Sebuah mobil melaju dengan kencang membelah jalanan sepi di depannya. Jinara, gadis yang sedang berada di dalam mobil tersebut hanya bisa diam dan berdoa dalam hati dengan tangan memegang sabuk pengaman dengan kencang. Gadis itu melirik takut ke arah pria di sampingnya yang sedang fokus menyetir.
"Paman, kau akan membawa ku ke mana?" Tanya Jinara yang akhirnya berani ia ungkapkan.
Jinara tidak tahu akan di bawa ke mana oleh orang yang mengaku bernama Dani ini. Tadi, ia langsung saja di gendong dan pergi meninggalkan taman rumah sakit secara paksa. Di tambah, ia melihat secara langsung sang kakak yang akan melawan namun malah kalah dan terkapar tak berdaya. Jinara hanya bisa berdoa agar para kakaknya dengan segera menemukan dan menyelamatkannya.
"Paman, kau kenapa menculikku sih? Makan ku banyak, pasti akan sangat merepotkanmu." Jinara memasang wajah memelas, namun orang yang sedang mengemudi di sampingnya itu tampak acuh dan tetap berwajah datar.
"Lohh?" Jinara memperhatikan jalanan melalui kaca jendela di sampingnya, ia tersentak kaget saat menyadari jika mobil yang membawanya itu melaju melalui sebuah jalanan yang sangat sepi. Jauh dari kota dan keluarga sangatlah menakutkan menurut putri bungsu Aksara itu. Ia mendadak rindu pada keluarganya terutama Wilnan, entah karena apa.
Jinara kembali terdiam karena takut, pikiran-pikiran aneh sudah mulai terlintas di kepalanya, apa dia akan di buang di suatu tempat? Atau jangan-jangan dia bakal dibunuh seperti sang ibu? Atau yang lebih parah, bisa saja Jinara di jual, kan? Dengan segera, Jinara menggeleng untuk menghilangkan pikiran kotornya, ia harus yakin dan percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Jalanan yang di lihat Jinara melalui kaca sangatlah gelap, tidak ada satupun lampu jalanan yang membantu menerangi, yang ada hanya pepohonan yang tinggi dan juga jurang di pinggir jalan, seperti jalanan menuju pegunungan.
Mobil tersebut berhenti di sebuah bangunan besar berwarna putih, Jinara sempat kagum. Letak bangunan ini berada di puncak dan kemungkinan besar ini adalah sebuah villa.
"Turun." perintah orang yang bernama Dani itu dengan nada menyentak, sukses membuyarkan lamunan buruk Jinara tentang dirinya ke depan.
"b-baiklah." Dengan perlahan, Jinara melepaskan sabuk pengamannya lalu ia membawa tabung infusnya keluar. Udara begitu dingin dan menusuk, ditambah suara jangkrik dan burung hantu membuat Jinara bergidik ngeri. Untungnya saja, bangunan villa di depannya tidak seperti bangunan tua yang menakutkan seperti di dalam film.
"Cepat masuk." Titah Dani sekali lagi, membuat Jinara tersentak kaget.
Karena Jinara terus diam saja, Dani menarik tangannya dan membawa gadis itu masuk ke dalam.
Begitu mereka masuk, Jinara merasakan hangat dan lega. Villa ini hangat walaupun sangat luas, apalagi ditambah villa ini juga sangat terang. Para pelayan berjajar memberi sambutan ketika mereka masuk. Jinara merasakan kalau tempat ini bukan tempat sembarangan karena dihiasi oleh lampu-lampu yang bergantung tinggi di atas terkesan memberikan kemewahan pada tempat ini.
Dan rasa-rasanya, kepala Jinara semakin berat dan berdenyut nyeri. Ia merutuk kesal dalam hati, berharap rasa sakitnya hilang karena ia sedang dalam keadaan genting dan kepalanya tidak bisa diajak kompromi.
Jinara memegang kepalanya lalu menggeleng pelan dan hal tersebut menarik perhatian Dani di sampingnya.
"kenapa?" Tanya Dani dengan wajah datar,
Jinara menggeleng lalu mengirim sebuah senyuman lebar pada Dani. "tidak kok hehe, cuman pusing sedikit saja. Anda tidak perlu khawatir, paman."
Wajah Dani sedikit melunak, ia tersenyum tipis membuat Jinara sedikit terpana melihat senyum itu. "sudah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Kakak + Day6
FanficMenjadi satu-satunya perempuan dalam keluarga Aksara tak lantas membuat Jinara diperlakukan bagai ratu oleh kelima kakak laki-lakinya. Apalagi, mereka adalah tipe orang yang sulit mengekpresikan rasa sayang dan cenderung berkelit untuk mendapat perh...