Membiarkan wanita celaka dan tersakiti adalah perilaku paling laknat yang haram dilakukan oleh seorang pria.
-Panji-"Btw siapa nama anak baru yang lo bilang cantik tadi?"
"Kepo kan lo Pan, males ah gue kasih tau ntar lo gebet lagi"
"Kaga gua gebet, janji. Kasih tau aja elah ribet amat idup lu"
"Rubia kalo ngga salah ya, gue nguping siswi lain tadi lagi ngobrol tentang dia hehe"
"Dasar tukang nguping" sahut Dekan yang dibalas adit dengan juluran lidah "Bodo amat"
Dekan, Adit dan risky melanjutkan aksi saling mengejek diantara ketiganya sedangkan Panji terdiam mendengar nama Rubia disebutkan. Jangan-jangan..
Kalimat percakapan tadi siang disekolah kembali terngiang-ngiang dikepala Panji.Karena kesal, cowok yang menggunakan hoodie hijau lumut itu memukul stir mobil ayahnya cukup keras.
Panji menggaruk seluruh kepalanya yang tak gatal sama sekali. "Stres gue lama-lama mikirin info dari Adit, moga si Rubia kata Adit bukan Rubia yang gue kenal"
"Sudah mas dan ini kembalian uangnya" Panji dikejutkan oleh suara seorang perempuan. Ternyata Mba petugas SPBU. Ia menyerahkan dua lembar uang lima ribuan kepada Panji yang segera disambut Panji dengan senyum ramah, tak lupa pula ia mengucapkan terimakasih.
Saat ini Panji sedang berada ditempat pengisian bahan bakar karena ia disuruh sang Ayah mengisi minyak mobil yang tinggal sedikit.
Minyak mobil yang disuruh Ayah sudah Panji beli, berarti tinggal kue kering pesanan Ibu yang belum ia beli. Siap laksanakan! Toko kue itu berada disudut kota, cukup jauh dari rumahnya tapi demi Ibu akan Panji beli.
Sesampainya disana Panji segera memberikan list kue yang sudah ibu tulis kemudian ia dipersilahkan duduk. Sembari menunggu pelayan toko mengambilkan pesanannya, Panji menatap jalanan melalui kaca tembus pandang disebelahnya.
Jalanan ditoko ini tidak seramai atau semacet dipusat kota, jadi kesan sejuknya malam masih terasa walaupun tidak sesegar diperdesaan tapi cukuplah untuk meredakan sedikit rasa stres.
Wajar saja Ibu menjadi langganan toko ini, selain karena letaknya tidak jauh dari sekolah tempat Ibu mengajar juga karena toko ini menyejukkan.
Ketika sedang menikmati lampu malam, fokus Panji beralih kebawah lampu itu.Seorang perempuan berjalan sempoyongan dengan pakaian sangat mini dan rambut yang sudah tidak beraturan. Rasa-rasanya Panji pernah melihat perempuan itu tapi lupa dimana.
Bertepatan pula kue pesanannya selesai dikemas. Panji segera membayar dan berlalu keluar mengejar cewek itu. Bisa bahaya malam-malam begini cewek diluar dengan pakaian ketat bakal jadi santapan buaya ntar, pikir Panji.
Perempuan dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam itu sepertinya baru saja minum alkohol yang memiliki kadar tinggi. Mabuk yang dihasilkannya sangat berat.
Panji segera menghampiri dan menarik tangan perempuan itu namun ditepisnya dengan sangat kasar. "Kenapa lo? Mau ngajak gue kehotel? Ayo gue layani sekalian gue butuh pelampiasan juga, ntar gue bayar mahal kok lo" racauan gadis itu membuat Panji shok ditempat.
Gila gila! ini pertama kalinya Panji melihat cewek mengatakan hal buruk seperti tadi tepat didepan matanya. Namun ia berusaha tenang karena perempuan ini lagi dalam pengaruh alkohol. Sepertinya Panji tidak punya pilihan lain, ia harus segera membawa gadis ini masuk ke mobil sebelum orang-orang banyak melihat dan berpikiran aneh.
Awalnya gadis itu menolak dengan terus mengibaskan tangannya diudara, satu dua orang mulai melihat kearah mereka. Panji lalu memeluk pinggang gadis itu dan menariknya menuju mobil. Gadis ini harus segera diamankan, sesegera mungkin.
Didalam mobil Panji bingung akan mengantarkan gadis ini kemana. "Lo ada rumah atau apart ngga?"
"Gue ngga punya apart punyanya rumah, tapi gue ngga mau pulang kerumah. Rumah gue itu penuh api neraka, kalo gue masuk kesana rasanya gue kebakar hidup-hidup" Racau gadis itu sambil sesenggukkan.
"Sebutin aja alamatnya"
"GUE NGGA MAU PULANG, BUDEG LO YA!" teriakan itu sukses membuat Panji kaget sendiri.
"Eh? Terus gue harus ngantarin lo kemana?" tanya Panji disela kaget dan kebingungan.
"Terserah lo deh" ucap gadis itu melempar tasnya kekursi belakang dengan mata terpejam.
Haruskan ia membawa gadis mabuk ini kerumah? Nanti Ayah sama Ibu berpikir yang tidak-tidak lagi. Apalagi Ragil, adiknya pasti akan kaget melihat Panji membawa seorang perempuan dalam keadaan mabuk pula. Tapi kalau tidak kerumah Panji kemana lagi? Duh Panji pusing tujuh keliling.
Setelah menimang semua resiko yang mungkin saja terjadi akhirnya Panji memutuskan untuk membawa gadis ini kerumahnya, tak apa ia kena marah asal tidak terjadi hal buruk pada gadis itu. Kalau Panji meninggalkan gadis mabuk ini dijalanan dan terjadi hal buruk padanya, pasti Panji akan merasa sangat bersalah. Ia segera memutar stir mobilnya menuju rumah.
"Nama lo siapa?" tanya Panji memecah keheningan.
"Tania" jawab gadis itu. Selang beberapa waktu ia mendengkur menandakan ia sudah tertidur.
"Tania?"
Tbc
Dapat salam dari Dekan nih buat yang baca😎
See u,
Putri, author yang lagi kepanasan😩Jambi, agustus 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation!
RandomYang Tania tau adalah hidupnya tak seindah semua harapan yang ia bangun dalam dirinya. Betul kata orang ketika realita tak sesuai ekspektasi maka hati yang akan menjadi korbannya. Bagi Panji mendengar kisah orang lain dan dapat mengubah kepribadian...