Remember?

47 6 0
                                    

Seperti sebuah permulaan. Awal yang dimulai entah darimana. Bukan saja karna berusaha melupa. Tetapi karna tak ingat bahwa apa yang telah di lewatkan begitu saja akan berimbas untuk waktu yang akan datang. Begitulah yang dialami Tasya. Potongan-potongan kenangan yang tak sesuai plot yang beruntut membuatnya seolah meraba dalam kegelapan. Ia lupa perihal siapa jati dirinya. Ia lupa jiwa siapa sebenarnya yang ada dalam dirinya. Ia lupa. Ia kebingungan menerka puzzle yang belum ditemukan potongan-potongannya yang akan membentuk sebuah gambar utuh. Potongan tersebut seolah lenyap di dalam kepalanya, di dalam jiwanya, dan di dalam alam pikirannya. Potongan yang secara susah payah harus ia cari. Potongan yang seolah membuatnya mati kebingungan.

"Ada apa?" Tanya Dekka saat melihat Tasya melamun di kursi depan kelas. Dekka melihat gadis itu sedang menatap kosong ke depan, seolah sedang menyelami sesuatu dalam alam bawah sadarnya.

Tasya bahkan tak menggubris cowok itu. Ia hanya memperbaiki posisi duduknya tatkala Dekka mengambil tempat di sebelahnya. Ia juga tak tau mengapa ia bisa sedekat ini dengan cowok itu. Ia seolah masuk dan menyusup dalam kehidupan Dekka diam-diam. Tanpa keduanya sadari mereka seolah memasang magnet dalam diri mereka. Yang membuat mereka merasa perlu untuk mengenal lebih dalam dan menggali lebih jauh kepribadian masing-masing.

Dekka menghela napas gusar. Dihembuskannya perlahan. Ia memandang lurus ke depan pohon beringin sana, ikut menyelam kedalam alam bawah sadar bersama Tasya. Tapi tak dinyana, pohon beringin tak sedikitpun membuatnya tertarik. Ia lebih tertarik dengan wajah kilau keemasan yang ditimpa sinar mentari pagi di sebelahnya itu. Iris cokelat dengan surai cokelat kemilau tersebut sangat cantik menurut Dekka. Tanpa sadar ia malah lebih memilih memandangi wajah cantik tersebut alih-alih memandang ke arah pohon beringin. Wajah cantik yang telah mengusik hidup abu-abunya. Wajah cantik yang entah sejak kapan membuatnya terbuai. Ia seolah hadir kembali dalam kehidupan lamanya yang berlalu dua tahun silam. Kehidupan indahnya bersama gadis itu. Gadisnya yang mirip sekali dengan si cantik di sebelahnya ini.

"Woy"....

"Woy,"....

Tasya berusaha menyadarkan cowok di sebelahnya itu. Ia terheran-heran saat menyadari bahwa Dekka memandangnya dengan tatapan intens. Cowok itu malah menopang dagunya dan memasang ekspresi seolah kagum. Ia berulang kali tersenyum sendiri seolah bermain bersama imajinasinya. Manik abu-abunya itu bahkan memandang lurus ke arah Tasya. Tatapannya seolah terkunci dan terpendam dalam wajah gadis itu. Sorot matanya penuh kekaguman.

Tasya yang tak tahan dikacangin Dekka pun lantas memegang kedua pipi cowok itu. Niatnya ingin segera menyadarkan Dekka segera dari lamunannya. Ia bahkan telah menopang wajah Dekka dengan kedua tangannya. Tadinya ia berniat usil ingin mencubit pipi cowok itu. Tetapi kenyataan berpihak pada ketidakberuntungannya. Ia malah terbuai pada wajah bak dewa yunani dengan iris mata abu-abu itu. Wajah bule yang tampan ditambah senyum manisnya membuat Tasya linglung dan merasa bahwa ia sedang tidak menapaki bumi. Kenapa cowok itu sangat tampan sih? Pikirnya. Ia bahkan harus menetralkan ekspresi wajah kemerahannya berulangkali ketika sedang bertatap muka dengan cowok itu. Dekka seolah punya aura kuat sekaligus mengintimidasi. Wajah tampan dengan ekspresi dinginnya itu membuat Tasya tertarik.

Bukan tertarik...

Lebih tepatnya jatuh cinta...

Dekka sebenarnya sudah sadar sedari tadi ketika Tasya memegang pipinya. Ia bahkan ingin segera menyadarkan gadis itu tatkala Tasya seolah sedang berada di dunia lain. Tapi tidak Dekka lakukan karna ia suka dalam posisi seperti itu. Ia suka ketika tangan Tasya memegang kedua pipinya. Ia suka berada dekat dengan gadis itu. Ia suka pipi kemerahan Tasya tatkala gugup ketika berbicara dengannya. Ia bahkan sempat berpikir akan membiarkan kejadian itu berlalu beberapa menit, tetapi tergagalkan ketika gadis itu segera sadar dan memalingkan wajah malu. Gadis itu bahkan merutuki dirinya sendiri dan mengetuk kepalanya berulang kali. Ia merasa telah menjadi bodoh hanya karna dihadapkan pada wajah ganteng cowok itu.

DekkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang