...........
"Kakkk....!!!! Jangan macem-macem kakkkk!!"
Bibirnya mengatup rapat seketika. Perlahan matanya terbuka. Melihat jelas apa yang terjadi di hadapannya. Kini Arga sudah duduk kembali di tempatnya semula, tak lagi ada di dekat Kania. Dan malah di belakang punggungnya sudah melingkar sebuah jaket hitam yang berhasil membuat tubuhnya menjadi hangat.
"Lo kedinginan kan?" Tanya Arga datar.
"I..iyaa..kak." Kania mengangguk, tak berani menoleh. Pipi nya memerah menahan malu. Apa ini? Dia sudah suudzon? Ah.. Kania! Memalukan!
Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Paling, hanya sesekali saja Arga bertanya tentang jalan dan belokan untuk menuju rumah Kania. Sedangkan Kania pun hanya menjawab singkat dan lebih memilih untuk memandangi suasana hujan dari dalam jendela. Jujur saja, ia masih sungkan dengan perilaku konyol nya tadi yang membuatnya malu setengah mati.
"Lo mau turun ngga?" Suara dingin Arga kembali membuyarkan lamunan Kania. Tak terasa mobil hitam mewah milik nya sudah sampai di gerbang depan rumah Kania.
"Mau kak."
"Yaudah."
"Makasih ya kak. Kak Arga mau masuk dulu?" Tawar Kania.
"Nggak usah, makasih."
"Oke. Terus ini jaketnya mau langsung dibawa pulang, atau Kania cuci dulu?"
"Terserah."
"Oh yaudah. Kalo gitu Kania bawa buat dicuci dulu ya kak.."
"Hm.."
Kania mengangguk paham. Beberapa detik kemudian, ia memberanikan diri untuk menatap Arga lagi. "Kak.."
"Hm?"
"Maaf ya kak, kalo tadi Kania sempat suudzon." Sesal Kania.
"Nggak papa."
"Makasih ya kak. Kalo gitu Kania masuk dulu."
"Hm."
Kania terdiam, ia tak ingin bersuara lagi dan bersiap-siap untuk keluar, Kania tak betah berlama-lama ada di dalam sana. Namun baru ingin membuka pintu mobil, suara dingin Arga kembali terdengar. "Kania!"
"Iya kak?.."
"Hm..nggak papa. Lo cepet masuk ya ke dalem. Hujan turun deras banget, nanti lo bisa sakit."
"Iya makasih kak.."
"Hm."
Kania segera membuka pintu mobil. Lalu cepat-cepat berlari menuju gerbong sambil memanggil-manggil satpam hingga tak berapa lama, gerbong pun dibuka, dan Kania masuk ke dalamnya.
Arga menatapi Kania dari balik jendela. Samar-samar, hingga akhirnya gadis itu hilang dan kedua sudut bibir Arga terangkat.
"Hujan kali ini akan selalu membuat ku tertawa setiap kali mengingatnya."
🍁🍁🍁🍁
................
Arga mengetuk-ngetuk bolpoin nya ke atas buku fisika miliknya. Mata nya menatap kesal ke arah soal-soal yang tertera di atas kertas dengan beberapa rumus-rumus panjang yang makin membuat kepalanya terasa berdenyut-denyut sedari tadi.
Akhirnya setelah beberapa lama mencoba dan tak kunjung menemukan jawaban dari soal-soal fisika nya, Arga lebih memilih untuk berhenti saja. Pikirannya sedang lelah. Ia melemparkan bolpoin nya ke sembarang arah.
Matanya menatap seorang laki-laki yang duduk anteng di sebelahnya dengan kedua mata yang fokus dengan benda kotak dan gepeng di genggamannya.
"Lo ngapain?" Sapa Arga malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS
Teen FictionSiapa sangka jika gadis cantik seperti Kania banyak menyimpan sejuta kepahitan hidup di balik senyum dan wajah cantiknya? Ia begitu pintar menyimpan semua luka nya dengan rapi hingga tak kasat mata. Sampai tiba-tiba, 2 orang yang tidak pernah ia dug...