Apa yang lebih menyedihkan dari membunuh seseorang yang kita cintai? Mengingatnya kembali? Mencoba memahami detik demi detik saat kita menghabisi nyawa mereka orang-orang tersayang? Menyedihkan bukan?. Itulah yang dirasakan oleh Anastasya Algistaria. Ia dihadapkan pada kenyataan bahwa pembunuh itu adalah dirinya sendiri, ia pembunuh yang tak bersuara. Ia pembunuh senyap yang sedikitpun tak memainkan cara kotor, ia lebih dari itu. Ia tak tau mengapa ia bisa menuduh dirinya sendiri sebagai pembunuh tersebut. Yang jelas, sejak pertemuannya dengan Lily beberapa hari yang lalu membuatnya bimbang akan dirinya sendiri, membuatnya seolah lagi tak percaya pada jiwa yang melekat pada dirinya. Siapa dia sebenarnya? Raganya? Jiwanya? Milik siapa? Ia bingung.
Ia berdiri menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya kusut tak terurus, juga lingkaran hitam di bawah kelopak matanya menandakan gadis itu tak tidur beberapa hari. Ia depresi, ketakutan, ia tak percaya dengan semua hal konyol yang terjadi. Apa ini sebuah lelucon? Kalau iya mengapa dirinya yang harus dihadapkan pada kenyataan rumit yang hampir meletakkannya di dasar bumi? Ia seolah terapung di lautan lepas, tak tau harus berbuat apa. Ia kebingungan, ia frustasi, dan depresi.
Ia kemudian mengambil sebuah buku tebal bersampul warna cokelat. Ya, buku itu adalah pemberian Lily sebelum ia benar-benar beranjak saat bertemu Tasya beberapa hari yang lalu. Ia memang tak menjelaskan, tetapi Tasya yakin bahwa dalam buku bersampul cokelat yang lusuh ini ia bisa menemukan sebuah clue lagi, walau ia yakin sangat terlambat.
Dibukanya buku tersebut. Hanya berisi lembaran-lembaran kosong. Ia menganga tak percaya tatkala buku setebal itu hanya berisi kertas-kertas tua yang lusuh dan mengerut. Lantas apa tujuan Lily memberikan buku ini padanya? Apa gadis itu sedang bercanda?. Dibukanya halaman buku tersebut lembar demi lembar. Ada sebuah simbol yang menarik perhatiannya.
Sebuah simbol bintang bersudut lima, dengan aksen klasik seperti di jaman kuno. Tasya menyentuh gambar tersebut, dirabanya perlahan seolah sedang meresapi makna tersembunyi dari simbol bintang bersudut lima tersebut. Tak ia temukan, ia tak merasakan apapun.
Ia menghela napasnya lelah. Sampai kapan semua ini akan berakhir? Sampai kapan ia dibuat bingung oleh sesuatu yang dianggapnya hanya sebuah lelucon.
Penemuan tak sengajanya berupa origami berbentuk kelinci tersebut diambilnya dari laci kolong meja. Origami aneh berwarna merah maroon semerah darah kering. Siapapun yang melihat origami seaneh itu pasti akan ketakutan, warnanya suram dan tak hidup. Origami yang gelap tanpa ada unsur keceriaan.
Seekor kucing hitam yang entah datang darimana menyenggol lengan Tasya, membuat origami tersebut jatuh tepat kedalam lingkaran simbol bintang bersudut lima. Tasya bahkan terkejut saat simbol tersebut bercahaya merah darah, ditambah cairan hitam yang merambat keluar dari buku tua dan tebal itu. Ia memundurkan langkahnya takut, sial! Ada apa dengan buku itu?.
Angin yang berhembus entah dari mana membuat lembar demi lembar buku tua tersebut terbuka dengan sendirinya. Tasya sudah tak bisa melihat apa-apa lagi disebabkan cahaya kemilau yang terpancar dari buku tersebut. Buku itu bergetar seperti ada kekuatan lain di dalam sana. Sesuatu yang membuat buku tersebut bergerak tak karuan dengan sendirinya, seperti ada sebuah jiwa yang ingin lepas dari keterkungkungan buku cokelat tua yang tebal itu. Ada sesuatu di dalam sana yang ingin sekali mendesak keluar, entah apa. Sesuatu yang ingin menunjukkan dirinya.
Detik demi detik berlalu. Tasya menunggu sesuatu atau makhluk di dalam sana keluar. Ia bahkan sudah menahan napasnya sedari tadi, bingung harus berbuat apa.
Tiba-tiba.
Cliingggg
Gadis itu menutup matanya, ia ketakutan. Takut pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Takut bahwa apa yang dikatakan Lily memang benar adanya, bahwa ingatannya akan kembali saat ia membuka buku bersampul cokelat tersebut dan memahami isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekka
Mystery / ThrillerBagaimana jika sebuah permulaan yang menjadi bagian penting dari alur sebuah kehidupan rumit kamu lupakan?. Bagaimana jika jiwamu didalam ragamu sendiri tidak kamu kenali?. Begitulah yang dirasakan oleh seorang Anastasya Algistaria biasa dipanggil T...