Siwon meminta Sehun menurunkannya di lapangan basket, tempat dulu dia dan yoona sering menghabiskan waktu.
"Aku akan pulang sendiri, kamu bawa barangku ke penthouseku" ujar Siwon dan Sehun mengangguk patuh.
Siwon melipat lengan kaosnya hingga sebatas siku dan mulai memainkan bola basket yang ada disana.
Tempat ini tempat terakhir dia menunggu Yoona dan wanita itu sama sekali tidak menghampirinya. Delapan tahun sudah berlalu, ia masih saja kembali kesini berharap wanita itu akan datang.
"Aku tidak sanggup melupakanmu Im yoona, bahkan disetiap detak jantungku, aku selalu mengingatmu" gumamnya dan setetes air matanya menetes. Karena perasaan cintanya itu, ia menghancurkan keluarganya. Pernikahannya gagal hanya karena ia tidak mampu menggantikan yoona dengan siapa pun. Ia tidak pernah menyalahkan istrinya memilih berselingkuh, karena semua itu salahnya. Ia tidak bisa menawarkan cinta untuk istrinya.
Ia duduk di lantai saat sudah kelelahan. Ia memejamkan matanya mengingat setiap kenangan bersama Yoona.
"Ayo bangun oppa. Kamu pemalas sekali" ujar Yoona berusaha menarik tubuh besar Siwon
"Kita mau kemana?"
"Bukankah ini hari ulang tahunmu? Aku akan mentraktirmu makan"
"Baiklah, bersiap-siap untuk bangkrut nona Im" ujar Siwon dan ia menarik Yoona untuk pergi dari lapangan
***
Wajah Siwon cemberut saat Yoona memesankan semangkok ramen dengan bermacam-macam sayur.
"Aigo wajahmu imut sekali oppa" ujar Yoona dan ia memotret wajah cemberut Siwon
Siwon tidak tertarik berbicara dengan Yoona walaupun ia menghabiskan satu mangkok ramen itu. Yoona tertawa melihat bagaimana kekanak-kanakannya seorang kapten lapangan seperti Siwon.
"Sayur itu membuatmu sehat oppa" ujar Yoona "Kamu tidak tahu kalau setiap hari bekal yang kamu makan itu juga penuh dengan sayuran yang aku olah supaya tidak ketahuan olehmu"
Siwon menatapnya kesal, jadi hampir setiap hari ia mengonsumsi sayuran.
"Oppa pikir oppa bisa sesehat ini jika bukan karena makanan bergiji dariku" Yoona terus berbicara tanpa jeda.
"Aku pulang"
"Yak tidak mengantarku?" teriak Yoona
"Cepat"
Siwon sengaja tidak berbicara dengannya walaupun dia masih mengantar jemput gadis itu.
"Masih merajuk?" tanya Yoona
Siwon duduk dengan tenang tanpa berniat mengganggu yoona
"Baiklah, sepertinya kado ini aku buang saja"
"Yak" Siwon merebutnya
"Tapi oppa tidak mau,,"
"Kenapa tidak bilang dari kemarin, kamu memberiku hadiah?" tanya Siwon
"Jadi karena ini kamu merajuk? Mengiraku begitu pelit sehingga tidak memberikanmu hadiah?" goda Yoona
"Tentu bukan"
"Masih tidak mengakuinya? Kalau begitu aku tidak jadi memberikannya ke oppa" Yoona akan merebut kotak yang sudah berada di tangan Siwon
"Ini milikku" Siwon membukanya dan ia takjub dengan isinya. Seorang im yoona yang pelit rela memberikannya jam tangan branded kesukaannya.
"Ini palsu" bisik Yoona
"Yang penting hatimu asli" ujar Siwon dan Yoona memukulnya.
***
Jam tangan itu sampai saat ini masih melekat di tangan Siwon. Ia tidak berniat menggantikan dengan jam tangan apa pun.
Ia melirik sekilas jam tangannya, sudah terlalu malam. Ia pun beranjak dari duduknya untuk pulang.
"Tuhan, berikan aku satu kesempatan untuk bertemu dengannya lagi" gumam Siwon
***
Im Yoona PoV
Tidak seperti biasanya kyuhyun oppa pulang dalam keadaan mabuk. Ia bahkan tidak pernah menyentuh alkohol. Apakah beban pekerjaannya begitu berat.
Aku tidak pernah tahu lagi bagaimana keadaan perusahaannya sejak melahirkan darren. Dia tidak mengijinkan aku bekerja lagi.
"Oppa, kamu berat sekali" ujarku, sekretarisnya park chanyeol yang membawanya pulang.
"Samunim, biar aku saja yang membawa sajangnim ke kamar" ia membantuku memapah kyuhyun oppa ke kamar.
Setelah itu, aku mengantarnya ke depan sekalian aku mengunci pintu.
"Chanyeol-ssi, apakah perusahaan mengalami masalah?" tanyaku dan ia menggeleng
"Sajangnim bisa mengatasi semua masalah. Samunim jangan khawatir" ujar Chanyeol
Aku masuk kembali ke kamar, membantunya melepaskan sepatu dan jas kerjanya.
Sebelum melemparkan ke keranjang cucian. Aku memeriksa isi kantongnya. Sebuah amplop, itu bukan amplop biasanya. Ada tulisan nama rumah sakit di amplop itu.
Mataku seakan tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Nama seorang wanita tertera di dalam amplop itu. Dan itu hasil pemeriksaan kandungan.
Aku mencoba untuk mempercayai suamiku. Aku yakin dia tidak mungkin tega melukaiku.
Aku meletakkan amplop itu di meja sampingnya dan aku duduk di sampingnya menatapnya.
"Oppa tidak mungkin melakukan ini padaku kan?" gumamku sambil membelai wajahnya "Aku akan menjadi istri yang baik untukmu oppa"
Kyuhyun bergeliat dalam tidurnya. Ia berbalik membelakangiku dan saat itu aku melihat sebuah kissmark di leher kyuhyun.
Aku berlari ke kamar mandi dan menangis disana.
"Tuhan, apakah ini ujianmu? Aku sudah yakin akan menghabiskan sisa hidupku dengannya. Lalu cobaan apa lagi ini Tuhan" aku menangis. "Jika semua ini balasan untukku karena tidak menjadi istri yang baik, aku terima Tuhan"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Still You
Fanfictionketika hidup memberiku seribu alasan untuk melupakanmu, tapi cinta memberiku satu alasan untuk bertahan denganmu. Sejauh apa pun kamu melangkah meninggalkanku, aku masih disini menunggumu dengan perasaan yang sama. ~Choi Siwon Aku menyerah bukan kar...