Bagian Lima : SIAPA PANJI? #1

7 2 0
                                    

Fahrezi Putra Panji adalah siswa kelas 12 Ipa 1 yang menjadi murid terbaik tanpa ada catatan konseling sedikitpun dan menjadi peringkat dua umum. Hal itu yang membuatnya kini menduduki bangku sub ketiga dikonseling.

Sangat sulit untuk mendapatkan kursi dan ruangan yang menjadi impian semua murid. Perlu kepandaian dan kelogisan untuk memikirkan cara menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh murid-murid nakal dan tak bermoral yang ada disekolah berbasis internasional itu. Tidak sembarang orang juga yang terpilih menjadi kandidat untuk menduduki posisi.

Belum habis sampai disitu, para kandidat itupun harus dirapatkan dulu oleh para guru dan dewan yayasan agar mendapatkan yang terbaik.

Satu hal yang sangat tidak boleh terjadi sama sub konseling yaitu mendapat poin sekecil apapun. Intinya buku konselingnya harus bersih tanpa coretan sedikitpun. Mau waktu masih jadi kandidat sampai masa jabatannya habis.

Sampai para pemegang kursi sub konseling membuat poin, maka ia harus siap-siap meninggalkan ruangan yang sangat sangat nyaman itu.

Selain Panji, ada Ardito Anata yang menjadi sub konseling satu dan Dianita Almeida yang menjadi sub konseling dua dibawah pimpinan Bu Alda sebagai kepala konseling.

Awal mula Panji dipilih menjadi kandidat sub konseling adalah waktu ia masih kelas 10 di 2 bulan pertamanya. Waktu itu ia melihat poster lomba semacam tentang psikolog gitu.

Sebenarnya Panji tak ada ataupun tak pernah tertarik dengan hal hal yang berbau psikolog seperti itu namun saat melihat hadiah yang akan didapatkan oleh pemenang sebesar 15 Jt itu membuat Panji langsung bersemangat untuk mengikuti lomba yang sama sekali bukan basicnya.

Yang kalian perlu tau walaupun Panji bersekolah disekolah yang berbasis internasional ia sama sekali tidak termasuk golongan orang kaya. Dibilang kaya tidak dibilang miskin juga tidak. Bagi Panji cukup untuk ia hidup dan sekolah.

Ayahnya hanya karyawan biasa disebuah perusahaan tekstil sedangkan ibunya hanya guru di sekolah menengah pertama. Ia tiga bersaudara dan Panji anak kedua. Kakak perempuannya sudah menikah dan memiliki seorang bayi cantik. Kini ia tinggal dengan suaminya dikota lain. Sedangkan adik laki-laki nya bersekolah ditempat sang ibu mengajar.

Kalau definisi keluarga harmonis bagi Panji adalah keluarganya sendiri. Setiap akhir pekan, kakak perempuannya selalu menyempatkan diri untuk pulang bersama sang suami mengunjungi orang tua dan kedua adiknya. Dan saat itulah Panji tau kalau harta yang selalu diinginkan segala orang tidak berarti apa-apa dengan kebersamaan yang keluarganya ciptakan.

Jika boleh jujur, Panji sangat bahagia terlahir dikeluarga yang saling melengkapi seperti ini. Dan ia berharap semuanya akan tetap sama sampai waktu menelan satu persatu momentum yang tersisa.

Kembali ke cerita, Panji pun segera berlari menuju ruangan pengambilan formulir untuk mengisi biodata diri. Dengan tekad dan nekad ia mengisinya dengan penuh semangat.

Pulang sekolah Panji menuju perpustakaan untuk mencari buku-buku yang berkaitan dengan ilmu psikologi. Ia meminjam 4 buku tebal kepetugas perpustakaan.

"Banyak banget Pan, mau diapain tu buku?" tanya guru berbadan bongsor yang sedang menulis judul buku yang akan dipinjam Panji.

"Mau ikut lomba pak" jawab Panji sopan.

"Oalah gitu toh. Semangat ya nak Panji. Bapak doain menang pokoknya"

"Aminn. Makasih ya pak"

Sesampainya dirumah, Panji bergegas mandi dan segera mengambil buku untuk ia baca. Sebelum itu, Panji mengambil kalender duduk yang ada dimeja belajarnya lalu melingkari tanggal seminggu kemudian.

Hanya seminggu waktu yang bisa Panji gunakan untuk mempelajari tentang ilmu psikologi dari yang paling dasar hingga yang rumit.

"Bismillah, semoga bisa!" tegas Panji kedirinya sendiri.

✳✳✳

Panji mengaitkan tangannya berharap grogi yang tiba-tiba melanda bisa hilang, paling tidak meredalah sedikit. Disinilah ia kini, duduk ditengah tengah peserta lomba pemecahan masalah berdasarkan ilmu psikologi.

Panji ditemani oleh Bu Alda sikepala konseling. Alasan ia ditemani oleh guru killer ini karena ilmu psikologi sangat lekat dengan guru konseling. Selain itu Panji juga sudah mengenal baik Bu Alda walaupun ia masih termasuk baru disekolahnya.

Sekitar 5 jam lomba itu berlangsung dan para peserta akhirnya diperbolehkan pulang. Karena pengumuman juara akan diberitahukan kepihak sekolah.

Beberapa hari kemudian, ketika Panji sedang makan dikantin bersama teman-temannya tiba-tiba seorang cowok berlari menuju arahnya sambil berkata "Lo semua buruan liat mading, SEKARANG!"

Mendengar penuturan dari teman sekelasnya itu membuat Panji dan teman-temannya berlari meninggalkan makanan yang baru beberapa menit datang menuju mading sekolah didekat ruang guru.

Mading ramai dipenuhi para siswa yang berdesakan ingin melihat, Dekan salah satu temannya Panji memotong kerumunan dan melihat apa yang sedang dilihat orang-orang.

Sedangkan Panji dan temannya yang lain menunggu informasi dari Dekan karena mereka malas berdesak desakan. Selain itu Dekan memang mempunyai tugas untuk melihat informasi apapun karena badannya yang gesit.

Lebih kurang 5 menit didalam kerumunan, Dekan keluar dengan napas yang tinggal setengah.

"Pan, lo li.at sen.di.ri dah"  ucap Dekan terbata bata. Cowok dengan rambut badai itu mencoba untuk mengembalikan oksigen yang banyak hilang dari tubuhnya akibat desakan para kerumunan.

"Emangnya kenapa?" tanya Panji heran.

"Liat sendiri pokoknya, gue ngga bisa berkata-kata"

Tbc

Part ini khusus untuk Panji. Tania babay dulu yaw😁

See u,
Putri, yang baik hatii tapi boong:v

Jambi, agustus 2019

Expectation!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang