11 - Gara-gara dia

65 26 1
                                    

Happy reading:)

.........

Pagi ini hujan turun dengan deras. Langit mendung dan gelap. Tidak ada mentari, tidak ada pelangi. Hanya seberkas titik-titik hujan yang turun berkali-kali dari langit dan turun ke bawah dengan cepat. Sebagian lagi, mungkin jatuh diantara dedaunan dan pepohonan.

Hari ini hari Senin. Kania cepat-cepat keluar dari mobil setelah pamit dan mencium punggung tangan sang papa. Ia tidak membawa payung karena sengaja ingin bermain hujan sebentar. Setelah masuk ke dalam gerbang sekolah, ia cepat-cepat berlari hingga sampai di koridor.

Koridor terlihat cukup sepi. Lantai-lantai terlihat basah karena terkena cipratan air hujan yang makin menderas. Kania mengibas-ngibaskan berkas-berkas air yang masih ada di rambutnya. Seragamnya agak basah karena terkena derasnya hujan. "Bodo ah." Gumamnya pelan lalu cepat-cepat berjalan ke arah kelasnya yang berada di lantai atas.

"Morning Elsa." Sapa Kania ramah sambil tersenyum kecil. Lalu ia meletakkan tas nya di kursi dan duduk di samping Elsa.

"Lah, kok basah-basah an? Lo hujan-hujan an?" Tanya Elsa terkejut karena melihat seragam dan tas Kania yang agak basah. "Dikit." Jawab Kania sambil nyengir.

"Ck kebiasaan lo ah! Nanti kalo udah flu tau rasa lo!"

"Bodo."

Kania lalu memilih keluar kelas dan duduk di depan, memandangi ribuan tetes hujan yang jatuh menimpa tanah. Ia suka hujan. Sangat suka bahkan. Dari hujan, Kania selalu belajar tegar. Hujan tidak pernah mengeluh walaupun harus jatuh berkali-kali. Walaupun banyak yang membenci kehadirannya, ia tetap datang. Ia tetap turun membasahi dan menyamarkan setiap tangisan yang ikut turun.

Hujan tidak pernah protes. Meskipun sesering apapun ia jatuh dan diinjak, ia tidak pernah marah. Kania yakin, semua hal di dunia ini punya siklus. Semua nya pasti mengalir. Salah satunya seperti hujan. Ia tidak akan jatuh sepanjang hari selamanya. Pasti kehadirannya akan digantikan oleh sang fajar dan pelangi yang indah. Bukan begitu?

🍁🍁🍁🍁

Kriingggg

Bel pulang akhirnya berbunyi. Semua murid bergegas merapikan barang-barang serta buku nya dan memasukkan ke dalam tas.

"Pelajaran hari ini saya akhiri. Assalamualaikum wr wb." Tutup Pak Mangku. "Waalaikumsalam wr.wb." Jawab murid-murid serentak. Semua nya gembira. Akhirnya waktu pelajaran yang paling menegangkan ini berakhir juga.

"Eh kamu Kania, coba kesini!" Panggil Pak Mangku tiba-tiba dan berhasil membuat jantung Kania berdegup sangat kencang. Eits, bukan karena jatuh cinta ya. Tapi karena ia ketakutan dipanggil oleh guru ter-killer di sekolahnya. Kalaupun ada orang lain di posisinya, pasti orang itu juga akan merasakan hal yang sama seperti Kania.

"I..iya pak?" Tanya Kania hati-hati. "Tolong kamu bawakan kertas lembaran ini ke ruang guru dan taruh di meja bapak ya!." Pinta Pak Mangku sambil menyodorkan beberapa lembar kertas yang tertata rapi dan terdiri dari dua tumpukan kecil. "Oh iya pak." Jawab Kania cepat dan langsung menerima kertas lembaran itu.

"Tolong kamu hati-hati waktu membawa nya ya. Jangan sampai ada yang hilang atau kurang. Ini adalah lembar jawaban ulangan milik kelas 12 dan semuanya milik kelas ips 1 dan ips 2. Kalau sampai ada lembaran yang hilang, kamu yang saya salahkan." Tutur Pak Mangku panjang lebar dan hanya dibalas anggukan cepat dari Kania. "Baiklah, terima kasih ya." Lalu Pak Mangku berjalan cepat mendahului Kania dan keluar dari kelas.

"Disuruh apa nia?" Tanya Elsa mengejutkan lamunan Kania."Eh ini. Disuruh naruh lembar jawaban di ruang guru."

"Dih, pakek acara nyuruh-nyuruh segala! Dasar!" Omel Elsa. "Kok lo ngomel sih?" Kania mengernyitkan keningnya tak paham. "Gapapa sih, entah kenapa gue kesel aja sama tuh guru." Jawab Elsa jujur.

HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang