Disinilah Tania sekarang, kelas 11 ips 5. Ia baru saja diantar oleh kepala sekolah kekelas ini.
Perkenalan yang buruk bagi semua siswi disana. Tania sama sekali tidak peduli akan sekitar. Saat masuk tadi, masih sempat sempatnya dia menyetel lagu di earphone padahal ia sedang bersama Kepala Sekolah. Setelah masuk, Kepala Sekolah memberitahukan ada murid pindahan dari SMA SWASTA PASKI dan menyuruh Tania untuk memperkenalkan diri. Dan you know bagaimana cara Tania memperkenalkan dirinya?
"Tania"
Selesai, tanpa tambahan apapun ia segera duduk tanpa disuruh oleh kepala sekolah ataupun guru yang sedang mengajar. Seluruh mata memandangnya dengan tatapan tak menyangka, siapa sebenarnya gadis tak punya etika ini?
Guru yang mengajar dikelas berdehem sebentar untuk memecah fokus murid muridnya dan disusul oleh Kepala Sekolah keluar dari kelas.
Mereka semua berusaha untuk tidak peduli dan melanjutkan kegiatan belajar mengajar yang sempat tertunda tadi.
✳✳✳
Bel alarm penanda waktunya pulang berdering dengan sangat kencang ditambah seruan semua murid yang menunggu nunggu lagu kesayangan mereka itu sejak tadi.
"Terimakasih waktunya, sampai ketemu besok" ucap pria paruh baya yang baru saja melangkah keluar kelas.
Tania membetulkan letak earphonenya lalu berjalan keluar kelas dengan gaya andalannya, tanpa ekspresi sembari mengunyah permen karet yang selalu ia sediakan disaku bajunya setiap hari.
Tak butuh waktu lama untuk Tania sampai diparkiran. Ia segera mengeluarkan mobil hitam pekat dengan tambahan warna merah marun dibagian kap depannya dan melajukan kendaraan mahal itu dengan sangat santai.
Ia malas pulang kerumah saat ini, pasti yang ia temukan hanyalah rumah besar tingkat dua tanpa seorangpun manusia didalamnya, keadaan rumah yang tidak layak disebut rumah dan hawa sunyi yang menusuk segala indra ditubuhnya.
Tania memutuskan untuk pergi ke toko yang khusus menjual perlengkapan mendaki. Sekitar setengah jam dari sekolah, tak memakan waktu terlalu lama.
Saat sedang melihat lihat tas ransel besar keluaran terbaru yang terpampang dirak tinggi, dari balik tas tersebut muncul perempuan dengan gaya yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari Tania.
Gadis itu tersenyum manis sembari mengulurukan tangan memperkenalkan diri "Rubia Glorencia panggil aja Bia"
Tania yang notabenenya tidak tau bagaimana caranya bergaul pun bingung harus merespon dengan cara apa. Ia berusaha mengulurkan tangan menyambut tangan Bia. Ini adalah hal yang sangat langka. Seorang Tania mau bersalaman dengan orang lain.Bravooo!
"Tania" jawabnya sembari tersenyum tipis.
"Mau nyari alat mendaki ya? Barengan yuk" Bia langsung menarik tangan Tania pergi dan Tania terkejut mendapat tarikan tak terduga itu. Mereka berkeliling kesemua sisi store itu hingga membuat kaki Tania rasanya ingin putus. Tania melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 7 malam.
"Duluan" ucap Tania seraya melepaskan tangannya perlahan.
"Eitt minta id line lo dulu dong, biar bisa chattingan gitu" sahut Bia dengan nada manja dan senyum sumringah. Untuk mempersingkat waktu Tania mengetikkan id line nya di handphone Bia kemudian berlalu pergi.
Bia melihat handphonenya yang tertulis id line Tania. Kaku, batinnya.
Lalu ia bergegas ke kasir dan membayar beberapa alat daki yang sudah ia pilih.Sementara didalam mobil Tania pusing memikirkan gadis imut bernama Bia tadi. Terlalu baik untuk menjadi teman pikirnya. Hingga saat ini Tania tak butuh dan tak mau punya teman, kenapa ia malah membuka diri kepada gadis tadi? Dan berbagai macam spekulasi lain yang bermunculan diotaknya. Jika waktu bisa diputar, lebih baik tadi Tania mengacuhkan Bia seperti ia mengacuhkan orang lain yang ingin berkenalan dengannya.
Jalanan kota yang tidak terlalu macet membuat Tania sampai kerumah dalam waktu cepat. Tania bergegas kelantai dua atau lebih tepat kekamarnya untuk membersihkan diri.
Saat sedang mengeringkam rambut dengan handuk, hp Tania bergetar menandakan ada pesan masuk. Ia melihat ada sebuah pemberitahuan diLockscreen dari aplikasi Line.
Bia.gloren send a massage
Tania tidak memiliki niatan untuk membuka roomchat itu. Ia kembali kekegiatan awalnya dan tiba-tiba suara dobrakan pintu yang berasal dari lantai bawah mengejutkannya.
Rutinitas , batin Tania geram.
Ia berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang terjadi. Lagipula hal itu sudah jadi makanan sehari-hari bagi Tania, hingga ia merasa mual jika disuguhkan hal yang sama.
Tania mengigit bibitnya berusaha meredam emosi yang bergejolak tiba-tiba. Tanpa ia sadar ada bagian yang terluka disudut bibirnya. Beberapa menit kemudian setelah Tania rasa amarahnya mereda, ia berlalu menuju speker besar yang ada disudut ruangan dan memutar lagu dengan volume penuh.
Setelah semuanya selesai, Tania menuju kasur untuk tidur dan tidak berapa lama ia menghilang kealam mimpi yang terkadang lebih indah dari alam nyata.
Tbc
Good night Tania😴
Cie cie ada satu cewek imut lagi nih, kapan-kapan kita kenalan sama Bia ya😝
See u,
Putri ,yang lagi dirumah sakit😷Jambi, juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation!
RandomYang Tania tau adalah hidupnya tak seindah semua harapan yang ia bangun dalam dirinya. Betul kata orang ketika realita tak sesuai ekspektasi maka hati yang akan menjadi korbannya. Bagi Panji mendengar kisah orang lain dan dapat mengubah kepribadian...