13 - Thank You

47 25 0
                                    

Hai, ada yang nungguin aku update ga?
..........

Kania merebahkan tubuhnya ke sofa empuk yang ada di dekat jendela kamarnya. Terlihat, tangan mungil nya asyik memegang toples berisi keripik singkong dan beberapa kali ia mencomot lalu memasukkannya ke dalam mulut, mengunyah nya dengan renyah lalu menelan nya dengan pelan.

Pukul 7.15 p.m. Begitu arah jarum berputar yang kini ia lirik di jam dinding. Matanya menatap lurus ke arah jendela. Angin malam yang dingin, masuk dan membuat gorden jendela agak beterbangan.

Pikiran Kania menerawang. Entah kenapa beberapa hari terakhir ini pikiran nya berubah jadi tidak baik-baik saja. Ya padahal sebelumnya Kania juga tidak pernah merasa baik sepenuhnya. Tapi kali ini beda. Ia merasakan ada ketakutan yang terus menusuk dan meresahkan nya. Dan ia sadari bahwa masalah utamanya itu, ada pada orang tuanya.

Sungguh. Kejadian beberapa hari lalu masih membekas dan membuat nya shock sampai sekarang.

Kadang Kania terus saja berpikir. Kapan ia bisa lolos dari tekanan batin yang terus membelenggu nya beberapa tahun ini. Ia lelah kalau harus terus berpura-pura baik seakan tidak ada apa-apa. Padahal semuanya bohong! Bohong kalau senyum yang ia lontarkan setiap harinya itu tulus. Tidak! Kania lelah jika harus terus-terusan seperti ini. Bisa-bisa ia depresi berat kan? Bagaimana kalau ia gila? Ah, sudahlah..

Tok tok tok

Lamunan nya langsung buyar ketika tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. "Bi Ijah ya? Masuk aja bi, ga dikunci." Kata Kania dengan nada santai. Seakan-akan sudah tau bahwa yang mengetuk memang benar-benar bi Ijah. Tentu saja lah. Tidak mungkin mama atau papa nya yang mengetuk. Tidak mungkin orang tua nya tiba-tiba mendatangi kamarnya. Sekedar untuk menanyakan kabar atau bertanya sudah makan atau belum kah putri tunggal nya yang terlantar itu? Hadeh. It just a dream. Mereka hanya bisa sibuk dan memikirkan urusan nya sendiri kan? Kania tau itu. Tau sekali bahkan.

"Non Kania udah makan?" Sudah ia duga bahwa bi Ijah akan menanyakan hal itu. "Udah bi. Ini lagu makan keripik singkong. Hehe." Kania menyodorkan toples mungil berwarna biru bening ke arah bi Ijah.

"Itu mah namanya bukan makan non, tapi nyemil. Mending non Kania cepet turun ke bawah. Bi Ijah udah masakin makanan kesukaan non Kania."

"Bi Ijah udah makan?" Kania malah bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan beliau. "Oh..kalo bibi mah gampang non.. Yang penting non Kania dulu. Udah toh sana, jangan makan telat-telat. Nanti sakit piye toh."

"Iya bi." Kania mengangguk lalu bi Ijah pun pamit untuk kembali ke bawah. "Ealahh non.. bibi ini kok bisa lupa toh?!" Celetuk bi Ijah sambil menepuk dahinya dan menghentikan langkah nya yang sudah sampai di ambang pintu.

"Apa?"

"Bibi ini kesini niatnya mau manggil non Kania buat turun ke bawah soalnya ada yang nyariin non.. lah kok malah ngomongin makanan doang toh piye bibi ini.."

"Ada yang nyariin? Siapa bi?"

"Aduh.. bibi kurang tau ya. Pokoknya dia itu cowok non. Ganteng pisan euy. Mending non Kania cepet turun sana. Udah ditunggu non."

"I..iya..bi." Kata Kania sambil mengangguk saja. Tanpa pikir panjang ia pun cepat-cepat bangkit dan turun ke bawah sambil menerka-nerka. Siapa sih yang nyariin?

"Eh?"

Kania sempat tertegun sejenak ketika melihat siapa yang datang mencarinya. "Loh, kak Brandon disini?"

"Lo pikun apa pura-pura pikun?" Brandon mendengus sebal. "Ma..maksudnya kak?"

"Ck,. Capek gue mau jelasin bego!"

HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang