Kania melirik arah jarum jam di arloji silver nya yang sudah menunjukkan pukul 10 p.m. Gadis ini sekarang sedang berada di dalam taxi untuk menuju ke rumahnya.
Kania melirik ke arah jendela. Di luar sedang turun hujan dengan lebatnya. Sesekali petir dan kilat menyambar-nyambar membuat nya sedikit ketakutan.
Ia lalu meraih ponsel di dalam tas hitamnya. Sambil menunggu perjalanannya sampai, Kania memasang earphone ke telinga nya dan menghubungkan dengan playlist yang ada di handphone nya.
"Hujan kali ini.."
"Mengingatkan ku padanya.."
"Kala itu diaa.."
"Menggenggam erat tangan ku.."
"Hujan kali ini.."
"Mengingatkan ku padanya... aaaa..."
"Kala itu dia.."
"Bisikkan Jangan kau pergi.."
Bibir Kania bersenandung pelan sampai tiba-tiba ia tersadar saat mengetahui taxi yang ditumpanginya tiba-tiba berhenti.
"Pak? Kenapa berhenti?" Tanya Kania bingung. Tangannya bergerak melepas earphone yang masih terpasang di telinganya.
"Anu..bentar ya neng. Mau saya lihat dulu, mobilnya tiba-tiba mogok!" Jawab si sopir sambil memutar pandangan nya ke belakang. Menanti-nanti jawaban dari Kania yang terlihat penasaran.
"Iya pak. Tapi cepet ya.. ini udah malem!"
"Siap neng!"
Sopir taxi itu lalu secepatnya keluar, meninggalkan Kania seorang diri di dalam mobil. Mata nya tak henti-henti melirik arloji nya yang menunjukkan makin larutnya malam.
Ia berniat untuk menghubungi mama dan papanya tapi di sudut layar ponsel nya hanya tertera emergency calls only. Di sini tidak ada sinyal dan Kania makin dibuat kesal melihat sopir taxi nya yang tak kunjung masuk ke dalam mobil.
Beberapa menit kemudian, si sopir taxi tadi akhirnya kembali masuk. Kania dapat melihat dengan jelas baju sopir taxi itu yang basah kuyub karena terguyur hujan lebat di luar sana.
"Gimana pak?"
"Aduh neng! Mobil nya beneran mogok! Mesinnya ada yang rusak, saya nggak bisa benerin nya neng! Gimana dong?" Jelas sopir taxi itu agak kencang karena suara hujan lebat di luar sana sempat membuat suasana menjadi ribut.
"Lah terus gimana dong pak?" Kania malah bertanya balik.
"Yaitu masalahnya neng! Disini juga nggak ada bengkel. Saya nggak bisa nganterin sampai tujuan deh kayaknya."
"Yaudah lah saya turun aja kalo gitu." Pasrah Kania agak kesal.
"Maaf ya neng. Oh iya, di dekat-dekat sini ada halte. Tunggu aja bentar disitu barangkali nanti ada taxi lain yang lewat!"
"Oh iya.." Jawab Kania seadanya lalu memberikan uang transport pada sopir di depannya itu.
"Makasih neng. Hati-hati!"
"Iya..makasih juga pak!" Jawab Kania pelan lalu cepat-cepat membuka pintu taxi dan keluar dari sana.
Langkahnya ia percepat sambil setengah berlari. Matanya berusaha mencari-cari letak halte yang diceritakan oleh sopir taxi tadi.
Matanya langsung berbinar ketika telah menemukan tempat yang ia cari. Ia segera naik ke trotoar dan makin mempercepat langkahnya.
Beruntung halte itu tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa laki-laki dan sepasang kekasih yang kelihatannya juga sedang berteduh disana. Kania agak gugup ketika mendapati sepasang mata menatapnya cukup lama saat dirinya sampai dan berdiri disana. Namun Kania hanya melemparkan seulas senyum garing dan segera mengambil duduk di kursi paling pojok.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS
Teen FictionSiapa sangka jika gadis cantik seperti Kania banyak menyimpan sejuta kepahitan hidup di balik senyum dan wajah cantiknya? Ia begitu pintar menyimpan semua luka nya dengan rapi hingga tak kasat mata. Sampai tiba-tiba, 2 orang yang tidak pernah ia dug...