Happy Reading and Enjoy!💗
Derap langkah Tania terdengar santai. Gadis itu berjalan dengan wajah tak pedulinya. Beberapa panggilan pun ia hiraukan. Selain karena ia sedang menggunakan earphone, ia memang tidak pernah ada niat untuk bergaul disekolah ini.
Anak sesekolahan yang sudah melihatnya pasti menganggap ia gadis yang aneh. Mereka beranggapan Tania tidak punya rasa sosial. Tapi Tania tak peduli dengan ocehan semacam itu. Ia sudah sangat kebal.
Hal yang lebih parah dari perkataan pedas saja sudah menjadi bagian hidupnya, masa hanya karena perkataan pedas siswa lainnya ia akan peduli. Big no!
Tania menggunakan rok span sejengkal lebih diatas lutut. Baju seragam yang lumayan ketat dan dikeluarkan dari rok. Lengan baju yang tinggal sejengkal dari bahu itu dilipatnya. Dihari senin seperti ini, ia menggunakan kaos kaki hitam panjang. Rambutnya dicat ungu dari tengah hingga ujung rambut.
Rambut itu seperti tak pernah disisir. Berantakan. Polesan lipstik marun dan eyeshadow abu tua. Tindik dua ditelinga sebelah kiri dan tindik dihidung. Sepatu berwarna marun. Dan terakhir sebuah buku dan pena disaku bajunya.
Bisa kalian bayangkan bagaimana penampilan Tania bukan? Semua atribut sekolah yang ia gunakan melanggar aturan. Bahkan yang lebih parah ia hanya membawa satu buku tulis.
Sesampainya dikelas, Tania berjalan ke meja paling belakang dan paling pojok. Diletakkannya tas dan dia duduk tenang hingga bel pertanda upacara berbunyi.
Tania melangkahkan kakinya tanpa rasa takut sekalipun. Melihat penampilannya yang bisa dikatakan sangat berani, ia masih sanggup untuk bersenandung kecil mengikuti irama lagu dari earphonenya.
Hal itupun mengundang berbagai macam pernyataan dari barisan orang yang ia lalui.
Hari ini adalah hari pertamanya menjadi murid di Internasional Bund Highschool, sekolah menengah atas dengan akreditasi luar biasa. Menjadi sekolah Tania berikutnya setelah pengeluarannya dari 3 sekolah waktu dia kelas 10. Dan saat ini Tania sudah duduk dikelas 11.
Entahlah Tania tidak tau kelas untuk jurusan apa yang ia duduki tadi, toh dia bersekolah hanya untuk sebuah formalitas semata. Kalau diberi pilihan untuk sekolah atau tidak, maka dengan sangat tegas ia akan menjawab tidak.
Sesampainya dibarisan Tania memilih barisan yang paling belakang. Dan lagi lagi ia tak tau ia berdiri dibarisan kelas berapa saat ini. Masa bodo la bagi Tania yang penting ada barisan.
Selang setengah jam, upacara yang sangat melelahkan itu selesai. Semua murid bubar untuk ke kelasnya masing masing. Tania berjalan kekelasnya tadi, namun diambang pintu ia dicegat oleh tiga cewek yang tidak Tania kenali.
"Lo siapa?" tanya cewek yang mempunyai rambut super badai dengan jepit kecil untuk mempermanis penampilannya. Setelah Tania melihat nametag yang ada disisi kanan dada cewek itu, namanya Jeslyn Maritasia
"Anak baru" jawab Tania tak peduli.
"Kenapa masuk sini?" tanya temannya yang satu lagi. Yang dijawab Tania dengan angkatan bahu.
"Loh aneh. Udah penampilan aneh ternyata sikapnya juga aneh ya" ucap Jeslyn yang dibalas ketawa mengejek dari teman sekelasnya.
"Kita ngga mau ya nerima temen aneh kaya lo" kalimat yang meluncur sangat manis dari bibir Jeslyn itu dihadiahi tamparan mentah oleh Tania tepat dipipi kirinya.
Menerima reaksi yang tak terduga dari Tania membuat tubuh Jeslyn tersungkur kelantai. Ia meringis lalu mengusap pipinya yang terasa berdenyut. Dengan emosi yang membara, Jeslyn berdiri dan menjambak rambut Tania.
Hal yang dilakukan Jeslyn sama saja seperti membangunkan macan betina yang sedang tidur. Tentu saja Tania tak akan tinggal diam. Gadis didepannya ini akan menyesal karena telah mencari masalah dengan dirinya.
Lalu Tania menarik rambut Jeslyn hingga muka gadis itu memerah menahan sakit. Setelah itu dicakarnya wajah ayu Jeslyn dengan sangat kuat yang membuat wajah Jeslyn saat ini seperti terbakar api. Sangat merah.
Tak sampai disitu, Tania menarik kerah baju Jeslyn, menendang tulang kering dan mendorongnya dengan sadis kelantai untuk yang kedua kalinya.
Orang orang pun telah ramai mengerubungi mereka berdua. Tak ada seorang pun yang berniat menolong, mereka tak mau ikut campur. Sebagian dari mereka pun menyoraki jagoannya masing masing.
Tania kembali menarik kerah baju Jeslyn yang posisinya masih terbaring dilantai lalu membisikkan sebuah pernyataan di telinga yang sudah merah menahan sakit itu.
"Jangan ganggu gue atau yang lo alami akan lebih parah dari ini" ucapnya lalu pergi sambil menyapukan tangannya seolah membersihkan debu.
Jeslyn menggeretakkan giginya menahan geram, baru kali ini ada yang berani dengannya. Dengan kekuatan yang tersisa, ia berdiri dan membelah kerumunan untuk pergi ke UKS membersihkan luka kemudian diikuti kedua temannya.
Tbc
Sadis beut si Tanianya, jadi kasian ama Jeslyn😕
See u,
Putri, yang lagi lelah😷Jambi, Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation!
DiversosYang Tania tau adalah hidupnya tak seindah semua harapan yang ia bangun dalam dirinya. Betul kata orang ketika realita tak sesuai ekspektasi maka hati yang akan menjadi korbannya. Bagi Panji mendengar kisah orang lain dan dapat mengubah kepribadian...