Ya!" Dirga mengusap layar ponselnya. "Kamu mau nikah sama aku dengan alasan apa? Apa karena terpaksa, uang, atau-" "Aku bersedia ni...