Awal Mula

93 25 1
                                    

Setelah kejadian kemarin malam bersama Dekka, Tasya agak enggan menyapa cowok itu hari ini. Bahkan saat ia melihat sosok bermata abu-abu itu di parkiran ia tetap tak berani menatap Dekka. Ia terus berjalan menuju kelasnya tanpa memedulikan kehadiran cowom itu.

Saat sedang asyik melamun menatap keluar jendela, ia melihat seorang gadis. Gadis itu sedang duduk mengayunkan kakinya di atas bangku di bawah pohon beringin. Gadis itu kelihatan menunduk dengan rambut yang sedikit kusut. Tasya tak bisa dengan jelas wajah gadis itu, sebab rambut lurus hitam panjangnya menutupi seluruh wajahnya.

Ia masih memandangi gadis itu. Dari jarak yang lumayan jauh seperti ini ia bisa melihat bahwa bahu gadis itu naik turun. Tasya tebak, gadis itu sedang menangis. Lama-lama ia tidak tahan melihat gadis itu belum beranjak sedikit pun dari tempat duduknya.

Ia bangkit dan berniat untuk menghampiri gadis itu. Masih belum bel. Sekolah juga masih sepi, juga lorong kelasnya yang gelap bertambah gelap sebab hari itu memang sedang mendung. Kebiasaan gadis itu untuk berangkat sekolah pagi-pagi.

Ia perlahan mendekati gadis itu. Terus mendekat. Jarak nya dengan gadis itu hanya terpaut beberapa centimer. Ia dapat melihat bahwa seragam sekolah gadis itu kusut dan kotor. Bajunya dihiasi dengan beberapa sobekan kecil di beberapa bagian, dengan noda darah yang menghiasinya.

Tasya berniat menepuk bahu gadis itu untuk sekedar menegurnya.

Satu detik....

Dua detik....

Tiga detik...

Tiba-tiba seseorang mengagetkannya. Ia berbalikdan melihat sahabat lnya Amel yang cengengesan karna telah berhasil mengejutkan dirinya.

"Lo ngapain sendirian di sini?" tanyanya menyelidik.

"Gue gak sendirian kok!, g
ue tadi sama...."

Tasya berbalik, bermaksud untuk menegur gadis tadi. Tetapi yang membuatnya terkejut setengah mati adalah hanya terlihat hanyalah bangku kosong di depanya, tak ada seorang pun yang duduk di sana. Gadis itu seolah lenyap terbawa angin.

"Sama siapa?" Tanya Amel heran.

"Ta...tadi ada cewek disini Mel!, kayak lagi nangis gitu, makanya gue samperin, tapi..... ."

"Cewek apaan? Orang tadi gue liat lo sendirian kok, wah...halu nih, halu!" protes sahabat Tasya itu tak percaya.

"Sumpah Mel, tadi gue...gue liat cewek seragamnya kotor gitu Mel...sumpah gue beneran liat!" Tasya mati matian berusaha meyakinkan Amel.

"hantu kali," respon Amel spontan.

"ih, lo ada ada aja!, gak mungkin lah, siang-siang bolong gini mana ada hantu sih?"

"Udah ah!, mau hantu kek, jin kek, syaiton kek, gue gak peduli!. Bentar lagi masuk Syaaa, udah ayuk masuk kelas!" Amel menarik tangan sahabatnya itu dan membawanya masuk ke dalam kelas. Tasya yang ditarik pun hanya bisa pasrah ketika tangannya di seret oleh Amel. Ia kembali menatap bangku tersebut, ia rasa ada yang sedang tidak beres.

🕳🕳🕳

Tasya berjalan memasuki kelasnya. Sudah sebagian murid memasuki kelas. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas, berusaha mencari sosok Dekka. Tetapi ia tak melihat cowok itu, bahkan bangkunya kosong melompong tak berpenghuni. Tasya menghela napas, kemudian berjalan menuju bangkunya.

Bel pun berbunyi, tanda pelajaran pertama di mulai. Guru mata pelajaran memasuki kelas. Tetapi tasya bingung, sosok Dekka belum juga terlihat. Bahkan saat guru tersebut mulai mengabsen nama siswa satu persatu cowok itu tak muncul juga. Tasya merasa khawatir. Ia takut cowok itu akan sakit seperti kemarin, atau lebih parahnya lagi dia pingsan dan tak ada seorang pun yang melihatnya.

DekkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang