Jika ada yang bilang menjadi orang kaya itu menyenangkan, maka Tania adalah orang pertama yang membantahnya. Bagi Tania, harta adalah akses untuk membuat orang saling menghancurkan. Entah dengan bentuk seperti apa, tapi kegiatan saling menghancurkan itu akan terjadi jika harta telah menguasai logika. Akibat atau saksi hidup salah satunya adalah Tania.
Tania berjalan menuruni tangga perlahan mengamati rumah bak istana yang semua perabotnya berharga jutaan rupiah. Ia tertawa hambar ketika melihat sebuah foto keluarga editan terpajang didinding ruang tamu.
Saking tidak adanya waktu atau kesempatan, sampai-sampai foto masing-masing anggota keluarga saja harus dipotong dan ditempel ketubuh lain hingga menjadi sebuah foto keluarga agar memiliki kesan harmonis.
Lagi-lagi Tania tertawa muak melihat sebuah pintu kamar yang memperlihatkan keadaan kamar didalamnya. Sangat sangat berantakan. Selimut dan bedcover sudah berserakan dilantai ditambah hal-hal yang tidak sewajarnya anak SMA lihat bertebaran dilantai marmer nan mahal itu.
Ahh sudahlah, lagipula memang sudah seperti ini nasib Tania. Ia digariskan Tuhan untuk lahir dengan keadaan ini. Positifnya Tuhan ingin Tania menjadi wanita yang tegar dan negatifnya Tuhan sengaja membuat Tania seperti ini karena memang Tuhan membencinya.
Tania segera berlalu dari ruangan laknat itu menuju garasi mobilnya. Didepan tampak tukang kebun yang akan membukakan pintu untuk Tania lewat.
Sekitar 15 menit akhirnya Tania sampai kegerbang sekolah. Ia rasa ia tidak terlambat, tapi ntah kenapa ada seorang laki-laki berpakaian putih abu-abu rapi berdiri tepat didepan gerbang.
"Ngapain lo? Udah bosan hidup?" tanya Tania dengan kepala berada diluar kaca mobil.
"Gue suka sama lo Tan" kata cowok yang Tania sendiri tidak tau siapa namanya.
"Sinting kali ni cowok ya, udah sana minggir lo atau ngga gue tabrak beneran?" Tania mempersiapkan gasnya dan dengan terkejut laki-laki itu berlari kepinggir.
Setelah selesai memarkirkan mobil, Tania berlalu menuju kelasnya. Namun digerbang siswa, laki-laki tadi kembali menghadangnya.
"ini cowok maunya apasi?" gumam Tania.
"Gue suka sama lo Tania. Walaupun lo anaknya rada aneh dan ga jelas, gue mau nerima lo apa adanya kok" sebut cowok itu dengan muka sok keren.
Tania merasa jijik bercamput marah dalam seketika mendengar penuturan laki-laki gila itu. Dengan sangat keras, Tania menginjak kaki cowok itu dan memberinya sedikit perbaikan rahang agar mulut itu dipergunakan dengan baik.
Pantat cowok itu mendarat dengan sempurna ketanah. Lalu Tania menarik kerah bajunya sambil membisikkan sesuatu "lo bukan tipe gue. Mending ngilang atau gue buat lo ngga bisa ngomong lagi, ngerti?" dan Tania kembali menghempasnya ketanah tanpa rasa belas kasihan sedikitpun.
Tania mengelap tangannya dengan tangan yang lain seolah olah cowok itu adalah bakteri yang bisa membuat Tania sakit kemudian melanjutkan kegiatan berjalannya yang tadi sempat terhenti.
Sedangkan didepan gerbang siswa cowok itu menggeram menerima perlakuan Tania yang tidak ada sopan sopannya. Ia bangkit lalu menuju kantin ketempat teman-temannya biasa nongkrong.
"Gara gara lo pada gue diginiin sama cewek gila itu. ToD sialan! Pokoknya gue ngga mau tau cewek itu harus dapat balasannya karena udah nginjak nginjak harga diri gue. " ucap cowok tadi yang dihadiahi segelas teh kotak dari temannya.
"Santai bro. Minum dulu tuh" ucap temannya sembari menunjuk teh kotak yang ada dihadapan mereka.
✳✳✳
"Tania. Lo dipanggil keruang konseling" kata sang ketua kelas sambil berusaha mengatur napasnya yang ngos-ngosan.
"Gue?"
"Iya, buruan buruan"
Tania bangkit dengan tampang bingung. Perasaan hari ini ia tidak buat masalah yang berhubungan dengan konseling. Setelah mengingat ngingat kembali, ia baru ingat kalau ia sudah memukul seorang cowok tadi pagi.
Masak cowok mainannya konseling sih, ngga laki!
Gadis dengan penampilan urakan itu hanya tertawa sinis membayangkan cowok tadi mengadu ke guru BK. Ia tidak pernah takut dengan yang namanya ruang konseling. Udah jadi rumah kedua bagi Tania sebabnya. Jadi ya anggap rumah sendiri aja. Cowok gila tadi pagi salah menggunakan perangkap.
Bunyi decitan pintu menyadarkan seorang guru yang tengah menulis, seperti buku catatan konseling maybe. Tanpa perintah Tania segera duduk dengan santainya menikam mata si guru tadi dengan manik mata nya.
Dari tagname yang ada disisi kiri meja Tania baru tau kalau nama guru itu adalah Alda. Yang menjabat sebagai Kepala Konseling disekolah. Perkiraan Tania umur guru itu sekitar 30 tahunan. Terlihat dari kerut wajahnya yang sedikit mulai timbul.
Setelah cukup berasumsi dengan logikanya, Tania tersadar kembali dan menanyakan maksud dan tujuan guru itu memanggilnya.
"Kamu segera keruangan sebelah dan tanyakan kepada orang yang ada didalamnya kenapa kamu dipanggil"
Tania kembali bingung mendengar penuturan Buk Alda. Kata ketua kelasnya tadi ia dipanggil keruang konseling terus kenapa sekarang disuruh keruangan disebelahnya.
Emangnya disebelah ruangan apa?
Bodo amat la.
Tbc
Manusia mah gitu, yang miskin pengen kaya eh yang kaya malah kepengen jadi miskin😥
Cowok gila itu siapa coba ya? Jadi takut😰
Hayo ruangan apa kira-kira, ada yang tau?
See u,
Putri, yang lagi pen nangess huaa😭Jambi, juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation!
CasualeYang Tania tau adalah hidupnya tak seindah semua harapan yang ia bangun dalam dirinya. Betul kata orang ketika realita tak sesuai ekspektasi maka hati yang akan menjadi korbannya. Bagi Panji mendengar kisah orang lain dan dapat mengubah kepribadian...