"Paa..cepetan!"
Kania tak henti-hentinya menatap arah jarum di jam tangan nya yang telah menunjukkan pukul 6.55 a.m. Padahal 5 menit lagi, pelajaran pertama akan dimulai namun dirinya masih ada di jalan saat ini.
"Baru jadi murid kelas X aja, masak udah telat di pelajaran pertama!" Gerutu Kania kesal.
Semua ini terjadi karena ia lupa memasang alarm. Semalam sehabis makan, ia langsung tidur. Tak ingat apapun. Terlebih saat ini ia sedang datang bulan sehingga shubuh tadi ia tidak bangun untuk sholat. Kania kesal karena mama nya juga tidak membangunkannya tadi pagi.
Tak berselang lama, akhirnya ia sampai juga di depan sekolahnya. Kania bergegas pamit dan mencium tangan papa nya lalu segera keluar dari mobil menuju gerbang sekolah yang untungnya belum ditutup oleh satpam.
"Fiuhh.. Kali ini lo selamat Kania!" Gadis itu menghela napas lega, sambil cepat-cepat berlari menuju kelasnya.
Sekali lagi ia melirik arah jarum jam di tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul 6.59 a.m. Pas sekali, batinnya. 1 menit lagi jam pelajaran pertama akan dimulai.
Ia juga baru ingat kalau hari ini pelajaran pertamanya adalah sejarah. Kania banyak mendengar dari teman-teman dan kakak kelas nya bahwa guru sejarah nya ini terkenal killer. Siswa-siswi di SMA Dharma Bangsa biasa memanggil nya dengan sebutan Pak Mangku.
Bisa dilihat kan, dari namanya saja sudah terdengar seperti tokoh yang bersejarah, apalagi ke killer-an nya yang sudah terkenal legend di SMA nya.
Kania terpaksa menghentikan langkahnya sejenak karena melihat tali sepatunya yang sebelah terlepas. Ia menundukkan badannya. Cepat-cepat ia memperbaiki tali sepatunya lalu kembali berdiri.
Kriingggg
Bel sekolah berbunyi nyaring. Membuat telinga nya terasa risih. Kania makin mempercepat langkahnya. Ia juga baru ingat bahwa kelas nya berada di lantai atas.
Sial!
Ia benci melewati tangga. Ia tak suka atau lebih tepatnya, takut dengan semua hal yang berkaitan dengan ketinggian. Ia sering menggerutu sendiri jika memikirkan mengapa ia bisa dapat kelas di lantai atas! Hm..
Bughh
Kali ini langkah Kania terhenti lagi. Matanya sedikit mendelik, melihat apa yang ada di hadapannya sekarang.
Ya! Seorang laki-laki berperawakan tinggi dan berkulit putih baru saja bertabrakan dengan Kania saat dirinya ingin naik ke atas tangga. Pria itu terlihat sedang terburu-buru juga saat menuruni tangga.
Arga.
Kania menstabilkan detak jantungnya. Mengapa pagi-pagi begini ia harus dapat kejadian gila?
"Sorry ya kak.. Aku lagi buru-buru." Ucap Kania. Matanya menyapu penampilan Arga dari atas hingga bawah. Pria itu mengenakan almamater OSIS berwarna abu-abu. Harus ia akui. Pria itu memang tampan.
"Hm." Arga mengangguk. Tanpa basa-basi lagi, ia langsung beranjak meninggalkan Kania yang masih terdiam dan melongo di tempatnya berdiri.
"Cih. Nggak kurang singkat apa tuh jawaban. Dingin banget jadi cowok! Kulkas di rumah gue aja kalah dinginnya!" Cibir Kania pelan.
Ia tak ingin ambil pusing. Ia segera mengalihkan pandangannya dan naik ke atas tangga dengan hati-hati lalu menuju ke kelasnya.
🍁🍁🍁🍁
"Tumben siang datengnya?" Tanya Elsa, yang sudah duduk anteng di kursinya sedari tadi.
"Hehe iya. Biasa, gue bangunnya kesiangan. Mama gue kan lupa kalo punya anak. Makanya dia nggak bangunin gue. Hahahaa" Kania tertawa, lalu melemparkan tasnya ke kursi dan duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS
Teen FictionSiapa sangka jika gadis cantik seperti Kania banyak menyimpan sejuta kepahitan hidup di balik senyum dan wajah cantiknya? Ia begitu pintar menyimpan semua luka nya dengan rapi hingga tak kasat mata. Sampai tiba-tiba, 2 orang yang tidak pernah ia dug...