Jinara mengeryit, "Aku... amnesia? Maksudnya?"
"Ekhem..." Dava berdehem keras sembari menyikut lengan Shaka setelah Jinara bertanya demikian. Bungsu kedua Aksara bersaudara itu menyadari jika ada satu hal yang telah Shaka langgar dalam perjanjian mereka selama ini yang tidak disadari oleh Shaka maupun para saudara yang lain. Tentang tidak menyinggung soal ingatan Jinara yang hilang di hadapan Jinara apapun yang terjadi.
Shaka yang tersadar melakukan kesalahan pun dengan segera menoleh ke arah Jinara dan tersenyum, "Gak lah, abang bohong barusan, hehe. Soalnya mana mungkin Jinara amnesia, btw gimana akting aku, guys?"
"Gilaaaaa bagus banget, lo cocok deh jadi pemain film. Pasti casting lusa di terima. Tapi harus banyak latihan biar kelihatan natural ya. " respon Jay dengan cepat untuk menyelamatkan Shaka.
"Ohhh, Bang Sakha lagi latihan akting." jawab Jinara sekenanya, masih berada di antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan Shaka yang mencurigakan.
"Hahaha iya, Shaka kan lagi casting sinetron azab, doakan yang terbaik aja." Ucap Jay yang kini merangkul pundak Shaka.
Jinara menyipitkan matanya curiga dan terus menatap ragu ke arah Shaka, yang lantas membuat kelima pria Aksara itu berkeringat dingin karena tidak tahu harus mengelak seperti apa lagi menghadapi pertanyaan penuh curiga yang akan dilayangkan oleh Jinara nantinya.
"Eh, kita ngemil dulu yuk sebelum main sepeda. Lihat dong, gue bawa banyak snack." Ajak Key yang mencoba mencairkan suasana dengan mengangkat satu kresek putih yang isinya adalah berbagai jenis cemilan. Ia mengirim kode lewat tatapan matanya kepada Wilnan untuk melakukan sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian Jinara dari Shaka.
"INGINNN." Namun sayangnya, Wilnan tidak menangkap kode yang dilayangkan oleh Key karena ia bersama dengan Jay dan Dava langsung menyerbu Key dan berusaha merebut makanan di tangannya.
"Dek, tangkap." Ujar Dava yang melempar dua keripik kentang pada Jinara yang sedang sibuk melamun, membuat si bungsu langsung menoleh dengan kedua alis bertaut bingung. "Ini...?"
"Jatah kamu, ntar di tikung Wilnan. Makan yang banyak."
"Tumben baik?"
"Ya sudah sini balikin kalau gak mau." Ketus Dava dan berusaha merebut kembali makanan yang sudah ia beri pada Jinara. Namun, Jinara langsung memeluk erat makanan itu dan menjauhkannya dari jangkauan tangan Dava. "Eh iya. Makasih bang, hehe."
"Hm, kurang baik apa gue coba?" cibir Dava.
"Iya-iya bawel."
Keadaan berubah menjadi hening. Semilir angin pagi berhembus membawa udara sejuk yang jarang mereka rasakan. Jay sudah bersandar pada batang pohon sembari menikmati pemandangan pagi dengan mulut yang dipenuhi oleh makanan, di paha si sulung itu ada Wilnan yang sedang menikmati musik sembari memejamkan mata. Key sudah memisahkan diri untuk berfoto dan berlarian untuk membuat konten, sedangkan di sisi lain, Jinara tampak sibuk memperhatikan gerak-gerik Shaka yang tengah mengobrol dengan Dava sembari berbisik ria.
"Main sepeda kuy, gue lihat ada sewa sepeda di sana. Ayok nyewa." ajak Key setelah puas berlari mengelilingi tempat mereka piknik. Ia menarik tangan Wilnan yang sedang tertidur dan memaksa adiknya itu untuk bangun.
"Nanti aja abangg.." rengek Wilnan namun tidak diindahkan oleh Key.
"Kalian jangan malas! Kalau mau tidur ya di rumah. Bang Jay, ayooo!!"
"Ntar aja, kunci, mager nih. Lo aja gih, duluan atau ajak Shaka atau Dava aja." Titah Jay saat tangannya ikut ditarik oleh Key.
Key mendengus kesal dan menatap tajam kedua orang pemalas itu. "Ayok, gak? Atau gue bocorin semua rahasia kita ke Jinara sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Kakak + Day6
FanfictionMenjadi satu-satunya perempuan dalam keluarga Aksara tak lantas membuat Jinara diperlakukan bagai ratu oleh kelima kakak laki-lakinya. Apalagi, mereka adalah tipe orang yang sulit mengekpresikan rasa sayang dan cenderung berkelit untuk mendapat perh...