***
"Hah?"
"Kenapa?" Brandon menautkan alisnya. Kania benar-benar melongo, raut wajahnya berubah tolol. Brandon tertawa sebentar. "Lo gak boleh pulang malem ya?" Tanya Brandon lagi.
"Nggak gitu sih, tapi---"
"Ya berarti mau kan? Gue gabut banget di rumah. Tapi kalo lo gamau, ya gue gak maksa sih. Cewek juga nggak baik pulang terlalu malem soalnya."
"Ya terserah deh," Kata Kania ragu. Lagipula ia juga masih terkejut dengan ajakan Brandon. Andai saja diposisi nya sekarang adalah Elsa, pasti gadis itu sudah pingsan di parkiran sekarang. Untungnya ini adalah Kania. Jadi tidak level sekali lebay-lebay seperti itu."Terserah nya cewek sih biasanya iya,"
Kania hanya meringis, tidak tau ingin menjawab bagaimana. "Gimana?" Tanya Brandon.
"Bentar aja ya?"
"Lah iya, gak mungkin juga gue ngajak anak orang nginep ke hotel."
Kania mengangguk sambil tertawa renyah. Kemudian mengikuti langkah Brandon memasuki mobil. Selama di perjalanan, Kania hanya diam, pandangannya diarahkan ke luar jendela. Menatapi suasana malam kota Jakarta yang dingin.
Tidak sampai 15 menit, Brandon menghentikan mobilnya dan turun. Kania menoleh, menatap Brandon yang sudah keluar dari mobil. "Mau turun atau ndekem disitu?"Kania segera beranjak. Lalu cepat-cepat turun dan mengekori langkah Brandon dari belakang. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar. Brandon mengajaknya ke sebuah hamparan tanah hijau yang cukup rimbun dan luas. Kania sempat negatif thinking sekaligus takut. Tempat macam apa ini?
"Kak ini tempat apa sih?"
"Liat aja nanti."Kania menghentikan langkah. Menatap kaki Brandon yang terus berjalan maju, menerobos semak belukar yang rimbun dan tinggi. "Kania? Ayo! Nggak usah takut ah, gak bakal gue apa-apain kali,"
Kania mencerna kalimat lelaki itu lalu mengangguk. Ia kembali melangkah, mengejar Brandon yang sudah cukup jauh di depan. Makin jauh makin dalam, hamparan rumput mulai merenggang, tidak serimbun di awal. Brandon lalu berhenti diikuti Kania yang juga berhenti sekaligus memandang takjub pemandangan yang ada di hadapannya.
Tempat ini agak mirip perbukitan, tanah yang diinjak Kania adalah bagian yang paling puncak. Di seberang bukit terhampar pepohonan yang luas. Kania jarang menemui pemandangan seperti ini di kota. Apalagi ini Jakarta, kebanyakan pasti adalah bangunan-bangunan megah dan gedung-gedung tinggi. Kalau Brandon tidak mengajaknya kesini, pasti Kania tidak akan tau.
"Udah liat-liatnya?" Brandon tiba-tiba berdiri di sebelahnya dan membuyarkan lamunan Kania. "Hehe." Kania hanya nyengir, matanya masih menatap lekat pemandangan di hadapannya, "Tempatnya bagus." Komentarnya. Brandon hanya menanggapinya dengan tawa kecil, "Dulu gue sering main kesini, tapi sekarang udah jarang."
"Kenapa?" Tanya Kania.
Brandon hanya tersenyum pahit, seperti enggan menjelaskan. Kania mendongak, menatap Brandon yang berdiri tegak di sebelahnya. Tinggi Kania sendiri hanya sekitar sebahu Brandon. Gadis itu lalu menjinjit, mencoba menyamai tinggi lelaki itu. "Lo ngapain?" Brandon melirik. Kania segera menghentikan aktivitasnya barusan lalu membalasnya dengan cengengesan."Dulu gue sering main kesini sama seseorang, tapi semenjak dia pergi, gue udah jarang kesini lagi." Jelas Brandon kemudian. Sebenarnya ia tidak pernah berniat menjelaskan ini pada siapapun, tapi entah kenapa penjelasan itu langsung lolos saja dari bibirnya. Kania sendiri hanya mendengarkan dengan seksama sambil mengangguk-ngangguk. "Emangnya dia kemana?"
"Per..gi." Kata Brandon terbata. Itu saja yang bisa ia katakan. Tidak ada lagi yang bisa dilontarkan untuk menjelaskan semuanya. Karena bagaimana pun, orang itu memang pergi.
Kania mengerutkan dahinya tak paham. Otaknya berpikir keras, ia sempat berpikir apakah orang yang dimaksud Brandon itu telah meninggal atau bagaimana. "Nggak, dia nggak meninggal. Dia pindah ke Jerman." Sahut Brandon seperti bisa membaca pikiran gadis itu. "Ohh, maaf. Emang kenapa pindah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS
Teen FictionSiapa sangka jika gadis cantik seperti Kania banyak menyimpan sejuta kepahitan hidup di balik senyum dan wajah cantiknya? Ia begitu pintar menyimpan semua luka nya dengan rapi hingga tak kasat mata. Sampai tiba-tiba, 2 orang yang tidak pernah ia dug...