NCM7 | Misterius

6.9K 597 55
                                    

Dirga tak bisa memejamkan kedua mata. Segala posisi tidur, sudah ia coba. Namun, tetap sama. Matanya enggan untuk terpejam.

Dirga memiringkan badan, menghadap sang istri yang ternyata bergerak sama. Mengubah posisi tidur membelakangi menjadi terlentang. Membuat ia susah payah menahan gejolak nafsu yang semakin membara di dalam dada. Ingin abai, tapi godaan malam ini malah menjadi godaan terbesar dalam hidupnya. Tidur satu ranjang dengan gadis cantik yang memiliki bibir merah sensual untuk pertama kalinya.

"Argh!"

Lelaki berkaus hitam itu beranjak bangun. Menjambak rambut yang mulai memanjang hingga sedikit berantakan. Bagaimanapun juga, ia lelaki normal yang bisa melakukan apa saja jika terus terkurung bersama gadis secantik Arsya. Ingin beranjak bangun untuk menghindar pun rasanya berat. Akal sehat dan nafsu sedang berperang. Malah, nafsu lebih dominan.

Dirga mendekatkan wajah. Menghirup wangi tubuh sang istri yang tertutupi piama dan hijab. Tanpa dapat dicegah, ia mengecup wajah gadis di bawahnya dari dahi sampai dagu. Merasa mendapat lampu hijau, lelaki berparas tampan itu langsung mencecap manisnya bibir Arsya.

Gadis di bawahnya menggeliat, Dirga pun segera menarik tubuh. Ia tak mau kalap apalagi tertangkap basah. Meski Arsya telah halal, tapi ia ingin melakukan kewajiban mereka secara sadar, ikhlas dan atas nama cinta.

Dirga menoleh, kedua alisnya berkerut saat melihat Arsya kembali terlelap. Setengah gemas, ia menyingkap hijab, lalu bermain-main di sana karena tak tahan melihat leher jenjang dan putih tersebut.

***

Seorang Muazin mengumandangkan adzan dengan suara yang begitu merdu. Sehingga tubuh mungil Arsya pun sedikit menggeliat. Namun, itu semua kembali seperti semula. Ia terlelap lagi.

Arsya bukan salah satu gadis yang mudah bangun. Terbukti ketika pelukannya terhadap bantal guling mengendur, ia malah semakin mendekap erat bantal guling yang terasa besar dan keras. Mencoba mencari kehangatan dari sana, tapi ....

Besar dan keras? Bukankah seharusnya bantal guling itu terasa empuk dan lembut?

Satu tangan yang tadi memeluk erat, kini malah terlepas. Ia meraba-raba bentuk guling untuk memastikan. Sesuatu yang bidang telah teraba oleh tangan mungilnya, lalu kedua mata bulatnya terbuka. Ia pun memilih mendongakkan wajah untuk melihat secara langsung dan matanya menangkap wajah seseorang yang ....

"Aaa ...!" Arsya berteriak sambil munutup kedua mata.

Dirga mengusap wajah, lalu mengacak rambut asal. Membuat wajah tampannya terlihat lebih cool di mata Arsya. "Kenapa?"

"Om nyari kesempatan! Ngajakin tidur malah nyuri kesempatan meluk-meluk!" seru Arsya dengan suara lantang. Hijab yang tadi sempat berantakkan, kini telah dirapikan.

Om?

Kenapa panggilan itu terulang kembali? Bisakah kata yang berupa panggilan tersebut dihilangkan dari kamus bahasa Indonesia?

"Oh, ya?" tanya Dirga. Ia bersikap santai dengan nada datar seperti biasa. Kemudian, menguap kembali.

Arsya memutar bola mata. Malas. Ini masih pagi, tapi paginya dimulai oleh kejadian yang menjengkelkan. "Iya!" seru Arsya terdengar tegas ditelinga Dirga.

Not a Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang