Tepat pukul 07.30 bel berbunyi dan seluruh siswa siswi secara serentak berlarian menuju kelas masing-masing. Berbeda dengan Tania, gadis dengan warna rambut baru itu berjalan dengan sangat santai seakan-akan waktu mengikutinya. Ternyata hari ini ia datang tepat waktu.
Tania masuk kekelas tanpa memperdulikan orang-orang yang menatapnya tak percaya. Jam pertama yaitu pendidikan konseling. Bu Alda pun menatap Tania dengan penuh takjub. Ngga ada sopan santunnya ni anak, perlu diajarin nih batin guru killer itu.
Tania menghempaskan bokongnya dengan selamat. Gadis itu tetap tidak menyadari tatapan dari seluruh orang yang ada dikelasnya. Ia sibuk membetulkan letak earphone yang bergeser.
"Ehemm" Bu Alda berdehem memecahkan kebisuan yang terjadi.
"Baik anak-anak, hari ini Ibu mewakilkan wali kelas kalian untuk memperkenalkan teman baru dikelas ini. Ayo nak perkenalkan dirimu"
Gadis dengan rambut dikuncir dua ditambah pita abu-abu itu menarik napasnya pelan dan berkata "Baik bu. Hai teman-teman kenalin nama aku Rubia Glorencia biasa dipanggil Bia, aku pindahan dari SMA Titra Utama dikota Malang. Semoga kita bisa berteman dengan baik ya. Salam kenal semuanyaa"
Tania samar-samar mendengar orang mengucapkan kata 'Bia. Ia langsung melihat kedepan dan ternyata gadis imut kemarin ada didepan kelasnya. Bia menyadari bahwa Tania melihatnya, kemudian ia tersenyum manis kearah Tania.
Bukannya membalas senyuman Bia, Tania malah memutar bola matanya jengah. Ia sudah mengutuk dirinya yang menjawab perkenalan diri Bia ditoko itu. Setiap chat yang dikirim Bia selalu Tania abaikan. Ia tidak ingin memiliki teman karena ia pernah merasa dikecewakan. Kenapa perempuan itu malah sekelas dengannya sekarang? Tania yakin sangat sangat yakin kalau Bia pasti akan memaksakan dirinya menjadi teman Tania.
Suara musik diearphone Tania tiba-tiba lenyap dan berganti dengan suara Bia.
Shit!"Baik Bia kamu boleh milih mau duduk dimana" kata Bu Alda.
"Kalo duduk disebelah Tania gimana buk? Boleh ngga?" tanya Bia dengan senyum manis.
Secara spontan Tania menengok kebangku disebelahnya, kosong. Ah Tania lupa kalau ia memang tidak membolehkan siapapun untuk duduk disana jadi wajar bangku itu tidak berpenghuni.
Pertanyaan Bia dijawab dengan anggukan oleh Bu Alda, dengan penuh anggun yang tak dibuat-buat Bia berjalan menuju bangku paling belakang, tepatnya disamping Tania. Sedangkan Bu Alda permisi mengambil buku pelajaran diruangannya.
"Hai Tania, kita ketemu lagi. Aku seneng deh bisa sekelas apalagi sebangku sama kamu. Moga kita jadi teman baik ya"
Bia menyapa Tania dengan sangat baik, tapi lagi-lagi Tania tidak memperdulikannya. Mulai saat ini Tania akan membangun tembok besar, sangat besar diantara dirinya dan Bia. Ia tak mau merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya.
"Tania, aku manggil kamu 'nya' aja ya biar singkat. Repot kalo harus manggil nama lengkap. Eh btw nama panjang kamu siapa?"
"Peduli apa lo sama nama gue?!"
Bisa dibilang respon Tania sangat kasar, tapi Bia akan berusaha keras untuk membuat Tania mau menerima kehadirannya. Gadis manis itu kembali menarik senyumnya yang sempat luntur tadi.
"Ya aku mau tau aja nama kamu siapa, kan biasa tau nama temennya sendiri"
"Temen? Gue?" tunjuk Tania kedirinya sendiri. "Sejak kapan gue jadi temen lo? Kenal aja kaga" lanjutnya.
"Kan waktu itu kita pernah ketemu, sempat kenalan juga. Terus aku juga ada line kamu kok, kan kamu sendiri yang ngasih ke aku" ucap Bia berusaha sabar.
"Oo waktu itu gue kayaknya mabuk deh, gue ngga ngerasa pernah ketemu sama lo"
"Eh? Yaudah deh ngga papa kalo kamu lupa sama aku, aku bakal usaha buat jadi temen yang baik untuk kamu" Kalimat Bia berakhir bertepatan dengan kedatangan Bu Alda dari ruang konseling.
✳✳✳
"Woi Kan, gue denger denger ada murid baru. Cewek bruhh, katanya si cakep abis. Gebet hayu"
"Iye sob, pindahan dari SMA favorit diMalang. Gua rasa beneran cantik deh"
Panji dan Dekan yang lagi makan batagor langsung keselek berjamaah akibat suara bass milik Adit dan Risky. Untung saja ada air mineral botol yang tadi sempat Dekan beli. Kalau tidak, Adit dan Risky pasti udah dibawa kepenjara karena kasus pembunuhan berencana.
Setelah merasa tenggorokannya membaik, Panji mengetok kepala Adit dan Risky secara bersamaan. "Lo kalo mau ngomong duduk dulu kek bukan ngejutin kek jailangkung, untung ada minum kalo ngga gue lapor kepolisi lo"
Adit dan Risky hanya menyengir lebar mendengar penuturan Panji. "Sorry bro sorry, kita kelewat semangat hehe"
"Kalo lo berdua mah masalah cewek cantik semangatnya ngga pernah pudar" ucap Dekan menambahkan. Panji mengangguk semangat menyetujui ucapan Dekan.
"Mending kita normal, ngga kek lo pada sukanya batang" tambah Risky tak mau kalah.
"Sialan lo berdua!"
Tbc
Selamat hari senin malam selasa dari abang Panji😎
See u,
Putri, author yang idenya cepet muncul cepet juga ilangnya😁Jambi, agustus 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation!
RandomYang Tania tau adalah hidupnya tak seindah semua harapan yang ia bangun dalam dirinya. Betul kata orang ketika realita tak sesuai ekspektasi maka hati yang akan menjadi korbannya. Bagi Panji mendengar kisah orang lain dan dapat mengubah kepribadian...