DILD

98 21 5
                                    

Tasya menelungkupkan wajahnya di atas meja. Nafasnya ngos-ngosan karena terburu-buru berlari dari perpustakaan sekolah menuju kelas yang jaraknya terbilang cukup jauh. Untung saja Pak Yudi masih berbaik hati mengizinkan dirinya masuk. Kalau tidak, mungkin sekarang ia sudah berada di tengah lapangan sambil berdiri menghormat bendera. Karena ini yang pertama kalinya gadis itu terlambat, Pak Yudi memakluminya.

"Syaaa!!" bisik Amel pada Tasya.

"Syaaaa, phsst phsttt!!" bisik gadis itu lagi. Berusaha agar semaksimal mungkin di dengar oleh Tasya dan tidak di dengar oleh pak Yudi.

"Ho'oh? Apa dah?" Jawab Tasya ogah-ohahan, mungkin efek kelelahan berlari ia jadi mengantuk.

"Syaaaa, Dekka tuh.... ngelirik lo mulu!" Seru Amel lagi seraya mencubit kecil lengan Tasya. Berusaha mengodenya agar berbalik kebelakang, melihat kearah Dekka.

"Biarin!"

"Tapi syaaaa, tatapannya nyeremin ih, coba deh lo liat!" Amel masih keukeh menyuruh gadis keras kepala itu agar menengok ke belakang.

"Mmmmmm." balas Tasya bergerak kecil berusaha mencari posisi nyamannya.

"Syaaaa, itu tuh.......!" ucapan Amel terpotong saat suara Pak Yudi menggelegar menegur mereka berdua.

"Itu, yang di pojok kiri bangku urutan nomor dua, kalo tidak mau belajar silahkan keluar!" Bentak Pak Yudi, matanya melotot galak pada kedua sahabat itu.

Amel pun sontak menunduk menghindari tatapan killer milik Pak Yudi. Sedangkan Tasya yang tadi sedang tidur-tiduran terlonjak kaget saat tau perkataan Pak Yudi ditunjukkan pada mereka berdua.

"Lo sih, Mel ah!" Ucapnya menyalahkan Amel.

*******

Bel pertanda jam terakhir pun berbunyi. Informasi dari ketua kelas menyatakan bahwa sekarang jamkos karena Bu Gita sedang izin ada urusan ke sekolah lain. Jadinya sekarang murid murid pun bebas untuk keluar masuk, ke kantin, dan lain sebagainya.

Tasya sangat malas bergerak kemana pun, seakan terpaku pada bangkunya ia tak mau bergerak. Matanya mengatup menandakan kantuk yang teramat sangat. Entah kenapa ia merasa sangat mengantuk.

"Tasya, kantin yuk" bujuk Amel pada sahabatnya itu.

"Mmmm... sumpah Mel gue ngantuk banget, sorry yah!" Jawab Tasya pelan, kelopak matanya masih tertutup.

"Yaudah deh, gue bareng Saipul aja, ntar gue beliin makanan, pake uang gue dulu! Ganti tapi!" Gadis beriris hitam itu terkekeh pelan melihat gaya tidur sahabatnya yang mirip tikus kecebur got tersebut. Sahabatnya itu kelihatan sangat mengantuk.

Tasya tak menjawab, ia sudah terlelap dan masuk ke alam mimpi.

~~~~

Tasya membuka matanya perlahan. Sorot cahaya yang masuk melalui lubang ventilasi membuatnya menyipitkan mata, berusaha meminimalisir cahaya yang masuk kedalam penglihatannya.

Ia melihat ke sekelilingnya. Ia rasa ia masih berada di kelasnya, tapi... ia kelasnya agak sedikit berbeda, walau Tasya yakin bahwa ini benar-benar kelasnya.

Iaa mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Yang pertama kali menarik perhatiannya adalah susunan struktur organisasi kelas, dan juga nama-nama petugas piket harian yang biasa tertempel di dinding kelas. Ia yakin ini bukan struktur organisasi dari kelasnya. Nama ketua kelasnya saja berbeda. Bahkan saat ia memindai satu persatu nama tersebut tak ada satupun nama yang di kenalnya kecuali...ada satu nama.

Anastasya?

Tasya mengucek-ngucek matanya, berusaha meyakin kan diri bahwa yang dilihatnya itu tidak salah. Tetapi ia menepis pikiran aneh dari kepalanya lagi. Ia tidak perlu berpikiran aneh apapun karna yang bernama Anastasya di dunia ini berjumlah ribuan bahkan jutaan.

DekkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang