Thorne-Zytkow

62 20 5
                                    

Tasya membuka matanya perlahan. Mengerjap-ngerjapkannya berulang kali berusaha beradaptasi dengan cahaya yang masuk. Dimana ini? Apa mungkin sekarang ia masih bermimpi?. Seingatnya dia baru saja melihat sosok gadis mengerikkan sedang berada di hadapannya, menghisap sesuatu dari dalam tubuhnya. Setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi. Iris cokelatnya mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Kepalanya agak sedikit pusing. Ia menyipitkan matanya saat pandangannya menyapu ke sudut ruangan berwarna putih itu, dilihatnya Dekka sedang tertidur pulas diatas sofa.

Ia sadar bahwa ia sudah berada di dunia nyata, di ruang UKS. Ia mencubit lengannya sendiri berusaha meyakinkan diri bahwa ini bukan lah mimpi, dan ternyata benar!. Ia sudah kembali ke dunia nyata. Ia menghela napasnya lega. Ternyata apa yang dialaminya barusan hanyalah sekedar mimpi, mimpi yang sangat buruk pikirnya.

Ia masih memandangi langit-langit UKS. Tubuhnya masih sangat lemah walau hanya sekedar untuk duduk. Ia masih mengingat mimpi mengerikkannya tadi, berusaha mencari titik terang dari mimpi misterius tersebut. Ia segera menepis pemikiran buruknya dan meyakinkan diri bahwa itu hanya sekedar bunga tidur.

Ia memiringkan kepalanya saat mendengar pergerakan kecil dari sudut ruangan. Dilihatnya Dekka yang sudah terbangun dan duduk di sofa, masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Tasya yang melihat itu pun cepat-cepat menutup mata dan pura-pura tertidur. Ia dapat merasakan bahwa cowok itu berjalan ke arahnya, berdiri di samping ranjang UKS tempatnya berbaring.

"Bangun!, Gue tau lo cuman pura pura," ucap Dekka dingin. Tatapan matanya yang tajam mengarah pada Tasya, seolah akan melahap gadis itu hidup-hidup saat itu juga.

Tasya yang merasa bahwa tipuannya itu gagal akhir nya perlahan membuka mata. Ia melotot saat telapak tangan si mata abu-abu tersebut menyentuh lembut kening nya, mengecek suhu badannya. sebelah tangannya yang lain pun memegang pergelangan tangan Tasya,entah apa maksudnya.

"isshhh!!!, lo ngapain sih?" Bentak Tasya sarkas seraya menepis kasar tangan Dekka dari keningnya.

"Gue cuman ngecek suhu badan lo doang, bawel amat sih," ucap nya dingin, kemudian perlahan menjauhkan tubuhnya.

"Kok, lo sama gue bisa ada di sini?" Tanya gadis bersurai cokelat itu lagi. Ia tak mengerti mengapa ia bisa berada UKS bersama manusia es ini.

"Tadi lo pingsan," jelas Dekka cuek, matanya menatap ke arah luar jendela yang menampilkan lapangan basket luas yang kosong.

Tasya pun mengikuti arah pandang manik abu-abu tersebut. Merasa tak ada sesuatu yang menarik ia kemudian memusatkan pandangannya kepada cowok itu lagi, meminta penjelasan.

"Kalo ngomong tuh yang jelas, gue gak ngerti!" ucap gadis itu ketus, merasa pembicaraannya di abaikan oleh Dekka.

Dekka pun mengalihkan pandangannya ke arah Anastasya lagi, kemudian menghela napasnya gusar. Ia harus benar-benar bersabar menghadapi gadis cerewet satu ini. Ia heran, di kelas gadis ini terkenal pendiam dan ketus, tapi kenapa setiap bersamanya selalu saja bersikap cerewet dan tidak mau diam?.

"Tadi! pas di kelas lo tidur, anak-anak yang lain udah pada ke mading buat liat pengumuman ekskul yang di tempel sama anak OSIS. Di kelas cuman ada lo sama gue. Gue denger lo meracau gak jelas gitu, tapi wajah lo pucat dan keringat mengucur deras di kening lo, gue kira lo cuman mimpi. Tapi pas gue liat lagi, darah keluar dari telinga sama hidung lo!" ucap Dekka lagi, berusaha menjelaskan apa sebabnya mereka berdua berada disini.

"Terus yang bawa gue ke sini siapa?" Tanya Tasya penasaran. Ia tak puas dengan penjelasan cowok itu yang setengah-setengah .

"Tadi temen sebangku lo itu balik kelas, mungkin ketinggalan sesuatu. Dia berusaha bangunin lo, tapi lonya gak bangun-bangun. Gue jelasin sama dia kalo lo cuman pingsan karna gue tau CGS lo 4-5-6, alias cuman pingsan biasa yang di sebabkan tekanan darah rendah dan respon sistem saraf yang mengurangi aliran darah ke otak, mungkin efek mimpi lo yang membuat lo sangat trauma dan stress or maybe something like that. Tapi temen lo yang bawelnya minta ampun itu nampol gue dan nanya kenapa cuman bilang cuman padahal lo udah pingsan. Salah gue juga sih. Dia panik dan nyuruh gue telpon Ambulans, setelah gue jelasin dia paham, makanya gue bawa lo kesini dan bukan di rumah sakit." Jelas cowok tersebut panjang lebar, baru kali ini ia banyak berbicara dengan orang yang baru ia kenal.

DekkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang