Tengah Malam

16 7 0
                                    

Tasya terbangun di tengah malam. Kali ini ia mimpi buruk, entah mengapa ia memimpikan Dekka. Dalam mimpinya ia melihat si mata abu-abu itu tertembak di bagian bahu kirinya oleh seseorang yang tak dikenal. Hal itulah yang membuatnya terbangun secara tiba-tiba. Rasanya mimpinya terlihat begitu nyata. Ia berjalan menuju dapur, mengambil sebotol air dari kulkas dan meneguknya perlahan. Tatapannya lurus ke arah jendela yang menampilkan halaman depan rumahnya, yang kini hanya di selimuti gelap. Ia mengedarkan pandangannya lagi, sangat sunyi.

Saat sedang asyiknya melamun menatap pemandangan luar sana, ia dikejutkan dengan suara di kamar tamu. Seperti seseorang yang sedang menggumam tidak jelas. Awalnya ia tidak mempedulikannya, karna ia pikir itu adalah mamanya yang kebiasaan berjalan sambil tidur. Tapi ia risih juga, sebab gumaman tersebut terdengar bukan seperti suara mamanya.pelan-pelan ia berjalan menuju ruang tamu, tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Ia takut sesuatu atau mungkin seseorang di depan sana mendengar langkah kakinya. Sebelumnya ia telah bersiap siaga dengan membawa serta sebuah tongkat baseball yang entah mengapa bertengger manis di dapur.

Langkah kakinya terhenti saat secara tiba-tiba semilir angin yang entah datang dari mana seolah menamparnya dalam sebuah kebekuan. Asalnya dari jendela satunya yang tidak diberi pembatas kaca dan hanya di batasi teralis. Angin tersebut menghampiri Tasya dan menciptakan suasana yang menakutkan di dapur rumah tersebut. Tasya bergidik, angin tersebut seolah mengalir masuk kedalam tulang- tulangnya, membuatnya menggigil kedinginan. Ia mengusap-ngusap bahunya. Salahkan dirinya yang hanya memakai hot pants dan juga baju tidur tipis. Dengan tangan yang gemetar menahan rasa takut dan dingin yang melanda tubuhnya, ia memberanikan diri melangkah menuju ruang tamu, ke asal suara tersebut.

Ciiiiiiit.

Suara pintu berderit mengagetkan Tasya. Kontan saja ia bersembunyi di balik pilar dekat pintu masuk dapur. Entah mengapa adrenalinnya terasa dipacu. Dadanya naik turun dan ia merasa stok oksigen di dekatnya berkurang. Astaga apa itu? Decit pintu? Bukankah sebelum ia tidur ia telah memeriksa semuanya?. Apa ia lupa mengunci pintu?. Ya tuhan, bagaimana bisa ia lupa mengunci pintu di tengah isu pembunuhan yang marak terjadi. Tasya merutuki dirinya sendiri, harusnya ia lebih berhati-hati.

Saat dalam masa pengumpulan nyawanya yang entah melanglangbuana kemana, ia kembali di kagetkan dengan suara kaca pecah yang bersambungan. Tasya yakin bahwa suara tersebut berasal dari bingkai foto yang sengaja disusun berurut di ruang tamu. Bagai diatur oleh sebuah magic, suara tersebut seolah sedang mempermainkan psikisnya. Membuatnya tak dapat menghirup oksigen barang sedikit saking ketakutan.

Tasya menangis, air matanya tumpah seiring suara derap langkah kaki yang berasal dari ruang tamu. Langkah kaki tersebut terdengar seperti mengitari ruang tamu, entah sedang melakukan apa ia tak tau. Yang jelas, langkah tersebut seolah memperjelas bahwa ada tamu tak diundang yang lancang masuk kerumahnya. Apa yang akan dilakukan seseorang diluar sana? Apa ia ingin membunuh Tasya dan mamanya?.

Ia hanya menutup mulutnya berusaha agar tak mengeluarkan suara sedikitpun. Supaya seseorang di luar sana tak mendengar bahwa ternyata keberadaannya sudah diketahui oleh Tasya sejak tadi. Ia tak akan mau mati konyol di dapur rumahnya sendiri. Ia merutuki dirinya sendiri, untuk yang kesekian kalinya. Sebelum ia berusaha mencari tahu tentang misteri kematian gadis sialan di sekolah itu, ia belum pernah mendapat teror semengerikkan ini. Entah mengapa ia berpikir bahwa teror yang datang beruntut ini membuktikan bahwa sesuatu yang besar telah terjadi di sekolah Tasya. Bahwa kasus pembunuhan ini bukan kasus main-main. Sesuatu ini seolah berhubungan satu sama lain. Atau mungkin kasus pembunuhan ini semakin menunjukkan eksistensinya. Tapi yang membuat dia heran, mengapa harus ia yang mengalami teror dari orang-orang tak dikenal?. Ia yakin bukan hanya ia saja yang penasaran akan kasus ini, banyak yang berusaha mencari tahu. Penemuan origami kelinci merah itu seolah sebuah kunci hingga ia masuk kedalam dunia penuh kegelapan ini, Dunia pembunuhan? Dunia hantu atau semacamnya?. Atau mungkin mereka yang berusaha mencari tahu kasus ini juga mengalami hal yang sama diteror seperti ini?. Kemungkinan yang lain adalah dirinya lah puncak tertinggi dari kasus ini, ia sebenarnya yang di buru. Instingnya mengatakan bahwa ia sedang dikejar, entah oleh sesuatu yang pastinya ingin segera menemukan dirinya.

DekkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang