Selamat datang kembali, Ayah.

4.1K 564 174
                                    

Mahendra membuka perlahan kedua matanya saat cahaya matahari menyoroti wajahnya. Ia mengerjap pelan kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali untuk mengurangi sesak yang ia rasakan. Hal yang pertama kali ia lihat adalah jendela besar yang menampilkan matahari terbit dan burung-burung berterbangan, tak lama, sebuah senyuman merekah di wajahnya karena merasa beban yang ia tanggung terangkat.

"Mahendra? Kau sudah bangun?" Tanya Minara yang sedang mengupas apel, Mahendra menoleh dan mendapati wajah istrinya itu terlihat terkejut. "Mi..na?"

Minara tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian menyimpan apel dan pisaunya lalu berjalan menghampiri Mahendra. Wanita cantik itu membungkuk dan mengecup dahi Mahendra."I'm back, dra."

Mahendra memandang tidak percaya dan kemudian setetes air mata mengalir dari kedua matanya. Namun Minara langsung mengusapnya dengan lembut. "Apa ini sungguh?"

"Iya, ini aku." Jawab Minara. "Aku masih hidup. Surprise."

Mahendra tersenyum haru dan menangis, Minara kembali membungkukkan badannya dan mencium Mahendra. Menyalurkan semua perasaan yang telah lama menyakiti nya. Mahendra perlahan membalas ciuman itu dengan lembut, keduanya terlarut dalam perasaan rindu yang perlahan pudar. Perasaan yang telah lama hilang itu muncul kembali dan setetes air mata kembali menitik dari mata Mahendra karena ia sangat bahagia.

"BUNDAAAAAAAAAAA." teriakan dari luar mengejutkan keduanya dan membuat ciuman keduanya terlepas.

Minara buru-buru merapihkan rambutnya dan berdiri setenang mungkin agar anak-anaknya tidak curiga sedangkan Mahendra hanya terkekeh pelan.

BRAK

Pintu di dobrak oleh si bungsu menggunakan tenaga dalam membuat orang yang berada di dalam ruangan itu berjengit.

"Jinara, pelan pelan, nak! Lupa kalau ayah mu masih sakit!" Tegur Minara, sedangkan Jinara masuk ke dalam dengan muka cemberut dan menghentakkan kakinya. "Bunda, Bang Key tuh!!" Tunjuk Jinara ke ambang pintu, di sana sudah ada Key yang berdiri dengan tenang.

"Kenapa lagi?" Tanya Shaka yang baru saja bangun dari tidurnya. Ia terbangun karena suara teriakan Jinara dan gebrakan pintu, padahal ia baru saja tidur.

"Jinara bisa tidak sih sehari aja gak ngerusuh?" Omel Dava dengan suara serak khas bangun tidurnya. Ia dan Shaka baru tertidur setelah shift jaga mereka.

"Kenapa?" Tanya Minara gemas karena Jinara mengganggu waktu berduanya dengan sang suami. "Habis darimana kamu? Bukannya istirahat, demam kamu tuh belum turun, nak."

"Tadi kan Bun, kita itu ke bagian khusus ibu hamil dan anak." Jinara mulai bercerita.

"Terus kenapa?" Tanya Dava dengan malas.

"Ngapain kamu kesana? Cek kandungan?" Sarkas Jay yang baru saja datang bersama Wilnan dengan makanan dan kopi di tangan mereka.

"Ngapain sih? Mulai deh random nya."

"Aku tuh lagi jalan-jalan." bela Jinara saat ia malah dipojokkan oleh para kakak menyebalkan nya.

"Mana ada jalan-jalan, lagi sakit juga". Sanggah Key kemudian duduk di sebelah Dava.

Kelima kakak Jinara itu duduk berjajar sembari memakan makanan yang tadi Jay bawa. Sedangkan Jinara berdiri sembari menjelaskan ceritanya pada para kakaknya itu. Di sisi lain Minara mendengus dan duduk di  samping Mahendra sembari kembali mengupas apel.

"Terus kenapa?"

"Terus yah Bun, aku ikut duduk sama ibu-ibu hamil terus tanya-tanya. Tentang kehamilan, bagaimana cara hamil terus gaya apa sih tadi Jinara lupa namanya. Jinara dapet banget banyak ilmu. Di sana tuh aku disangka lagi hamil muda padahal nggak tuh. Para ibu-ibu tuh ngasih tips katanya cara memuaskan suami saat hamil. Aku kan jadi penasaran dan mau punya suami biar ilmu nya tersalurkan."

[✓] Kakak + Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang