Jangan siders. Entar author ngambek:)
.........
"Ayo sarapan dulu Kania." Ajak Elsa yang sudah duluan bangkit dari duduknya di depan cermin riasnya. Sebenarnya mereka sudah bangun sejam yang lalu namun karena bercengkrama cukup lama, mereka akhirnya baru mandi pada pukul 8 a.m.
"Iya." Kania mengangguk lemas. "Mending lo kebawah dulu, gue mau nyisir rambut bentar. Nanti gue nyusul deh!" Sambung Kania kemudian. "Hmm..oke deh. Tapi jangan lama-lama ya. Gue tunggu." Jawab Elsa dan diikuti oleh anggukan Kania.
Setelah Elsa keluar dari kamar, Kania bangkit untuk menuju ke depan cermin. Ia meraih sisir dan merapikan rambutnya dengan malas. Jujur saja, ia masih mengantuk dan lelah sekali. Semalaman ia sebenarnya tidak bisa tidur. Ia sibuk dengan pikiran dan kekhawatiran nya soal masalah di rumah. Kania tetap berusaha untuk tegar karena ia tidak ingin membuat orang disekitarnya ikut susah dan gelisah.
Setelah selesai, Kania pun segera bangkit. Ia yakin pasti Kania dan orang tua Elsa pasti sudah menunggu nya dibawah untuk sarapan.
"Eh.. Kania! Selamat Pagi!" Sapa mama dan papa Elsa ramah. "Eh iyaa.. pagi juga om...tantee.." Sapa Kania balik dengan senyum yang tak kalah ramah. "Duduk, kita sarapan bareng!" Sahut om Wisnu yang notabennya adalah papa Elsa. "Iya om.."
Keluarga Elsa sudah mengenal Kania cukup lama semenjak dua anak itu berteman sejak smp. Om Wisnu kebetulan juga rekan kerja Mr. Bram di kantor. Ya walaupun tidak sering, Kania selalu berkunjung ke sini jika ia ingin apalagi saat suasana rumahnya sedang kacau. Om Wisnu dan bu Sandra sudah menyayangi Kania seperti anak mereka sendiri, sehingga mereka juga maklum jika Kania sering menginap di rumah nya. Apalagi mereka juga tau bahwa hubungan orang tua Kania juga sering dilanda masalah.
Intinya, Kania juga merasa sangat bersyukur karena keluarga Elsa sangat baik padanya. Setidaknya, ia masih merasa mendapat kasih sayang orang tua walaupun bukan sebagai orang tua kandung nya.
Setelah acara sarapan pagi selesai, Kania pun pamit untuk pulang pada om Wisnu dan bu Sandra. Kania pikir, ia juga tidak bisa berlama-lama berada disana karena takut dua orang tua di rumahnya itu khawatir dan malah tambah bertengkar melihat dirinya yang tiba-tiba menghilang.
"Om..tante.. Kania pulang ya.. maaf kalo misalnya Kania selalu ngerepotin." Pamit nya. "Oh enggak, sama sekali enggak ngerepotin kok. Sering-sering main kesini ya.. nanti kita masak kue sama-sama lagi kayak waktu itu." Kata bu Sandra sambil mengelus kepala Kania. "Siap tante.."
Setelah berpamitan, Kania pun pulang diantar Elsa dengan naik mobil. Ya walaupun niatnya, mereka tidak akan langsung pulang tapi berjalan-jalan dulu. Lagipula ini adalah hari minggu dan Kania akan suntuk jika harus berada di rumah dengan suasana membosankan itu. Yang ada, ia malah akan tambah hancur saat berada di sana. Bagi Kania, rumah bukanlah tempat bernaung. Tapi lebih tepatnya, hampir seperti neraka baginya. Ia akan selalu merasa panas, sunyi bahkan rapuh setiap harinya.
🍁🍁🍁🍁
Elsa dan Kania memilih untuk mampir ke sebuah mall besar sekedar untuk bersenang-senang walaupun tidak membeli apa-apa. Itu sudah kebiasaan Elsa dan Kania. Paling-paling jika berbelanja, mereka hanya membeli kaos kaki dan jam tangan. Atau mungkin juga tas dan kebutuhan kecil-kecil di supermarket.
Kalau dibilang pelit dan kikir sebenarnya tidak. Hanya saja, Kania itu tipe-tipe orang yang tidak suka berfoya-foya seperti anak-anak remaja pada umumnya yang kerjanya hanya bersenang-senang. Walaupun orang tua nya kaya raya, Kania tau sebanyak apapun uang yang dimiliki keluarganya, itu juga bukan uang nya. Untuk apa menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Lebih baik juga ditabung untuk biaya kuliah nya setelah lulus SMA nya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS
Teen FictionSiapa sangka jika gadis cantik seperti Kania banyak menyimpan sejuta kepahitan hidup di balik senyum dan wajah cantiknya? Ia begitu pintar menyimpan semua luka nya dengan rapi hingga tak kasat mata. Sampai tiba-tiba, 2 orang yang tidak pernah ia dug...