Dekka(1)

125 29 8
                                    

"Eloooo?" Ucap Tasya agak sedikit tak percaya. Ia memalingkan wajahnya dari cowok tersebut, ia takut. Bahkan jantungnya pun seakan ditantang untuk sprint 100 meter. Keringat dingin meluncur mulus dari keningnya.

Cowok itu menatap Tasya dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang ditatap pun malah memilih untuk terdiam dan kikuk, sebuah awkward moment untuk mereka berdua.

"Ta.....sya?.....Anastasya?" Ucap lelaki itu sambil memicingkan matanya.

"Kok, lo tau nama gue?" Tanya Tasya sambil berusaha bangkit.

"Oh gak, sorry gue salah orang!" Cowok bermata abu-abu itu berjalan keluar kelas melewati gadis itu.

Tasya pun melongo menatap punggung itu. Ia berbelok kiri dan menuju pohon beringin tua. Terus duduk dibawah pohon beringin tersebut sambil memasang earphone ditelinganya. Jarak antara pohon beringin dengan kelas mereka lumayan dekat, Tasya pun masih bisa melihat gerak gerik cowok tersebut.

"Weisssh,! ganteng juga!" Seru Amel tiba-tiba.

"Jutek, dingin, sok misterius gitu lo bilang ganteng? Lo buta?" Tasya menanggapi ucapan sahabatnya tersebut sarkas.

"Dih, itu mah ciri -ciri cogan idaman Sasya sayangkuuuuh!!!" Sahut Amel dengan mata berbinar-binar. Ia masih memandangi sosok cowok misterius yang duduk di bawah pohon beringin tersebut.

"Dasar aneh."

Tasya berlalu keluar kelas dan meninggalkan Amel. Tadinya ia ingin memberitahu sahabat cerewetnya itu kalau cowok yang dipujinya barusan mengenalnya entah dari mana.

====

Kriiiiiing

Bel berbunyi, menandakan jam pelajaran pertama dimulai. Kedua sahabat tersebut sudah berada didalam kelas, dengan Amel yang terus-terusan mengoceh karna di tinggal Tasya tadi. Tasya sendiri hanya mendengarkan ocehan Amel tanpa berniat menanggapi. Ia memandang keluar jendela, tepat di pohon beringin. Cowok tadi sudah tidak terlihat, entah pergi kemana.

"Selamat pagi anak anak!!" Sap seorang guru muda yang kira-kira berusia 30 puluh tahunan. Dengan dandanan yang super menor, rok span yang mengikuti lekukan tubuh, dan baju agak ketat, guru tersebut memasuki kelas sepuluh 1. Tasya mengernyit heran, lagi-lagi ia punya firasat tidak enak dengan guru tersebut, tetapi ia hanya membiarkan saja.

"Pagiii buuuk!!" sapa anak-anak serentak.

"Hari ini, ibu akan membagikan beberapa lembar formulir yang harus kalian isi. Ini berisi biodata pribadi kalian. Dan oh ya, berhubung hari ini hari pertama kalian masuk sekolah, jadi hari ini kita isi dengan sesi perkenalan, bagaimana?" Lanjut guru tersebut dengan gaya bicara dibuat seanggun mungkin.

"Baik buuu!" sahut anak-anak lagi.

"Oh ya, perkenalkan, nama ibu Magdalena Gita Sasmita, biasa di panggil ibu Gita. Umur ibu 30 tahun, ibu tinggal di perumahan kemuning jalan Mekar Sari 42 blok B. Ibu wali kelas kalian, ada yang kurang jelas?"

"Tidak ada buuu!"

"Ok, kalau begitu perkenalan dimulai dari..., kamu iya yang rambutnya coklat, bangku kedua dari depan pojok kiri" tunjuk guru tersebut.

"Saya bu?" Sahut Tasya.

"Iya, kamu!" jawab guru tersebut lagi.

Gadis bersurai cokelat itu pun maju kedepan untuk memperkenalkan diri.

"Perkenalkan nama saya......,"

Tok tok tok

Belum sempat Tasya memperkenalkan diri pintu kelas di ketuk. Seorang cowok berhoodie hitam masuk kedalam kelas dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku hoodienya, tudung hoodie hitamnya pun masih bertengger manis diatas kepalanya.

DekkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang