Pagi mentari mulai menyapa disudut sudut ruangan rumah Azis dan Rahma.
Seperti biasa sesudah selesai subuh Rahma selalu menyiapkan keperluan suaminya dari baju yang akan ia kenakan hingga makanan yang akan ia santap. Selesai menyiapkan segala keperluan suaminya ia beranjak kedapur dan menyiapkan sarapan untuk kami berdua.Sepasang lengan kekar melingkar diperut Rahma, detik itu juga ada kepala yang bersandar dibahu kanannya. Rahma tau siapa orang itu, dia Azis.
“Aduuhh… harum banget baunya, belum selesai?” tanya Azis tanpa melepaskan pelukannya terhadap Rahma.
“Sebentar lagi mas,, tinggal nunggu ayam mateng aja.” jawab Rahma.
Azis masih betah dengan sikap bermanjanya terhadap Rahma.“Semoga cepet ada orangnya yah disini” ucap Azis sambil mengusap permukaan perut Rahma yang masih rata.
“Aamiin” sahut Rahma dengan tangan yang masuk meaduk aduk sop sayurnya.
Rahma memindahkan sayur sop yang sudah matang ke alam mangkuk. Lalu melangkah mengambil brownies yang sebelumnya ia masak, mengambil ke dalam oven lalu memindahkannya kedalam wadah yang cukup besar lalu menaruhnya diatas meja makan.
“Udah selesai?”
“Bentar lagi, minta tolong ambilin sayur sop dekat kompor itu bawa kemeja.”
Rahma memotong brownies buatanya dan memindahkan kedalam wadah yang lebih kecil.Suasana di meja makan hening karena mereka sedang menyantap makanan. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang sedang beradu.
“Mau ikut aku kerumah sakit?”
“Ngapain?” tanya Rahma dengan bingung sambil membereskan sisa makanan dan pirin kotor.
“Ya ikut aku kerumah sakit”
“Gak ah,, nanti malah ganggu kamu kerja” sahut Rahma dari dapur.
“Hari ini cuma periksa pasien aja, gak ada jadwal lain” lanjutnya sambil membawakan sisa piring kotor yang ada di meja ke dapur.
“Terus aku ngapain, ganggu kamu kerja gitu. Atau disuruh nunggu diruang doang. Males ah” jawab Rahma.
“Ya ikut aku keliling ke ruangan pasien aja, terus nanti aku kenalin sama dokter dokter yang lain sama perawat perwatnya juga” kata Azis.
“Boleh juga tawaran, kalo gitu aku ganti baju dulu”
Saat ingin melangkah dari posisinya tiba tiba Azis menggenggam tangan kanak Rahma.” Gak usah, pake baju itu aja” kata Azis diselingi dengan tawa.“Hah.. Apa kata orang rumah sakit istri dokternya pake baju daster gini. Nanti aku bukan dikira istri kamu” protes Rahma
“Kan jarang jarang. Dokter setampan aku ditemani sama ibu ibu pasar” ledeknya
Rahma menampilkan wajah kesal dan mulut nya dimajukan pertanda dia sedang ngambek.“Udahh jangan cemberut gitu dong aku kan cuma bercanda, aku nunggu di mobil yah” kata Azis sembari meninggalkan rahma ke aras gerasi rumah mereka.
“Pakai baju ini gak papakan?’ tanya Rahma setelah beberapa menit ganti baju dan menuju Azis untuk mempertanyakan pakaiannya.
“Iya gak papa, itu aja udah cukup. Aku suka” jawab Azis. Menurut Azis Rahma pakai baju apapun baginya selalu cantik.
Rahma memang jarang menggunakan baju yang berlebihan ia lebih suka menggunakan baju gamis gamis sederhananya
Mendengar pujian sederhana yang terlontar dari mulut suaminya, membuat semburat merah menghiasi permukaan wajah Rahma.“Sini aku peluk dulu” ucap Azis karena gemas dengan rona merah di wajah istrinya itu. Izis segera merengkuh tubuh Rahma kedekapannya. Rahma menenggelamkan wajahnya di dada bidang Azis, ia tersenyum bahagia atas ucapan Azis tadi.
Azis membukakan pintu depan mobil yang berwarna hitam miliknya untuk Raham. Setelah keduanya berada didalam mobil, Azis melajukan mobilnya menuju rumah sakit ia bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Tak Terduga
Romance"Aku berharap kisah cinta ku seperti kisah Ali dan fatimah, memendam dalam diam dan bersatu di pernikahan. Namun yang kurasakan ialah kepedihan di perjalanan" - Rahma "Disaat aku kecewa dan terluka karena cinta, kau datang bersama cahaya" -Azis