Bagian Sebelas : SEMPITNYA DUNIA

6 1 2
                                    

Yudi, Ayahnya Panji terkejut melihat sang anak pulang sambil menggendong perempuan dengan pakaian seksi. Baru saja Yudi ingin bertanya, Panji langsung memotongnya cepat "Cepet yah buka pintunya, nanti abang jelasin semuanya"

Yudi sempat terdiam beberapa detik kemudian ia membukakan pintu. Setelah pintu terbuka lebar, Panji segera berlari menuju kamar kosong bekas kakak tertuanya dulu dan segera membaringkan Tania disana. Ragil dan Ibunya yang sedang menonton televisi tak kalah terkejut melihat Panji berlari sambil menggendong perempuan. Secara spontan mereka ikut berlari mengejar Panji.

"Eh anak gadis siapa ini yang kamu bawa nak?" ucap Ibu yang tengah berdiri dibelakang Panji.

"Lo apain anak orang bang?". Kebiasaan Ragil mengomporinya tak pernah punah ternyata.

"Apain maksud lo apa ha? Sejak kapan gue berani giniin cewek?" jawab Panji tak terima dengan tuduhan Ragil.

Yudi sampai kedepan pintu dan meminta Panji keruang keluarga untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi. "Bu tolong ganti bajunya ya, Panji mau ngejelasin ke Ayah dulu" ucap Panji yang dibalas anggukan oleh sang Ibu.

Panji dan Ragil keluar bersamaan. Panji pergi menghadap Ayahnya sedangkan Ragil disuruh Ibu mengambil handuk kecil dan air untuk membersihkan tubuh Tania.
Sekembali dari kamar, Ragil menuju ruang keluarga untuk mendengar juga penjelasan dari abangnya.

"Sumpah yah,cewek tu ngga abang apa-apain. Ceritanya gini, waktu beli kue pesanan Ibu abang ngelihat dia ditrotoar jalan sendirian. Terus abang samperin ternyata dia mabuk. Ngelihat dia make baju kaya gitu abang jadi ngga berani ninggalin dia, takut terjadi apa-apa. Rencananya abang mau ngantar dia pulang tapi karena dia mabuknya berat banget, sepanjang jalan kerjaannya cuma ngeracau ngga jelas. Abang ngga punya pilihan lain. Ya jadinya gitu abang bawa aja kesini, lebih aman" penjelasan Panji dicerna Yudi dengan baik. Ia yakin anaknya tak akan berbohong pada dirinya.

"Iya Ayah percaya, tapi besok waktu dia udah sadar antarin dia kerumahnya ya. Ntar orang tuanya nyariin" ucap Yudi khawatir.

"Makasih udah percaya sama Panji yah" Panji merasa terkesan karena Yudi sangat mempercayainya. Dan ia berjanji tidak akan mengkhianati kepercayaan yang telah Ayahnya beri.

✳✳✳

Tania mengerjapkan matanya berulang kali, kornea matanya berusaha menerima cahaya setelah 10 jam tak terbuka. Hal pertama yang Tania rasakan adalah pusing ,seluruh perabot yang ada didepan matanya serasa melayang-layang diangkasa. Dengan pelan Tania memijit pelipisnya berharap sakit itu sedikit menghilang.

Usahanya ternyata berhasil. Rasa sakit itu secara perlahan menghilang tapi tak berselang lama malah mual yang melanda. Seluruh isi perut Tania rasanya bercampur aduk. Tania segera melepas selimut yang membaluti tubuhnya dan berlari menuju kamar mandi.

Tania memperhatikan wajahnya dari kaca wastafel. Ia merasa aneh sendiri. Rasa-rasanya kemarin sore waktu Tania mau pergi keclub malam, ia menggunakan minidress ketat dengan make up menor dan sepatu heels. Tapi kenapa ia sekarang malah menggunakan piyama dengan wajah yang bersih tanpa make up.

Tania mengingat-ingat lagi apa yang sudah terjadi kemarin. Selang beberapa menit ia baru sadar apa yang sudah terjadi.

Gadis yang menggunakan piyama winie the pooh itu segera berlari menuju kamar kembali. Akibat alkohol semalam masih belum berkurang sepenuhnya, ia tak sengaja menjatuhkan bingkai foto diatas meja kecil disamping lemari, lebih tepatnya disebelah pintu kamar mandi.

Karena rasa bersalah, Tania mencoba berjongkok untuk memunguti pecahan kaca yang berserakan dilantai. Secara tak sadar tangannya mengeluarkan darah. Kacanya pecah seribu, jadi kepingan yang berserakan itu kecil-kecil.

Tiba-tiba Panji mendorong pintu kamar tergesa-gesa yang membuat Tania mematung ditempat. Waktu lagi nyuci motor didepan tadi, Panji mendengar suara kaca jatuh dari kamar yang ditempati Tania. Karena itu ia berlari cepat takut terjadi apa-apa.

"Kok bisa jatuh si Tan?" tanya Panji sembari menyapu pecahan kaca yang ada dilantai dengan sapu mini dan ditampung diserokan yang ukurannya juga mini.

Sementara Tania masih mematung ditempat. Yang ada dipikirannya saat ini, berarti cowok yang mau ngantar Tania malam tadi itu cowok yang mengambilkan tendanya waktu itu. Kenapa dunia sesempit ini sihh??

"Tangan lo ngeluarin darah Tania, kok lo ngga nyadar sih?" Tania kembali kealam sadar saat Panji menarik tangannya menuju kamar mandi lagi. Cowok dengan celana pendek dan kaus oblong itu mencucikan tangannya yang berdarah dengan sangat telaten.

Kemudian ia ditarik lagi kekasur dan didudukkan disana sementara Panji berlari kebelakang mengambil kotak P3K. Tubuh Tania kaku, seluruh sarafnya serasa mati. Entah kenapa Tania sendiri juga tidak tau. Sekembalinya Panji, ia segera memberi betadine dan membalutkan luka itu dengan plester.

"Kok lo bisa ngga sadar sih kalo tangan lo itu berdarah? Ngga sakit apa ya?" Panji memberikan dua pertanyaan sekaligus kepada Tania sambil memasangi plester ke jari gadis itu. Tak sengaja tangan mereka bersentuhan yang membuat saraf Tania langsung bekerja kembali.

"Yang parah dari ini aja udah sering" Jawab Tania berusaha cuek.

"Eh maksudnya?"

Tbc

Ayahnya Panji percaya banget ya sama Panji saking jujurnya Panji, makin cinta deh😘

Kalian udah tau belum 'yang lebih parah' maksud Tania itu apa?

See u,
Putri, yang lagi mumet ngerjain tugas mtk 😫

Expectation!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang