"Bang Jayandra Yudhistira Aksara, ngapain bawa koper gede?? Kita di Jepang cuman 3 hari." Tanya Jinara yang heran ketika melihat Jay membawa dua koper besar dan 1 tas yang sama besarnya juga. Dapat dilihat, si sulung itu terlihat kesulitan untuk membawanya apalagi saat menuruni tangga.
Mereka kini berkumpul di ruang tengah setelah selesai berkemas, mereka membuat kesepakatan jika mereka akan pergi ke Jepang untuk menjemput sang Bunda yang telah lama menghilang. Dan tentu saja hal ini di sambut baik oleh Dani dan menyuruh mereka untuk membeli baju sebagai perlengkapan selama di Jepang nanti.
"HEH! NYARI BUNDA MANA MUNGKIN CUKUP 3 HARI. LEBIH PASTI LAH." Seru Jay yang tidak menerima dirinya dihujat oleh si bungsu. Ia duduk di kursi dan meminum jus jeruk entah milik siapa yang berada di atas meja dengan satu kali tegukan.
"Kan kita sudah tahu di mana posisi bunda bang, lo repot amat sih jadi orang." cibir Key yang sedang mencoba menutup koper milknya. Ia diam-diam menghujat Jay dalam hati, karena, memang posisi Minara sudah diketahui setelah Dava mengobrak-abrik catatan kependudukan terakhir ibu mereka.
"Abang mau jalan-jalan dulu atau gimana? Atau mau pindah kewarganegaraan ke Jepang?" Tanya Sakha baik-baik, berharap jika Jay juga menjawabnya dengan nada yang baik pula.
Tapi Jay tetaplah Jay. Tetaplah si sulung yang identik dengan ucapannya yang pedas dan bernada tinggi. "IYA LAH, GUE CAPEK NGERJAIN SKRIPSI MULU. PERLU REFRESHING, EMANG KALIAN GAK BUTUH?"
"Makanya kerjain skripsi tuh yang bener, biar gak revisi terus." komentar Dava membuat Jay tertohok. Sulung Aksara itu mendelik ke arah Dava dan mengirimkan tatapan paling tajam. "Lo cobain aja nanti kalau pas skripsi-an. Ada saatnya lo butuh hiburan." balas Jay agar harga dirinya terselamatkan.
Jinara menghela nafas berat, merasa lelah dengan sikap Jay yang memang selalu membuatnya mengucapkan istighfar. "Bang, kita fokus dulu nyari bunda, bisa? Kalau bunda sudah ketemu juga ntar kita liburan."
"Kalau Abang mau liburan silahkan, bodo amat. Kita kalau bunda sudah ketemu langsung bawa pulang. Terserah Abang mau ngapain di Jepang, sekalian lah diculik tante-tante biar mampus." gerutu Jinara sembari mengemasi tasnya.
Jay yang mendengar itu langsung cemberut. Para adiknya sedang tidak ada di pihaknya, bahkan Sakha pun kali ini tidak ada di pihaknya. Menyebalkan!!
"Sudah siap?" Dani datang dengan menyeret satu koper berukuran sedang.
"Sudahhhh..-" jawab mereka kompak. Setelah itu mereka kembali fokus pada kegiatan masing-masing, yaitu mengecek kembali isi koper untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.
"Paman, emangnya bener kalau bunda ada di alamat itu? Informasinya kan sudah satu tahun yang lalu. Gimana kalau bunda pindah atau emang sudah gak di sana?" Pertanyaan Jinara membuat Dani dan Dava sebagai informan terdiam beberapa saat. Benar juga apa yang dikatakan Jinara.
"Kita akan ke alamat itu dulu. Kalau emang gak ada, kita cari semampu kita." Jawab Dani yang diangguki Dava.
"NAH KAN, GAK MUNGKIN 3 HARI." Seru Jay yang merasa dirinya menang.
"Bang, bisa gak si gak usah teriak-teriak?" Wilnan mulai kesal, namun Jay hanya mendelik dan malah semakin berniat memancing keributan. "Jepang tuh luas guys, kalian mau ngapain aja selama 3 hari di sana, hah? Paling sebentar tuh 1 bulan, itu pun kita nyari nya satu lokasi."
Dava memutar matanya malas. "Siapa yang bilang kalau Jepang itu sempit bang?"
"Dan apa lo gak mikirin kuliah, sekolah atau bahkan kegiatan kita di sini bang? Lo keknya ngegampangin banget deh." baru kali ini, Key berbicara ada benarnya, membuat Jay lagi-lagi terpojok dan tidak bisa berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Kakak + Day6
FanfictionMenjadi satu-satunya perempuan dalam keluarga Aksara tak lantas membuat Jinara diperlakukan bagai ratu oleh kelima kakak laki-lakinya. Apalagi, mereka adalah tipe orang yang sulit mengekpresikan rasa sayang dan cenderung berkelit untuk mendapat perh...