Awal -1

1K 51 6
                                    

Minji menatap aneh pada siswa tinggi yang barusan berjalan di hadapannya sambil cekikikan sendiri. Ia tidak tahu betul siapa siswa itu, yang pasti, siswa itu adalah kelas XI IPS 10 yang kelasnya persis di samping kelas Minji, XI IPA 1. Kelas itu memang terkenal dengan perkumpulan memanusia-manusia receh bin bobrok di sekolah ini, tetapi Minji tidak menyangka bahwa selain receh dan bobrok, ternyata salah satu di antara mereka ada yang gila juga. Atau mungkin semuanya memang gila? Entahlah, Minji tidak tahu.

"Minji!"

Minji hampir saja melemparkan botol minuman di tangannya saat sebuah suara nyaring memanggil.

"Aera bego! Bisa gak kalau manggil itu biasa aja, gak usah barbar bikin jantungan orang?" pekik Minji kesal, yang hanya dibalas oleh cengiran bodoh Lim Aera, sahabatnya.

"Maaf. Hehe." Aera nyengir lebar tak berdosa.

"Ngapain bengong sendirian di sini, sih, Ji? Kesambet jin iprit?" tanya makhluk yang Minji anggap astral di sisi Aera. Lelaki dengan wajah yang terlihat kalem tetapi kelakuan tidak ada kalem-kalemnya bin kaleng rombeng.

"Terserah gue, dong. Apa peduli lo?" desis Minji, memicing.

"Ayolah, gak boleh ketus begitu sama Abang, Dek. Nanti kualat, durhaka begitu." Dia nyengir sampai kedua matanya tenggelam. Heran Minji, usianya tujuh belas tahun tapi kelakuan anak tiga tahun kadang-kadang:)

"Lucu? Cih." Minji berdecih tajam. "Saking lucunya, gue sampai pengin nyemplungin lo ke laut merah, San!" Minji menendang San, tetapi tidak kena karena dengan gesit, San menghindar. Namanya juga atlet taekwondo.

"Lo masih marah soal kemarin, hm?" tanya San jenaka.

Minji memicingkan mata, menarik napas dalam-dalam sebelum mengeluarkan rentetan kalimat yang tertahan dari kemarin. "Siapa yang gak bakalan marah, Bego? Lo ngajak gue keluar rumah supaya lo dikasih izin Nyokap, terus lo ninggalin gue di jalanan kayak orang idiot, dan lo malah pergi sama teman-teman kampret lo itu! Sumpah demi sempak ijo Patrick Star, kalau aja lo bukan saudara gue, udah gue tumbalin lo ke Nenek Kebayan, biar lo digiling terus dagingnya dikasih ke anjing punya Wooyoung!" pekik Minji tanpa jeda sehingga ia hampir kehilangan napas setelahnya. Dia benar-benar emosi.

Lihat, San malah terbahak keras. Saudara yang durhaka, bukan?

Umur mereka memang hanya tepaut dua hari karena keduanya adalah saudara tiri. Mereka tinggal serumah sejak masih di sekolah dasar dan sangat dekat. Maksudnya, dekatnya seorang Choi Minji dan Choi San adalah seperti anjing dan kucing. Selalu ada saja keributan yang mereka ciptakan. Kalau boleh jujur, Minji memang barbar sih.

"Apa? Anjingnya pacar gue gak bakalan mau makan dagingnya San. Pait anjir, banyak dosa sering ledekin anak orang." Aera tertawa keras, sedangkan San merengut kesal sambil menarik-narik beberapa helai rambut Aera agar gadis itu berhenti menertawakannya.

"Dah lah. Dasar ngeselin!" desis Minji. "Setengah dari uang jajan bulanan lo mulai detik ini jadi milik gue ya, San! Kalau nggak, gue bakal lapor ke Nyokap sama Bokap kalau lo diem-diem pergi ke kelab malam sama temen-temen lo!" Minji berlalu meninggalkan San yang terus merengek sambil memanggil-manggil namanya mengiba. Biarkan saja, itu pembalasan. Minji tersenyum evil.

***

"Lo berhasil, Ho?" tanya Yeosang dengan mata berbinar menatap Yunho.

Thantophobia▪️ATEEZ YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang