Sendiri

5.8K 702 15
                                    

"ASSALAMU'ALAIKUM JINARA PULANG." seru Jinara ketika ia memasuki ruang tamu. Ia melepas sepatu sekolahnya dan menyimpannya di atas rak sepatu yang menggantung di sana.

Suara yang baru saja ia hasilkan menggema di ruangan yang sangat besar itu. Namun tidak ada jawaban, biasanya akan ada Dava yang menjawab atau Sakha yang menyambutnya. Tapi, tidak ada seorang pun yang membalas salamnya. Jinara mengernyit dan menatap sekeliling dengan bingung, tak seperti biasanya ia pulang sekolah di sambut kesunyian.

"Orang-orang pada kemana sih? Semenjak jalan-jalan minggu kemarin sepertinya mereka malah jadi jarang di rumah." Gumam Jinara sembari memperhatikan ruang tamu yang sunyi.

Tanpa mau ambil pusing dengan apa yang terjadi, Jinara memilih berjalan menuju kamarnya di lantai dua untuk membersihkan diri dan bersiap mengurus pekerjaan rumah mengingat ia pulang saat jam di dinding menunjukkan waktu pukul 9 malam. Jinara pulang selarut ini karena ia harus mengurus ekstrakulikuler dan harus mengadakan rapat dengan Ketua OSIS di sekolahnya perihal kinerja ke depan. Ia adalah seorang ketua bidang eskul medis di sekolah, dan sudah menjadi makanan sehari-hari jika ia disibukkan dengan tugas di luar jam sekolah karena mengurus tugas-tugas ekstrakulikuler.

15 menit kemudian, Jinara turun lagi ke bawah karena merasa lapar. Ia menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa di makan tapi tidak ada satupun bahan makanan yang bisa ia masak karena persediaan bulanan yang habis di pakai eksperimen Wilnan memasak kemarin. Jinara membuka laci lemari dan menemukan satu kresek putih yang isinya coklat dari Wilnan. Dan untungnya, cemilan juga masih banyak.

Jinara mengambil semua itu dan membawanya ke ruang tamu. Ia duduk di sofa dan menyimpan semua makanan itu di meja. Jinara membuka satu bungkus kripik dan mulai memakannya dengan lahap. Dan untuk membunuh sepi, ia menyalakan televisi dan membuka handphone-nya untuk menghubungi para kakaknya jika ia sudah pulang dan sendirian di rumah.

Bungsu Aksara itu mendengus karena tidak ada satupun orang yang meresponnya di grup. Dan jika begini, artinya mereka tidak sedang memegang handphone. Ayahnya, Mahendra, pasti sedang lembur dan pulang tengah malam. Jay malam ini tidak akan pulang karena harus menginap di kost-an temannya yang dekat dengan kampus mengingat si sulung sedang disibukkan dengan skripsi, Sakha sudah pasti sedang mengikuti rapat BEM, Key yang sedang bersenang-senang di luar sana, Wilnan ada jadwal les dan Dava yang sepertinya ada tanding basket.

Hidup sebagai bungsu di keluarga yang super sibuk kadang membuat Jinara kesepian dan merasa sendiri.

Ting!

Sebuah notifikasi muncul di layar handphone Jinara. Diliriknya layar ponsel yang menyala dan menampilkan deretan percakapan dari sebuah grup yang Jinara yakini berasal dari grup PKL-nya. Sebagai siswa SMK yang berada di tahun awal ketiga, Jinara sedang dihadapkan dengan persiapan PKL di perusahaan bersama empat teman lainnya yang sudah ia kenal sejak tahun pertama sekolah, yaitu Sonia, Hanas, Waldi dan Siti.

Baru saja Jinara akan membalas pesan di grup teman-temannya, suara petir terdengar dan membuat dirinya terlonjak kaget dan hampir melempar ponsel di tangannya. "Mau hujan sepertinya.."

Setelah membalas pesan dari grup PKL, Jinara dan berjalan mengelilingi ruang tamu untuk mencari sesuatu yang menarik dan membunuh bosan. Dan tanpa sengaja, matanya menangkap sesuatu diantara tumpukan kaset milik Jay. Di karenakan rasa penasaran yang tinggi, sebelah tangan Jinara langsung untuk mengambil benda itu. Dan ternyata itu adalah sebuah buku usang, terlihat dari covernya yang sudah sobek dan lembar kertas yang sudah kecoklatan.

Jinara membawa buku itu dan kemudian duduk kembali. Ditatapnya buku tersebut dengan seksama sembari membolak-balikan buku itu.

'Diary milik Jay tamvan'

[✓] Kakak + Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang