Akhir dari penantian

586 46 0
                                    

Terima kasih telah menunggu,
Terima kasih telah mempercayaiku.

🌸🌸🌸

"berangkat dari sana jam berapa de?"tanya ka Rahman di balik telpon.

"Jam 8 bus nya sudah jalan ka, kira kira sekitar jam 11 aku sudah sampai kampus" ucapku.

"Nanti kaka jemput, tunggu nanti ya"

"Iyaa ka"

Setelah memberi kabar ke ka Rahman, aku membereskan sisa barang barang yang ada di rumah salah satu penduduk, selama aku tinggal di Desa ini aku dan Iqlima memang tinggal disalah satu rumah penduduk.

"Sudah masuk semua kan Iq, gak ada yang ketinggalan kan" tanyaku pada Iqlima.

"Iya ma, insyaa allah gak ada yang ketinggalan"

"Ya udah ayo kita berpamitan ke penduduk sini, sebelum bus nya datang" ajakku pada Iqlima.

Iqlima hanya mengangguk.
Kami telah berpamitan dengan warga sekitar, ketika bus yang akan mengantarkan kami tiba kami langsung memasukkan barang barang ke dalam bagasi bus dan beberapa aku pegang sendiri. Saat ini perasaakan campur aduk, sedih meninggalkan Desa yang telah mengajarkanku banyak hal, senang akan ketemu Ayah dan Mama, gugup apakah laki-laki yang tiga bulan lalu mengkhitbahku apakah dia akan datang sungguhan atau hanya omong kosong belaka.

"Kenapa ma, ko melamun?" tanya Iqlima.

"Gak papa" . selama perjalanan aku tak bisa tidur, mataku mengarah keluar jendela. Aku menikmati setiap perjalanan dan memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Tak terasa pun kami telah tiba di kampus.
Setiba nya di kampus aku melihat ka Rahman telah menunggu bus yang ku tumpangi, segera dia mengambil barang barang ku yang berada di bagasi. Aku berpamitan dengan Iqlima karna lebih dulu pulang tanpa menemaninya menunggu ka Alif datang, syukur dia tak merengek seperti biasa jika aku tinggalkan.

Aku sudah di dalam mobil ka Rahman dan duduk di samping nya yang sedang menyetir."Ka mau nanya boleh gak" tanya ku dengan ragu.

"Iya boleh, mau nanya apa" kata ka Rahman yang masih terfokus menyetir.

"Masalah khitbah ka Azis itu, apa dia serius?" tanya ku dengan suara pelan namun masih mampu didengar.

"Iya dia serius, sekarang aja udah di Banjarmasin sama kedua orang tuanya. Rencananya nanti malam mau kerumah" ucap ka Rahman, aku hanya terdiam bingung dan senang.

"Kamu gak yakin sama Azis" tanya ka Rahman.

"Iya gak yakin kalo dia gak jadi datang kerumah, kalo udah datang kerumah baru aku yakin"kataku.

"Kita buktikan nanti malam saja" ucapnya.

***

Dirumahku sudah siap acara makan malam bersama keluarga ka Azis. Dirumah sudah ada ka Rahman dan kaka iparku dan si kecil Yumna. Aku dan ka Henny membantu mama menyiapkan makan malam dan menata makanan di meja makan. Terdengar suara bel dari arah luar, aku menduga itu keluarga ka Azis dan benar saja saat ka Rahman membuka dia langsung memeluk laki laki itu. Setalah mereka semua berada ruang tamu aku dan Mama masih berada di dapur, dan terdengar suara Ayah memanggil kami berdua. Mama menyodorkan semua nampan yang berisi teh, mama meminta aku yang membawakannya untuk tamu yang berada di luar.

Aku menuju perlahan ke ruang tamu tangan ku dingin kaya batu es dan gugup yang tak mau hilang."Silahkan di minum Om,Tante" ucapku sambil memberikan teh yang ku bawa.

Imam Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang