Bagian Empat Belas : PERTEMUAN KEDUA

24 1 3
                                    

"Udah dibilang saya ngga mulai duluan, kenapa Ibu ngotot sih!?"

"Ya karena Jeslyn bukan tipe siswi yang memulai sebuah pertengkaran"

"Prinsip saya, saya tidak akan mengganggu orang yang tidak mengganggi hidup saya!"

"Jadi menurut kamu Jeslyn yang mengganggu kamu duluan?!"

"Bukan menurut saya lagi Bu, emang kenyataannya begitu"

"Jeslyn bukan tipe siswa yang suka mengganggu orang lain"

"Kok Ibu segitu percayanya sama Jeslyn sih? Lagian saya cuma nepatin omongan saya aja"

"Tindakan kamu itu berlebihan sampai Jeslyn harus dilarikan kerumah sakit"

"Dianya aja yang lemah!"

"Masih berani kamu ngejawab perkataan saya?!!". Tepat ketika Bu Alda ingin melayangkan tangannya kepipi Tania, tangan Tania dengan sigap menahannya.

"Kalo ada masalah cari dulu siapa yang salah, bukan yang luka ringan yang dijadikan pelaku tak bersalah" ucap Tania lalu ia menghempaskan tangan Bu Alda keudara.

"Saya tidak terlalu suka berkelahi dengan yang lebih tua, ntar patah tulang kan ribet. Untung disini ngga ada CCTV jadi kejadian diruangan ini tidak akan diketahui oleh siapapun. Saya tidak tau apa yang akan terjadi jika kepala yayasan tau apa yang anda perlakukan kepada saya" ancam Tania dengan manik mata menusuk tepat ke mata Bu Alda.

Suara dorongan pintu yang dibuka secara paksa mengalihkan tatapan Tania dan Bu Alda. Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa detik. Si empu yang membuka pintu tak sabar sedang berusaha mengatur napasnya. Turun dari lantai 3 sampai kelantai 1 butuh tenaga yang tidak sedikit. Walaupun tubuh Panji yang kekar, tidak masuk dalam pengecualian.

"Permisi Bu, Tania itu dibawah hak saya. Jadi semua yang ia perbuat tanggung jawab saya untuk memperbaikinya" ucap Panji berusaha melerai percekcokan diantara guru dan murid itu.

"Yang ia perbuat kali ini sudah memakan korban, saya rasa Tania sudah kelewatan" sahut Bu Alda tak terima.

"Kelewatan dari lubang pipet, baru luka dikit juga tu bocah belum sampai mati. Tau gini mending gue matiin sekalian aja!" bisik Tania pada dirinya sendiri. Bukan pada dirinya sendiri lebih tepatnya, sengaja agar 3 manusia yang ada disekitanya saat ini mendengar.

"MULUT KAMU TANIA, NGGA ADA SOPAN SANTUNYA YA! GA DIAJARI ETIKA YA SAMA ORANG TUA KAMU?!" Untuk yang kedua kali  Bu Alda mengayunkan tangannya hendak menampar mulut kurang ajar milik Tania.

Tania marah, sangat murka malahan ketika Bu Alda menyinggung tentang orang tuanya yang tidak pernah mengajarkan etika, namun kesempatan tak berpihak kepadanya. Gerakan Bu Alda terlampau mendadak dan Tania tidak bisa menahannya. Saat Tania memejamkan mata menunggu tangan berisi itu menampar wajahnya, setelah kurang lebih 5 detik menunggu tak ada rasa panas yang menjalar seperti seseorang yang ditampar.

Perlahan Tania membuka matanya dan yang ia dapati adalah tangan yang sedang dicengkram, dan Tania sangat yakin tangan yang mencengkram itu adalah tangan Panji.

"Sebelumnya maaf Bu saya lancang. Disini saya hanya membenarkan satu hal yang harus dibenarkan. Guru BK itu tugasnya mengarahkan, memberi pembelajaran moral dan mengubah perilaku buruk siswa. Jika Ibu saja seperti ini, bagaimana tanggapan orang yang melihat ibu? Saya selaku pemegang Sub tiga tidak ingin citra BK buruk dimata siapapun. Jadi dengan segala hormat saya mohon ibu percayakan semua hal yang berhubungan dengan Tania kepada saya" jelas Panji kemudian menarik tangan Tania keluar. Sementara Dito yang sedari tadi menahan diri untuk tidak ikut campur, berjalan kearah Bu Alda berusaha menurukan emosi Bu Alda yang sedang meledak-ledak.

Tarikan tangan yang dilakukan Panji terasa memaksa hingga tercipta cetakan jari-jari berwarna merah dikulit putih milik Tania. Dengan sekuat tenaga Tania mencoba menarik tangannya namun hasilnya gagal, tenaga Panji memang luar biasa. Merasa semuanya sia-sia akhirnya Tania merelakan dirinya ditarik, lebih mirip diseret oleh Panji kemanapun. Dan ternyata cowok dengan pakaian super rapi itu membawanya menuju rooftop.

Didudukannya Tania secara kasar kebangku kayu yang warna catnya sudah pudar. "Pelan-pelan bisa ga sih?!" kesal Tania. Enak aja tuh cowok main ngempas ngempas bokong seksi idaman semua pria milik Tania, ga tau apa ya tu cowok perjuangan buat dapatin bokong itu.

"Lo ada apa?" tanya Panji berusaha menurunkan volume suaranya akibat berlari menaiki tangga yang tidak terkira berapa jumlahnya. Jika Panji sengos-ngosan itu  berbeda halnya dengan Tania, ia tampak lebih pandai mengatur pernapasan dibanding Panji. Keseringan latihan pernapasan waktu ngegim sama main badminton membuat Tania lebih biasa saja.

"Emang gue ada apa?" tanya Tania tidak mengerti.

"Ya kenapa lo buat masalah sama Jeslyn?" Panji menjelaskan lebih rinci maksud dari pertanyaannya yang dijawab 'oo' oleh Tania.

"Lo pengen tau?"

"Yaiyalah, masih untung gue selamatin lo dari Bu Alda. Kalo engga udah panjang urusannya" ucap Panji yang sukses membuat Tania memutar bola matanya malas.

"Masalahnya gue ga minta lo buat selamatin gue, Panji"

Tbc

Selamatin author aja bang Panji, rela kok. Ga bakal marah marah kek Tania hehe😁

See u,
Putri yang udah jadi anak esema😚

Jambi, september 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Expectation!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang