Bagian Dua Belas : FOTO

6 1 0
                                    

Ga ada etika boleh, asal liat tempatnya aja
-Britania-

"Gue nyelesain cucian motor gue dulu ya, lo istirahat aja" ucap Panji kemudian berlalu pergi meninggalkan Tania.

Tania ingin pulang kerumah saat ini juga, ia tak betah berada dirumah orang yang sama sekali tidak ia kenali. Apalagi sudah menumpang tidur semalam. Ia bergegas kekamar mandi mengambil baju yang ia kenakan malam tadi.

Kurang lebih sepuluh menit dikamar mandi, Tania keluar dan ia menemukan foto yang tak sengaja ia jatuhkan tadi tergelatak ditempat awal, sepertinya Panji yang meletakkannya disana. Diraihnya foto itu. Disana tampak seorang remaja laki-laki dan perempuan dengan pose sang perempuan memeluk tangan laki-laki itu. Sepertinya mereka pacaran. Kalau dilihat dari wajahnya, Tania rasa mereka berumur 13 tahun. Kelas satu SMP lah. Wajah mereka terlihat sangat familiar dimata Tania. Tapi ia tak terlalu ingat siapa mereka. Sejak kapan gue peduli sama orang?  gumam Tania pada dirinya sendiri. Ia segera meletakkan foto itu kembali.

Ketika Tania berhasil keluar dengan baik lewat jendela, ia dipergok oleh Panji sekeluarga yang sedang bersantai diteras rumah. Rencananya kabur diam-diam gagal total. Mereka bertanya kenapa Tania keluar lewat jendela, tapi tak dijawab oleh Tania. Tania merasa bersalah telah mencoba keluar diam-diam. Terlebih orang yang punya rumah sudah merawat Tania saat dirinya tak sadar.

Jika dengan orang tua yang sudah melakukan hal baik padanya, Tania akan menghormati orang itu dengan cara baik pula. Dihadapan orang tua Panji yang sudah membantunya, Tania hanya menundukkan kepala.

Yudi merasa paham dengan kepribadian Tania, gadis cantik itu tidak tau caranya bergaul dengan orang. Karena tidak ingin membuat Tania merasa gelisah ditengah mereka, Yudi menyuruh Panji untuk mengantar Tania pulang menggunakan mobil. Baju gadis itu tidak pantas untuk naik motor. Awalnya Tania menggelengkan kepala tanda menolak, tapi Yudi tetap bersikukuh menyuruh Panji mengantarnya.

✳✳✳

"Lo sekolah dimana?

"Kok lo peduli?"

"Emang salah peduli?"

"Emang"

"Ha?"

"Gue ngga suka ada orang yang peduli sama gue, itu sama aja kaya orang kasian sama gue. Dan gue paling benci dikasihani"

"Defini lo tentang peduli salah tuh"

"Salah?"

"Iya salah, menurut gue kalo ada orang peduli dengan gue tandanya orang itu sayang sama gue, dia ngga mau gue kenapa-kenapa. Kepedulian itu mahal dan sulit dilakukan. Kalo gue dapat kepedulian seseorang, gue bakal ngerasa bahagia karena orang itu mau melakukan hal yang sulit itu demi gue"

"Gue ngga yakin sama definisi lo"

"Kenapa?"

Percakapan singkat diantara Panji dan Tania terhenti. Tania yang menghentikannya, entah apa alasannya yang pasti ia tak akan ingin hal yang membuatnya meragukan kata 'peduli' itu terbahas.

Saat ini mereka sedang berada dimobil, diperjalanan menuju rumah Tania. Jika tadi dirumah Panji, Tania diam karena berusaha menghormati orang tua Panji, tapi sekarang mereka sudah diluar rumah Panji jadi ia berhak berkata sesuka hatinya.

Momen akward diantara mereka tak terhindari. Panji sibuk menyetir sambil melihat GPS sedangkan Tania membuang mukanya kearah jalanan. Panji berusaha mencari topik pembicaraan yang bisa membuat Tania berbicara, walaupun nada bicaranya tak enak didengar.

"Kok malam tadi bisa mabuk berat gitu sih?"

"Ya minum alkohol lah!"

"Iya gue juga tau kali, maksudnya kenapa lo ngelakuin itu, lo kan cewek ngga baik"

"Cewek mabuk mah biasa, kalo 'gituan' baru luar biasa. Dan satu yang perlu lo catet, gue bukan cewek baik!" tegas Tania.

"Lo tu ngga sekedar mabuk Tania, lo ngga inget apa yang lo lakuin kegue malam tadi ha? malam tadi lo itu ngajakin gue kehotel. Lo cewek pertama yang gue lihat plus denger sendiri ngajakin cowok ngelakuin hal buruk, biasanya cowok yang gitu nah ini cewek. Gue aja sampe merinding ngedenger lo ngomong kaya gitu. Untung gue yang nemuin lo, kalo sampe laki-laki hidung belang udah habis lo"

"Lo 'belok' ya? Kok ada cewek ngajak ngga lo ladenin, aneh!" Tania mempertanyakan kenormalan cowok yang ada disebelahnya saat ini.

"Gue normal kali, gue cuma ngga mau aja ngerusak cewek karena gue ngehargai kaum hawa. Soalnya Ibu sama kakak gue sama kaya lo, cewek. Kalo gue ngerusak cewek, sama aja gue kaya ngehancurin hidup Ibu sama kakak gue" bela Panji.

"Ada cowok senaif lo zaman sekarang?"
tanya Tania masih tak percaya.

"Ngga sih, gue satu-satunya" jawab Panji dengan seringaian jahil nan percaya diri ditambah tangan seperti simbol betul yang ia letakkan dibawah dagunya.

"Dih" Tania memutar bola matanya jengah melihat tingkat Panji yang sok keren.

Selang beberapa menit, akhirnya mereka sampai dikediaman Tania. Melihat gerbang rumah Tania saja membuat Panji membulatkan matanya. Gerbang dengan cat hitam pekat itu sangat tinggi dan besar. Gerbangnya aja sebesar itu, gimana rumahnya? Bisa gila Panji membayangkan bentuk rumah Tania.

"Ngga usah terkesima sama bentuk rumah gue, ngga seenak yang lo bayangin pokoknya. Sampain ucapan terimakasih gue keortu lo ya" ucap Tania lalu berjalan meninggalkan Panji menuju gerbang rumahnya.

Ngga sesuai ekspektasi gue? Maksudnya? tanya Panji kedirinya sendiri.

Setelah memastikan Tania masuk kerumahnya, Panji menekan pedal gas meninggalkan Tania kembali menjalani kehidupan nyatanya.

Tbc

Ternyata Tania kalau sama orang tua yang baik sama dia, dia sopan kok punya etika malahan. Jangan berburuk sangka terus sama Tanianya ya😌

See u,
Putri yang nyempetin update ditengah tugas yang menumpuk😵

Jambi, Agustus 2019

Expectation!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang